Saranghae Haein-ah

5.7K 256 6
                                    

Pekerjaan Haein di kantor hari ini begitu menumpuk hingga ia tak sadar siang sudah berganti malam. Ia melirik jam di pergelangan tangan kirinya ketika selesai menandatangani dokumen terakhir yang ada di atas mejanya. Ternyata sudah pukul 8 malam.

Haein memeriksa ponselnya. Seharian Hyunwoo belum meneleponnya, bahkan mengiriminya pesan singkat pun tidak.

"Sajangnim, apakah kau tidak pulang?" kepala Sekretaris Na muncul dari balik pintu.

Haein meletakkan ponselnya. "Pulanglah lebih dulu, aku masih ada pekerjaan."

Sekretaris Na mengangguk kecil. Tapi tampak raut keheranan dari wajahnya. Setahunya pekerjaan Haein sudah rampung sore tadi. Bosnya itu hanya tinggal menandatangani beberapa dokumen. Dilihat dari posisi dokumen yang sudah berpindah ke sebelah kiri, berarti dokumen-dokumen tersebut sudah selesai ditandatangani.

"Baiklah aku pulang duluan. Sampai ketemu besok."

Sekretaris Na melangkah pergi. Namun, ia menghentikan langkahnya dan kembali menyembulkan kepalanya dari balik pintu.

Haein menatapnya. "Apa lagi?"

"Direktur Baek sepertinya masih bekerja sekarang. Daripada menunggu teleponnya, bukannya lebih baik kau datang menemuinya langsung."

Usai berkata seperti itu, Sekretaris Na langsung pergi meninggalkan Haein.

"Apa Sekretaris Na bisa membaca pikiranku?" batin Haein.

Setelah Sekretaris Na menghilang, Haein mengambil tas dan ponselnya lalu melangkah pergi menemui Hyunwoo di ruangannya. Benar saja. Hyunwoo masih sibuk dengan tumpukan kertas di depannya.

Sejenak Haein terpaku menatap Hyunwoo. "Akhh...dia benar-benar tampan," gumam Haein.

Salah satu anak buah Hyunwoo yang akan masuk ke ruangannya menyadari kedatangan Haein. Ia hendak menyapa, namun Haein memberi isyarat dengan tangannya agar diam dan menyuruhnya masuk saja. Setelah itu Haein juga berlalu dari sana.

Haein kini berdiri di depan pintu perusahaan, menunggu sopirnya datang.

"Harusnya dia mengirimiku pesan," Haein bergumam. Ia masih kesal Hyunwoo tidak menelepon atau mengirim pesan.

Sekitar 10 menit sudah berlalu, namun sang sopir belum juga muncul. Hyunwoo tiba-tiba muncul di belakangnya dan langsung memakaikan jasnya pada Haein.

"Di luar dingin. Kau harusnya tadi masuk ke ruanganku saja, jangan hanya menatapku lalu pergi."

Haein yakin anak buah Hyunwoo yang memberitahu soal kedatangannya.

"Aku takut mengganggumu," jawab Haein. Binar matanya menunjukkan ia sangat senang bertemu Hyunwoo.

"Sudah makan malam?" tanya Hyunwoo.

Haein menggeleng.

"Mau makan malam bersama?"

Haein mengangguk.

"Baiklah, mau makan apa?"

"Sup tahu, sosis, dan telur mata sapi."

Hyunwoo heran dengan menu yang diinginkan Haein. Ia ingat pernah membuatkan menu itu untuk Haein saat kali pertama menginap di apartemennya.

"Tapi kenapa harus sup tahu? Apa kau ingat sesuatu?" selidik Hyunwoo.

Haein menggeleng. "Entahlah. Tiba-tiba aku menginginkannya saja."

"Baiklah. Aku ingat dulu di mana restoran yang menjual menu seperti itu."

"Kau bisa mengajakku ke apartemenmu dan memasakkannya untukku," kata Haein pelan seolah berbicara pada dirinya sendiri.

"Hmmm...kau bilang apa? Maaf aku tidak terlalu mendengarnya."

"Kau bisa mengajakku ke apartemenmu dan memasakkannya untukku," Haein mengulang ucapannya, masih dengan suara yang kecil.

"Akhhh....kau ingin aku memasakkannya untukmu. Di mana? Di rumahmu atau di apartemenku?" goda Hyunwoo.

"Di apartemenmu," jawab Haein pelan

"Apa?"

Di apartemenmu?!" Haein mulai kesal. Hyunwoo hanya tersenyum kecil.

"Yakin ingin makan malam di apartemenku? Hmmm...aku bisa saja melakukan hal lain selain memegang tanganmu."

Mata Haein berputar. Ia menggigit bibirnya dan mempermainkan ujung jas Hyunwoo.

Hyunwoo tersenyum. "Jangan salahkan aku jika aku melewati batas."

Hyunwoo bergegas menemui sopir Haein yang sudah datang. Ia meminta sang sopir pulang duluan karena dirinya yang akan mengantar Haein pulang.

"Tunggu di sini, aku ambil mobil dulu."

Apartemen Hyunwoo

Setelah berganti pakaian, Haein duduk di sofa dan menatap Hyunwoo yang tengah memasak. Saat Hyunwoo berbalik membelakanginya, punggung pria itu tampak sempurna. "Aku jadi ingin memeluknya," kata Haein pelan.

"Akhhh kenapa juga aku harus memberinya syarat harus berpegangan tangan lima kali sebelum boleh memelukku." Haein tampak kesal dengan dirinya.

"Apa yang bisa aku bantu?" suara Haein memecah hening di antara mereka.

"Tidak usah. Sedikit lagi semuanya sudah siap."

Haein berdiri dari sofa, menarik kursi meja makan dan duduk di sana. Ia melihat Hyunwoo yang telaten menyiapkan makanan. Setelah siap, Hyunwoo duduk di depan Haein dan mempersilakannya makan.

"Wahh rasanya enak, ternyata kau juga pintar memasak," pujinya.

Hyunwoo tersenyum. Perkataan dan ekspresi Haein tak ada bedanya saat ia memasak untuk Haein waktu itu.

Selesai makan, Haein lanjut menonton TV. Hyunwoo di sampingnya memotong buah dan sesekali menyuapinya potongan apel.

"Berdirilah. Aku akan mengantarmu pulang," kata Hyunwoo.

"Hain menggeleng. "Ini sudah larut".

"Belum terlalu larut," jawab Hyunwoo.

"Aku ingin menginap di sini," celetuk Haein. Sedetik kemudian ia menyesali ucapannya yang begitu terang-terangan.

Hyunwoo hanya tersenyum. "Kita tidur di ranjang yang sama?" godanya.

Haein tersipu, membuat Hyunwoo makin tersenyum lebar karena berhasil menggoda Haein.

Haein dan Hyunwoo akhirnya tidur satu ranjang. Keduanya menatap langit-langit kamar dengan jari jemari yang saling bertaut.

"Ini pegangan tangan kita yang kali kedua. Aku sudah melarangmu untuk memelukku sebelum kita berpegangan tangan lima kali."

Hyunwoo hanya mengangguk. "Tidurlah, jika kau tidak tidur aku bisa melampaui batas."

"Tapi malam ini kau boleh memelukku. Hitung-hitung kau telah memasak untukku."

"Tidurlah. Aku tak yakin hanya akan memelukmu.

"Cihhh..."

"Saranghae, Haein-ah," kata Hyunwoo

Haein tersenyum. Ia tersipu mendapat pengakuan cinta yang mendadak seperti itu. Akhirnya mereka tertidur dengan tangan yang masih saling bertaut.

To be continued...

Baekhong (Fanfic Queen of Tears)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang