Bagian 11 - Hati tahu apa yang diinginkan

553 64 10
                                    




Ada sedikit keterbukaan kali ini dari Anggita, Ia mulai menyuarakan isi hatinya.

"Saya hanya merasa tidak bisa melepaskan bayang keluarga saya Dok, rasanya terlalu berat saya tidak siap. Tapi terkadang saya merasa kelelahan, kewalahan sendiri untuk mengatur ingatan saya sendiri. Saya takut kehilangan mereka, takut mereka pergi tanpa bisa saya lihat kembali." Lemahnya suara Anggita dengan kedua mata sedikit berkaca

Tidak menyela hanya terus menatap pada pasiennya, Dokter Febrio mendengarkan dengan seksama.

"Tapi saya selalu berusaha untuk ada di titik sadar diri agar tak hilang kendali Dok" Dengan helaan nafas dalam nan berat Ia menjeda ucapannya

"Hampir setiap malam saya terjaga karena merasa mereka membutuhkan saya, kenapa hanya saya yang selamat? Kenapa harus keluarga saya? Rasanya sangat menakutkan tapi tidak bisa saya lepaskan. Sesal saya hanya satu, tidak bisa membersamai mereka pada akhirnya."

Dokter febrio memberikan kotak tisu, dia bisa melihat keterpurukan Anggita. Kejadian mendadak yang begitu tragis harus Ia alami, kesulitan melaluinya adalah hal wajar.

"It's ok, Anggita. Kamu sudah sangat hebat sejauh ini, tidak akan ada ucapan saya yang bisa membuat perasaan kamu tenang tapi setidaknya selalu pikirkanlah hal-hal bahagia yang pernah kamu lewati dengan keluargmu. Apa yang terjadi bukan kehendak kamu, bukan kehendak keluargamu, episode ini memang harus ada dihidupmu dan dengan penuh perjuangan harus kamu lalui, hati kamu pasti tahu apa yang kamu inginkan." Kedua mata Dokter Febrio menatap dengan rasa bangga atas apa yang Anggita utarakan

"Saya rasa kamu sudah siap untuk operasi kedua ini, bertahanlah selalu. Ingat pegangan kamu meski itu hal hal kecil, entah itu teman-teman kamu yang menyenangkan, makanan favorit kamu, tempat pelampiasan emosi kamu, bertahanlah sampai waktu kamu habis, bukan kamu yang sengaja menghabiskan waktu. Lepaskan ketika kamu siap, beristirahatlah saat merasa terlalu lelah, tidak perlu terburu-buru berdukalah sampai hati kamu bisa rela dengan ikhlas yang tak terucap lewat mulut. Kamu pasti bisa."

"Terima kasih Dokter, saya akan terus berjalan mencari alasan untuk menghabiskan waktu sampai nanti bisa bertemu kembali dengan Ayah, Ibu juga Adik saya." Seutas senyum tipis menghiasi wajah sendunya

"Saya yang berterima kasih, kamu hebat Anggita. Kebahagiaan pasti ada untuk kamu. Semoga operasinya lancar, dan kamu kembali menemukan alasan untuk menghabiskan waktumu. Saya tidak berharap kamu kembali keruangan saya, tapi kalau memang perlu datanglah."

Rasanya beban itu sedikit berkurang, lega menyapa dalam himpit di dada. Ia keluar dengan raga ditemani sedikit senyum, ditinggalkan bukan berarti melupakan tapi justru untuk mengenang, mengenang dalam segala ingatan. Sakit pasti rasanya tapi seiring dengan waktu pasti bisa mulai terbiasa dan rela karena hati akan selalu tahu apa yang diinginkan.



.

Anggita berjalan pelan dengan satu tangan memegang tongkat elbow siku dan satu tangan lagi sibuk melihat hp karena adanya notif masuk sebuah pesan, begitu serius dirinya membaca pesan tersebut yang dikirim Helisma. Ia meminta maaf karena tidak bisa menjemputnya dirumah sakit, begitupun dengan Indah juga Cornelia yang kebetulan ada kelas tengah quiz jadi tidak bisa ditinggalkan.

Tidak singkat Ia membalas chat di grup room nya agar sahabat-sahabatnya tidak kepikiran dan dia pastikan akan baik-baik saja pulang menggunakan transportasi online.

Pikirnya bisa sekalian me time sendiri di taksi online selama perjalanan pulang, karena merenung dengan sumpelan earphone adalah sebuah ketenangan yang memberinya tenaga.

Tapi sepertinya apa yang Anggita angankan hanya akan menjadi sebuah angan yang tak terwujud, karena tanpa dia sadari dibelakangnya tengah ada dua orang perempuan yaitu Shanira dan Kathrina mengikuti dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lani & RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang