-- Wilujeng Maos Kalih Khidmat Sedaya --
.
.
.
.
"Bentar lagi kampus kita bau-bau hajatan nih, Yem." Bisik Miyuki kepada Yemima.
Yemima tertawa kecil, "Gue udah nggak kaget kalo habis ini ada undangan jadi bridesmaids."
Tidak ada badai, tidak ada angin tiba-tiba Giselle tersenyum penuh makna. Entah apa yang dipikirkan gadis bergaya swag ini.
Thanks to cubitan Kathleen -Batin Giselle
"Eh, kan kita udah berbaik hati sama kalian nih," -Giselle melambatkan ucapannya- "Boleh nggak, gue minta sesuatu sama kalian?"
Ke-empat calon maba tersebut memberengut. Apa pada akhirnya kating yang mereka sangka berbeda dari yang lain ini, akan memberikan dare juga?
Yemima, Miyuki, dan Kathleen menatap Giselle.
"Ga usah macem-macem deh, Sel." Tutur gadis bermata monoloid.
Bukan gimana-gimana, tapi takutnya para adik tingkat yang baru dikenalnya itu mengecap mereka buruk sebab mengingkari ucapan yang telah mereka janjikan.
"Tenang aja, 'sesuatu' yang amat sangat simpel kok. Nggak macem-macem pokoknya dan nggak melenceng dari perkataan kita pas awal," kata Giselle mode serius.
Padahal di dalam hatinya cekikikan melihat ke-empat adik tingkat barunya dilanda panik.
ATT gengs bertatap-tatapan satu sama lain. Dari sorot matanya, menyiratkan 'bagaimana ini?'
"Kalau nolak, berarti harus nyari kambing lain. Emang kalian mau?" Tanya Nindya berbisik. Ketiga sobatnya sontak menggeleng.
"Yaudah, kalo gitu terima aja, ya?" Tanya Nindya kembali dan dijawab dengan anggukan berkali-kali.
"Boleh kak, silahkan."
Senyuman Giselle semakin lebar, "Gue minta kalian pilih mau foto sama siapa. Bebas di antara kita."
Yova dan Rayna kompak menepuk jidat. Ini mah, nggak simpel atuh. Kalok nggak genting kaya gini, mereka bisa berpikir seharian penuh.
Em, tunggu. Bukankah ini juga termasuk dare?
Yang sebelumnya khawatir akan tantangan dari Giselle, kedua sahabatnya alias Miyuki dan Yemima pada akhirnya ikut terhibur. Tapi, tidak dengan wanita satu ini.
Kathleen, dirinya menatap bengis si tersangka pencetus ide. Tak butuh waktu lama perempuan berkebangsaan Amerika ini menarik lengan Giselle.
"Eh-ehh Kath? Lu mau ngajak gue kemana?!??"
"Udah ikut aja."
"Gue tinggal dulu bentar. Pas gue dateng harus udah dapet jawabannya, ya!" Ucap Giselle sembari tergopoh-gopoh, efek menyesuaikan langkah kakinya dengan derap langkah Kathleen yang cepat.
Setelah dirasa cukup jauh dari mereka, Kathleen mulai berbicara.
"Maksud lu apaan?!? Kenapa jadinya kayak take me out aja. Kalok gitu kan gue jadi nggak bisa ngajak fotbar dia," kata Kathleen dengan nada sebal.
Giselle tertawa puas melihat wajah Kathleen yang sedang cemberut. Sungguh sangat terhibur menengok sahabatnya ini tengah murka.
"Oh ... mbak bule beneran lagi falling in love with someone new, nih. Jadi udah mulai Kathleen cegil era, ya?" Jail Giselle, ia menarik turunkan kedua alisnya.
Sesosok yang digoda tersipu malu, ia menutupi rasa salting-nya itu dengan menyibakkan rambut pirangnya ke samping, "Dia tuh kaya seseorang yang gue impikan selama ini, Sel. Ana-"
"Anak desain, dominan, kalem, lebih pendek dari lo, kulkas 10 pintu, look like a puppy-? Dan yang terpenting she is girl." Giselle menyela lebih dahulu sebelum Kathleen merampungkan kalimatnya.
Kathleen melongo tak percaya setelah tau bahwa sahabatnya ini masih ingat tipe ideal miliknya. Padahal umur pertemanan mereka tahun ini menginjak angka sembilan.
"I appreciate you remembering such little things about me, Selle"
"Yeah, i know. Gue juga inget karena lu ngomongin itu hampir tiap hari ya, Kath!" Ingat Giselle dan membuat Kathleen tertawa lepas.
Iya, Kathleen memang sering mengatakan model kekasih idamannya kepada Giselle sewaktu SMP dulu, eh SMA juga. Tentunya setelah mereka berdua sama-sama mengatakan kebenaran tentang orientasi seksualnya itu.
"Tapi first impression gue suka sama dia bukan tentang tipe ideal. Gimana sih? Lu paham kan maksud gue?"
"Iyaa, gue tau kok. Itulah namanya cinta pada pandangan pertama, Kathleen," jawab Giselle sembari menepuk-nepuk pundak sohibnya ini.
Kathleen manggut-manggut, "Kalo gitu ... better langsung gue culik aja nggak sih?"
"Ugal-ugalan banget anjir, kaya doi juga demen sama lo aja," gurau Giselle yang berhasil membuat Kathleen naik pitam.
Siapa sih nggak demen sama sahabat gue ini? Katarak iya -Batin Giselle
"Kalo ngomong minimal skill 1 dulu kenapa sih," sinis Kathleen, "Pokoknya gue nggak mau tau ya, Selle. Gue kudu foto sama doi!" Lanjutnya kukuh.
"Iya-iya elah. Kita liat pilihan crush lu dulu. Seumpama lu nggak kepilih, baru gue bertindak," tutur Giselle.
"Oke. Deal."
Takut yang lain menunggu lama, mereka berdua memutuskan untuk kembali menuju posisi awal mula pertemuan.
"Gimana gaes? Udah menentukan pilihan?" Tanya Giselle sewaktu sampai.
"Udah, kak."
"Mulai dari ujung kiri, ya. Berarti dari Waksha," kata Giselle memberitahu.
Jantung Kathleen berdebar kencang, hingga tidak sadar meremas pergelangan tangan Miyuki. Yang diremas pun hanya bisa tersenyum sambil meringis.
"Mau foto sama siapa?" Tanya Kathleen.
"..."
"Sama kak Giselle."
Waksha itu, W nya for WADUH
Maklum-kan typo ya
Matur suwun untuk votenya (☆▽☆)
KAMU SEDANG MEMBACA
Katresnan
FanficBagaimana ceritanya gadis asal Jogja ini bisa sangat memporak porandakan hati seorang wanita bule itu?