Xiaobao membuka matanya dengan susah payah. Sebenarnya ia sudah sadar sehari sebelummya tetapi ia tidak punya sedikitpun tenaga hanya untuk membuka mata. Sekujur tubuhnya sakit luar dan dalam. Biasanya saat ia sakit dahulu, Qin Po selalu menemaninya. Tapi sekarang semua hanya tinggal kenangan.
Sebulir airmatanya jatuh dan membuat napasnya tersengal menimbulkan perubahan suara monitor di sekelilingnya.
"XIAOBAO!"
Li Lianhua menyambar masuk begitu mendengar suara alarm berbunyi. Ia mendapati pemuda itu kesulitan untuk bernapas dan menaikkan laju oksigen yang mengalir.
"Xiaobao tarik napas pelan-pelan"
Ia membuka jemari kurus yang meremas piyamanya hingga kusut. Pergolakan emosi ini sangat buruk. Padahal ia baru saja sadar.
"Li..Lian...hua" ucapnya perlahan hembusan napasnya membuat kabut dalam masker oksigen yang dipakainya.
"Iya aku disini" Li Lianhua menciumi jemari pemuda itu. Ia sama sesaknya melihat jejak airmata di wajahnya.
"Huhu...hiks..Nenek"
"Xiaobao jangan menangis yah nanti sesak lagi" pinta Li Lianhua memelas.
Namun sepertinya sulit sehingga ia terpaksa memberikan suntikan penenang.
"Xiaobao maafkan aku" lirihnya melihat pemuda itu terpejam kembali.
"Bagaimana?"
Suara khas Di Feisheng memecah keheningan ruangan. Ia berdiri di sebelah Li Lianhua yang terus mengelus tangan Xiaobao.
"Ia masih sangat terpukul"
"Berikan dia waktu. Dia bocah yang kuat walau cengeng"
Li Lianhua tertawa kecil dan membalas "Kalau ia mendengarmu, ia pasti akan merajuk"
Di Feisheng mendengus geli. "Itu lebih baik daripada melihatnya seperti ini"
Keduanya beranjak pergi membiarkan pemuda itu mendapat istirahat yang tenang. Langkah kaki mereka menggema di lorong yang sepi.
"Kau sudah tahu siapa yg melakukannya A-Fei?"
"Nanyin"
Tap.
Langkah kaki Li Lianhua terhenti. Tanpa sadar ia mengepalkan kedua tangannya.
"Lagi..."
"Li Lianhua aku bersyukur saat itu kau bersama dengan bocah itu"
"Maksudnya?" Li Lianhua menatap Di Feisheng bingung.
"Qiao Wanmian mengatakan ada beberapa orang yang mencari dirinya di klinik. Sebelum ia menjawab Qin Po tiba-tiba muncul dan menggiring mereka keluar."
"Siapa sangka salah satu diantara mereka meletakkan peledak di dalam klinik. Wu Yan bilang kalau itu hanya peledak skala kecil tapi daya ledaknya mampu menghancurkan sebuah rumah."
"Bagaimana keadaan Qiao-guniang?"
"Tenang saja beruntung ia sempat keluar sebelum ledakan itu terjadi. Tapi sepertinya ia membutuhkan perawatan lebih lama. Jangan khawatir ia sudah ditempatkan di rumah sakit yg berafiliasi dengan Jinyuan."
"Lalu Qin-qianbei?"
Di Feisheng meletakkan kedua tangannya di pundak Li Lianhua. "Kita bicarakan di ruanganku"
Pria itu mengangguk dan mengekori dari belakang hingga keduanya sampai di ruangan Di Feisheng.
"Teh ? Kopi?" Tawar pria jangkung itu.
"Teh saja"
Sembari menunggu air teko mendidih Di Feisheng melanjutkan pembicaraan mereka.
"Saksi mata mengatakan bahwa ia mendengar pertengkaran sebelum rumah itu terbakar."
"Gerombolan itu pergi dengan wajah marah. Ledakan yang terjadi di rumah Qin Po mengenai rumah disekitarnya sehingga membuat api menyebar dengan cepat"
"Bagaimana dengan korban? Mereka selamat bukan?"
Di Feisheng meletakkan cangkir teh meja. Sorot matanya terlihat dalam. Walau pria ini jarang menunjukkan ekspresinya tapi Li Lianhua tahu wujud hatinya.
"Untuk kebakaran itu sendiri kami menemukan belasan korban. Li Lianhua api ini berasal dari ledakan senyawa kimia. Tidak mudah untuk dipadamkan dan akses yang sulit membuat desa semakin terisolasi"
"Sebagian dari mereka yg mengalami luka bakar maupun yang keracunan asap sudah dipindahkan ke rumah sakit yang sama dengan Qiao Wanmian"
Rasa getir menyelimuti hati Li Lianhua. Ia hanya menatap bayangannya yang terbias di cangkir teh.
"Bagaimana kita menjelaskannya pada Xiaobao?"
"Aku tidak tahu. Wu Yan hanya bisa mengambil beberapa abu yang diduga berasal dari jasad Qin Po"
"Aku sudah memerintahkannya untuk membuat pemakaman yang layak untuknya di bukit Yi. Kita bisa membawa Xiaobao kesana jika kondisinya sudah memungkinkan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
Science Fiction"Dengan waktu kita yang terbatas ini....yang aku inginkan hanya kamu"