Satu Hari Lebih Dekat Denganmu (Part 1)

686 81 17
                                    

-- Wilujeng Maos Kalih Khidmat Sedaya --

.

.

.

.

"Siap kak Kathleen. Sekarang turun dulu ya ... udah sampai nih."

Selepas turun dari motor, Waksha meyaksikan Kathleen yang agaknya masih loading progres.

"Hah?? Udah sampe???"

Kathleen melihat sekeliling lalu cepat-cepat turun dari motor. Ia memberikan jaket milik Waksha agar dipakai kembali.

"Let's go," ajak Kathleen.

Mereka berdua pun berjalan beriringan.

Wanita berparas barbie itu sedikit melambatkan tempo langkahnya guna membaca plang toko yang berada di atas pintu, "Mooi." Gumamnya.

Setelah masuk, Kathleen sampai menganga menengok banyaknya pajangan berbau seni serta perabotan arsitektur yang tampak luxury. Juga berbagai alat tulis dan kantor.

"Aku nggak tau kalo di daerah sini ada stationery se-aesthetic dan selengkap ini loh??"

Dari sisi depan toko, terlihat classical dengan dua lantai. Tapi ternyata, di dalamnya fantastis! Sungguh menakjubkan.

Waksha memandangi wajah Kathleen, netranya tampak berbinar melihat sekitar. Dia tersenyum, reaksi kakak tingkatnya itu cukup sama dengan responnya sewaktu kali pertama mengunjungi stationery tersebut.

Waksha menduga hanya anak berjiwa seni saja yang bakal terpikat dengan toko macam ini. Ternyata mindset-nya itu salah total, rupanya perempuan anggun seperti Kathleen juga terkesan.

Sambil memilih-milih barang, Waksha menyempatkan untuk berbicara, "Aku tau toko ini karena dikasih tau sama Somi, temen kelasku kak dan sekelompok juga."

"Ah Somi! I know that girl!" Seru Kathleen.

Waksha menatap Kathleen tak percaya. Wanita bule itu mengangguk mantap, meyakini jika ia benar-benar mengenali gadis tersebut.

"Aku cukup akrab sama dia. Kita kenal gara-gara Persatuan Mahasiswa Luar Negeri di univ. Somi itu orangnya comical and nyentrik, jadi buat aku gampang akrab."

Ah, iya.

Baru inget kalau Somi juga aktif di berbagai organisasi dan mostly extrovert.

"She has three nationalities, right?" Lanjut Kathleen bertanya.

"Yaps! Kanada, Belanda dan Korsel."

Dirasa sudah menemukan kertas yang sesuai kriteria, Waksha dan Kathleen menuju lantai dua. Disana lebih banyak ditemukan painting art supplies.

"Toko ini tutupnya malem, sampe jam setengah 11. Semisal lupa beli atk atau sejenisnya. Mooi bisa diandalkan kak," tutur Waksha sekalian promosi.

Kathleen terbahak, "Jadi inget dulu waktu elementary school, pernah keluar jam 2 malem ke department store gara-gara lupa kalo disuruh bawa clay warna-warni," ucapnya sembari terkikik

Secercah senyum manis terbit di birai si Arukmo, "Untungnya di Amerika banyak toserba yang buka 24 jam ya."

Kathleen masih tertawa, "Bener!"

"Dulu, waktu SMP aku sama ayahku pernah nyari batok kelapa di toko makanan burung kak."

Kathleen mengernyit tak faham, "Batok? Apa itu batok?" -Herannya- "Dan ... kenapa beli kelapa di toko makanan burung?"

KatresnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang