Still love me? 5

332 50 15
                                    

Heeseung meletakkan handuk kecil itu ke dalam baskom berisikan air hangat, meraihnya kembali untuk dia peras kemudian meletakkannya di leher Kai. “Ayah darimana aja?” beralih memijiti kaki Kai, terlihat beberapa lebam disana yang saat dirinya tak sengaja menyentuh lebam itu menarik ringisan terkejut Kai.

“Ayah cari kerja, buat beliin kamu, Sunoo dan Jisoo banyak barang” Kai menunjuk kearah dua bingkisan besar di sudut ruangan, memberi isyarat untuk Hee membukanya.

Heeseung menarik bingkisan yang lumayan berat itu ke tengah ruangan, membukanya perlahan. Didalamnya terdapat beberapa buah, bahan makanan seperti bumbu dapur instan dan juga daging premium. Heeseung menarik kaos berkaraktek kesukaannya, Ayah membelikan semua ini tentunya dengan uang yang tidak sedikit.

Semakin membulatkan tekat Heeseung untuk bekerja membantu melunaskan hutang ayahnya.

”Itu buat kamu, coba cari lagi buat Sunoo”

Heeseung ngubek-ngubek barang itu lagi, sementara si empunya nama lagi sibuk bantuin Mama masak makan malam sambil misuh-misuh. Bibirnya yang mengerucut dan matanya yang sering dia sipitkan pertanda Sunoo lagi ga ikhlas buatin makanan buat orang itu. Ini mah misuh-misuh sambil masak jadinya.

Deringan ponselnya membuat perhatian Sunoo teralihkan, tapi anaknya sok cuek dan masih fokus potong bawang merah. Sampai Jisoo negur Sunoo buat angkat telponnya, sengaja sih biar Mama langsung yang nyuruh. Kalo ga gitu Sunoo malah disebut keasikan main hp nantinya, itu tips dari Sunoo.

Sunoo langsung mengangkat sambungannya. ”Halo Jae” Entah mungkin karena sudah terbiasa dengan gangguan dari cowok itu kini Sunoo tak lagi melakukan 3 cara mendeskripsikan rasa terganggunya atau bosan.

3 cara itu tidak lain dan tidak bukan iyalah memutar bola mata, berhembus kasar, dan juga mencak-mencak bertarung dengan udara.

Heeseung datang membawa dress yang dia setuju akan sangat cantik jika Sunoo memakainya, drees floral selutut berwarna baby blue. Untuk gadis seputih porselen itu ga akan ga cocok, udah pasti pas banget deh.

Sunoo malah memutar bola matanya ketika sadar dihadapannya kini Heeseung sedang nyengir dengan membawa sesuatu yang rabun di mata Sunoo, itu karena dia belum ngeh. Memutar tubuhnya ke arah lain.

”Mungkin bisa, tentuin tanggal aja dulu gimana. Biar ga repot pas hari H”

Cengiran khas Heeseung turun, wajahnya mulai datar saat merasa Sunoo tak memberikan perhatian padanya. Heeseung mengangkat dress itu, mensejajarkannya dengan proporsi tubuh Sunoo. Mungkin dress itu sedikit agak kekecilan dengan Sunoo, memang pertumbuhan gadis itu dua kali lipat berubah pesat. Juga pada bagian-bagian tertentu, uhuk uhuk.

Sunoo melihat rintikan hujan yang membasahi jendela, menyentuh kacanya. Dingin, mungkin perasaanya juga mendingin kini.

”Aku sih bisa kapan aja, aku ngikut kamu aja deh. Kabarin ya”

Sunoo tanpa sadar mengangguk. ”Iya, tunggu aja ya” Mendadak dua tangan Heeseung melingkar di tubuhnya, membawa dress itu untuk dipaskan di tubuh Sunoo. 

Merasakan deru napas hangat pria itu ditengkuknya. ”Pas ga?” Suara itu menggelitik pendengarannya, ponsel Sunoo reflek terlepas dari genggamannya saat merasakan dua tangan itu meremas pinggangnya.

Tangan bekas potong bawang itu juga reflek menyambar wajah Heeseung, seketika heboh serumah.
.
.
.
.
Sunoo melirik Heeseung yang masih merasakan pedih tepat pada matanya, keliatan merah sih kelopak matanya. Lebay ga si, Sunoo jadi merasa bersalah banget. Kini keduanya berada di kamar Sunoo, Heeseung minta pertanggung jawaban sampai matanya bisa dibuka lagi.

Dia tu anti banget sama bawang merah, nyentuh pun ga mau apalagi makan. Lah ini malah dapet olesan gratis diwajahnya, apa ga teriak-teriak dia.

Sunoo ngide buat ngolesin handbody ke kelopak mata Hee, ga nyambung banget. Habisnya dai ga ngerti gimana cara meminimalisir perihnya, dia aja butuh beberapa menit untuk hilangin perih itu tampa bantuan apapun.

Still Love Me (?) - HeesunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang