Pepanggihan Kaping Sapisan

454 71 0
                                    


"Pepanggihan Kaping Sapisan" mempunyai arti Pertemuan Pertama Kali.

.

.


-- Wilujeng Maos Kalih Khidmat Sedaya --


.

.

.

.

.

"TUNGGUIN!!"

Kata Nindya histeris, kaki jenjangnya berlari kecil menyusul ketiga sobatnya yang kian menjauh.

Setibanya di auditorium kampus, keempat sekawan itu disuguhkan dengan pemandangan yang tak terduga dan sedikit tidak masuk akal bagi mereka.

Disana banyak maba yang mengekori sambil merayu-rayu para kambing. Mereka lakukan demi mendapatkan satu buah foto bersama yang tak seberapa itu. Ada juga maba yang harus menjalankan dare (tantangan) terlebih dahulu.

"Eh, itu tuh disuruh nyanyi," Yova menunjuk segerombolan maba yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Disana ada yang pargoy," timpal Rayna.

"Ih TBL banget."

Nindya bergidik ngeri tatkala sepasang mata memandanginya dengan tatapan layaknya kucing birahi. Dan ia pastikan bahwa laki-laki itu seorang kakak pembimbing.

Waksha yang melihat peristiwa tersebut, lantas menarik lengan Nindya agar lebih dekat dengannya.

"Kancing bajumu itu mbok di benerin dulu to Nin," tegur Waksha lembut.

Nindya mendengus, namun tetap melaksanakan perintah dari Waksha.
Mengaitkan dua kancing yang sebelumnya ia biarkan lepas.

"Ini kambing lainnya pada kemana yo?" Waksha celingak-celinguk karena sedari tadi ia tidak menemukan kambing yang sedang free.

"Andani ogh, ning ngarep kono mau akeh lho, sing ayu yo kalem-kalem barang. Ora koyo sing ning kene," ujar Rayna sedikit sebal.

Translate : Bilangin juga apa, di depan tadi banyak yang cantik-cantik lho, pada kalem-kalem. Nggak kayak disini.

"Heh! Lu juga liat sendiri, ya. Tadi di depan udah ngga ada orang. Semuanye dah pada ngumpul disini," balas Nindya.

"Lu tuh body shaming ama mandang fisiknya kebangetan. Kurang-kurangin deh, Ray." lanjutnya lugas.

Waksha sama Yova cuma bisa menghela nafas, kalo nggak ribut ya menganiaya. Udah jadi siklus dalam circle ini.

Di pandangan orang lain, sepertinya hubungan persahabatan mereka dibilang toxic. Tapi nyatanya tidak, karena ke-empat sekawan ini lebih nyaman dengan tipe pertemanan yang ceplas-ceplos kayak gini.

Kata mereka sih, lebih serem kalo diem-diem ngrasani di belakang. Hihi.

Saat mengedarkan pandangannya, Yova mendapati sesuatu yang sangat mengejutkan, "Oyy ... ojo ribut terus, itu ada yang mau kesini tuh." Kata Yova kalang kabut.

Waksha, Rayna, dan Nindya seketika menoleh bersamaan. Dilihatnya segerombolan puan yang tingginya semampai juga parasnya yang sungguh sangat rupawan tengah berlenggak-lenggok ke arah mereka.

KatresnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang