Terlihat pemuda itu menguap membuat ketiganya menoleh padanya.
"Xiaobao kau baru saja kembali dari perjalanan jauh. Istirahatlah didalam" Qin Po mengusap kepalanya dan dijawab dengan anggukan.
"Li Lianhua....A-Fei... Aku tidur sebentar kalian jangan pergi tanpa pamit padaku!"
"Hm tidurlah bocah" Di Feisheng mendengus mendengarnya.
Mereka menunggu hingga suara dengkuran halus terdengar sebelum mereka melanjutkan pembicaraan mereka yang tertunda.
"Apalagi yang ingin kau ketahui Xiangyi?" Tanya wanita tua itu.
"Saat ia terluka saat dikejar kemarin. Lalu ketika kami mengobatinya rupanya darahnya tidak berhenti mengalir padahal luka itu tergolong luka kecil. Setelah kami memeriksanya rupanya-
"Hemofilia" sela Qin Po.
Tentu saja tahu ciri-ciri yang pria itu sebutkan.
"Kau tahu?" Di Feisheng mengepalkan jemarinya.
Qin Po mengangguk lesu. "Indikasinya sudah ada sejak dulu tapi Xiaobao kami selama disini selalu dilindungi oleh kebajikan Dewa. Ia hampir tidak pernah terluka hanya saja ia sering terserang demam."
"Aku masih memiliki sebagian data DNA miliknya"
Li Lianhua terkejut mendengarnya dan Qin Po kembali bersama dengan koper lusuh. Di Feisheng membukanya dan meneliti isinya.
"Xiangyi. Jangan katakan apapun padanya. Anak itu. Xiaobao kami hatinya sangat rapuh. Aku takut kebaikan hatinya malah akan melukainya. Saat ini aku hanyalah wanita tua tanpa kuasa apapun. Tolong lindungi dia" isaknya lirih.
"Aku tidak tahu sampai kapan bisa menemaninya. Apalagi sejak Pak Tua itu tiada, ia jadi sering melamun. Kami semua disini sangat menyayanginya. Sebisa mungkin kami akan melindunginya dari bahaya"
"Desa Yi ini....."
Qin Po mengangguk. "Desa ini adalah desa yang kubangun untuknya. Orang-orang disini adalah para pelarian yang tidak mendapat hak mereka di masyarakat luas."
"Itu sebabnya tempat ini terisolasi" ucap Di Feisheng.
Ketika Xiaobao terbangun hari sudah hampir malam. Tidak baik melakukan perjalanan malam olehnya ia memaksa Li Lianhua dan Di Feisheng bermalam di rumahnya.
"Ugh maafkan aku hanya memiliki dua kasur gulung" ucapnya sedih.
"Tenang saja jika kita mengaturnya dengan baik akan muat" Li Lianhua tertawa.
Badan Xiaobao kecil untuk ukuran anak seusianya. Sedangkan Li Lianhua juga bertubuh ramping. Hanya Di Feisheng yang memiliki badan besar. Jika diposisikan maka Li Lianhua dibagian dalam, Xiaobao di tengah dan Di Feisheng paling ujung.
"Awas saja kau menendangku bocah" dengusnya.
"Hei! Aku tidur dengan baik yah!" Ucap Xiaobao tak terima.
Tak disangka pemuda ini sangat pintar memasak. Qiao Wanmian datang membawa bahan makanan ketika Qin Po mengatakan bahwa keduanya akan bermalam di desa. Ia juga mendapat tambahan bahan makanan dari warga lainnya.
Li Lianhua menyukai tempat ini yang menerima mereka dengan antusias. Ia terlihat memikirkan sesuatu sebelum menuju alam mimpi.
Tak disangka Xiaobao merasa enggan melepas keduanya. Terbukti dari tangannya yang enggan melepas ujung kemeja Li Lianhua.
"Huhu...terima kasih...apakah kita bisa bertemu lagi?" Pemuda itu mengelap kasar airmatanya. Wajahnya yang gembil dan matanya yang memerah membuat hati tak tega.
Li Lianhua memeluknya erat dan tangan besar Di Feisheng mengacak rambutnya.
"Hei!" Protesnya.
"Memangnya kau umur berapa? Cengeng sekali" ejek Di Feisheng.
"Dua puluh! Aku sudah besar!" Ia mengamuk dan menginjak sepatu pria jangkung itu.
"Sudahlah Xiaobao jangan hiraukan dia. Kami pergi dulu. Aku meninggalkan nomor telponku di atas mejamu" ucap Li Lianhua sebelum masuk ke dalam mobil.
Xiaobao terus melambaikan tangan hingga mobil itu tak terlihat lagi. Perlahan tangannya terkuai.
"Jangan pergi" lirihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
Научная фантастика"Dengan waktu kita yang terbatas ini....yang aku inginkan hanya kamu"