-- Wilujeng Maos Kalih Khidmat Sedaya --
.
.
.
.
"Mau minta foto apa mau nagih utang?" Tanya Kathleen seraya mengangkat satu alisnya dan jangan lupakan tangan yang dilipat di atas dada ini.
Dengan mulut melongo Waksha menjawab, "Hah?" Keningnya mengernyit, mencoba mencerna ucapan Kathleen.
Utang opo to? -Monolog Waksha dalam hati.
Kathleen itu agaknya tengah sensi kepada gadis Jogja ini, sebab lebih memilih Giselle ketimbang dirinya.
-
Loh-loh ... kok Waksha bisa foto sama Kathleen? Bukannya sama Giselle ya thor?
Author said, "Jawabannya akan terkuak saat Kathleen sama Waksha udah jadian ya reader."
-
"Itu wajah kamu datar banget. Kaya rentenir mau nagih utang nasabahnya."
Oh ... oke?
Bagus juga selera humor gadis bule ini.
"Minimal maksimal kalo mau minta tolong itu ya ... senyum dikit dong," sambung Kathleen sembari curi-curi pandang kearah adik tingkatnya itu.
Kalau boleh jujur, sebenarnya Kathleen sedang menahan gugup setengah mati karena dapat melihat Waksha sedekat ini.
"Hehe, ngapunten njih, kak" Waksha terkekeh kecil.
Ia mengusap punggung lehernya, merasa bersalah karena terlalu dingin kepada kakak pembimbingnya.
Dan apa tadi? Kenapa ia berbicara bahasa Jawa?
Kathleen tertawa gemas, "Kwkwk bercanda. I'm sorryy."
Rupa-rupanya katingnya ini suka bergurau.
"Gapapa kak. Santai aja."
Waksha juga ikut tertawa, walaupun rasa canggungnya masih besar.
"Btw, 'ngapunten njih' itu artinya apa?" Tanya Kathleen terbata-bata karena tak pandai berbahasa Jawa.
"Artinya 'maaf ya'."
"Ouh ... kamu dari Jogja ya? Cuma tinggal di Jogja apa lahirnya di Jogja juga?" Tanya Kathleen basa-basi.
Waksha tertawa pelan. Menurutnya, pertanyaan Kathleen kali ini agak lucu.
"Ih kok kamu ketawa," ucap Kathleen.
Waksha menggeleng tapi masih mempertahankan tawanya, "Aku orang Jogja asli kak. Dari brojol sampe segede ini tinggal di Jogja," jawab Waksha yang mampu membingungkan Kathleen.
"Oh gitu...," -Dari gelagatnya, Kathleen ini kiranya masih belum paham, "Yaudah foto sekarang aja, yuk." ajak Kathleen agar dirinya tidak bertambah pusing.
"Okee."
"Bentarr, aku mau benerin rambut dulu. Sama mau tacap dikit, boleh?"
Mana mungkin Waksha mengatakan 'tidak' hanya karena hal sepele seperti ini, kan?
Atau karena kedua manik mata wanita bule ini tengah menghipnotis-nya agar memperbolehkan?
"Boleh, kak. Silahkan."
Kathleen tersenyum lebar, rasanya seperti dibelikan sebatang cokelat sang pujaan hati.
Dengan gesit dia mengeluarkan liptint di saku celananya. Ia mengoleskan cairan berwarna merah itu di bibirnya dibantu dengan pantulan layar ponsel miliknya. Setelah itu Kathleen mulai menyisir rambutnya menggunakan jari tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katresnan
Fiksi PenggemarBagaimana ceritanya gadis asal Jogja ini bisa sangat memporak porandakan hati seorang wanita bule itu?