Sejauh ini perjalan lancar hingga setelah keluar tol sesuatu yang tidak mereka harapkan terjadi. Laju mobil Cornelia di 60 km/jam dengan mulutnya komat kamit menyanyikan bait demi bait lagu berbahasa korea terhenti berganti dengan kekagetan teramat."Niel mobilnya Niel.." Suara Indah tegang namun pikirannya langsung tertuju pada Anggita
Kedua mata Cornelia mengernyit tegang mencoba mengendalikan diri yang terhentak kaget bukan main melihat mobil didepannya berhenti mendadak tanpa aba-aba.
"Awas Niel!!" Setengah berteriak Indah mengamati depan
Begitu susah payah Cornelia menginjak pedal rem serta memainkan tangannya menyeimbangkan putaran stir agar tidak menabrak mobil didepan juga melihat kondisi dibelakang mobil mereka, hingga hentakan rem tangan yang Ia angkat mengeluarkan decitan ban mobil sampai terhenti kasar menyerong, menyenggol mobil yang terhenti dan tentunya mengguncang penumpang didalam mobilnya.
Kejadian yang sangat tidak mereka harapkan, terlebih ada Anggita didalam mobil. Cornelia yang sudah begitu menjaga laju mobilnya malah harus berurusan dengan mobil lainnya yang tiba-tiba terhenti di tengah jalan entah karena apa.
"Awsss.." Helisma memegang pundaknya yang sempat terhentak dari pengereman mendadak, pun dengan Indah dan Oniel yang sama sama mengaduh sakit karena badannya tercengkram seatbelt dan wajahnya menghantam air bag
"Kalian gapapa?" Tanya Cornelia memastikan "Ndah, lo gapapa?" Melihat Indah yang masih meringis menahan sakit
Indah menggeleng "Gapapa Niel, lo sendiri gimana?"
"Gue gapapa, sorry guys mobil depan awww... mobil depan ngedadak berenti."
"Gita, Eli kalian...-"Suara Indah tertahan
"Git, lo gapapakan?" Helisma kaget melihat tubuh Anggita naik turun karena nafasnya tidak beraturan dengan kedua mata terbelalak.
"Gittta.. Anggittaa.." Helisma segera membuka seatbelt yang mengikat dirinya
"Gita.. sadar Gitttt..." Ia memegang badan Anggita yang terguncang "Indah, Gita kenapa Ndah!"
Sekuat tenaga Indah melepaskan diri dari seatbelt dan menyingkirkan air bag, mencoba pindah ke seat belakang untuk melihat Anggita
"Oniel tolongin Gita Niel, Gita sadar Gitaaa!" Helisma terlihat begitu panik juga khawatir, air mukanya sudah sangat sedih melihat kondisi Anggita
Cornelia pun mencoba lepas dari seatbeltnya untuk melihat kondisi Anggita
"Giitaaa.." Indah sedikit mengguncang badan Anggita "Gita ini gue Indah, Git. Tenang Git. Tarik nafas. Atur nafas lo Gita." Ia melepas seatbelt Anggita dan menyandarkan tubuhnya
"Atur nafas dulu Gita.. tenang.. tarik nafas pelan-pelan.. keluarin.. tenang yaa.." Indah memberikan pukpukan di bahu Anggita yang begitu tegang kesulitan mengendalikan laju nafasnya
"Lo gapapa Git, kita gapapa.. teenang yaa.. atur terus nafasnya.." Kedua mata Indah menatap intens pada Anggita yang masih tegang, dengan raut wajah begitu takut.
Karena melihat jelas dan mendengar sedikit teriakan Indah akhirnya membuat kilatan kejadian kelam muncul hingga ketegangan dalam pikirannya memukul telak otak Anggita membuatnya membeku dalam rasa takut yang tidak bisa ia reaksikan hingga nafasnya tercekat.
Ia begitu berjibaku mengatur kembali laju nafasnya hingga beberapa saat kemudian nafasnya kembali teratur namun ledakan tangisnya pecah begitu histeris dalam rasa takut bahkan sakit yang membentur kaki juga keningnya pun tidak Ia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lani & Raya
FanfictionMungkinkah persahabatan bisa terjalin dari rasa sakit atas kehilangan? Bagaimana jika perasaan yang hadir adalah perasaan yang tidak seharusnya? Akankah rasa yang hadir dalam sebuah kebohongan bisa bertahan lama?