Xiaobao mengaduk sup kacang merah di panci dengan riang. Setelah mencicipi rasanya beberapa kali ia membawanya ke meja makan mungil miliknya.
"Kuharap rasanya sesuai denganmu"
Li Lianhua mengulum senyum mendengar ucapan pemuda itu. Sekarang ia berada di rumah Xiaobao setelah melalui kesepakatan bersama, mulai hari ini ia akan tinggal bersamanya.
Tentu saja hal ini membuat pemuda itu gembira. Ia mempunyai teman sekamar dan orang yang bisa diajaknya bercerita.
"Besok aku akan mengajakmu berkeliling desa setelah dari klinik!"
"Baik-baik aku menurut Xiaobao saja"
Xiaobao menggaruk pipinya yang memerah. Entah mengapa bersama Li Lianhua selalu membuatnya senang. Saking senangnya ia sampai tersandung kaki meja saat hendak mengambil nasi.
"Xiaobao!" Li Lianhua membantuanya berdiri.
"Ah maaf-maaf aku terlalu ceroboh" ucapnya malu.
"Ah sikumu berdarah!"
Benar saja ia melihat darah mulai mengucur dari sikunya. Padahal hanya luka gesek tapi membuat Li Lianhua panik. Ia melupakan makanannya dan berlari mengambil tasnya.
"Li Lianhua?" Cicit pemuda itu tak enak. Ia melihat pria itu sangat serius mengobati lukanya. Kemudian melihat nya mengeluarkan jarum suntik.
"Hah?! Untuk apa disuntik?!"
"Xiaobao kau lupa kau memiliki Hemofilia?"
"Ta-tapi ini kan luka kecil..."
"Tidak Xiaobao sekecil apapun lukamu, pembuluh darahmu berpotensi untuk pecah. Lihat."
Li Lianhua menunjuk kain kasa yang memerah berserakan dilantai. Akhirnya pemuda itu pasrah dan membiarkan dirinya merasakan jarum suntik itu.
"Ugh aku tidak suka disuntik" Ia mengeluh membuat pipinya menggembung. Li Lianhua menahan diri untuk tidak mencubitnya.
Kemudian pria itu memastikan tidak ada ceceran darah yang berjatuhan sebelum melemparkan kain kasa bekas itu ke tunggu api dan melihatnya terbakar.
"Li Lianhua.... sebenarnya aku penasaran kenapa sampai harus dibakar. Saat pertama kau juga melakukan hal serupa"
Li Lianhua terdiam mendengar pertanyaan pemuda itu.
"Apa kau takut dengan darah? Atau ada hal lain?"
Lama hingga pria itu membuka suara menjawab pertanyaannya.
"Benar Xiaobao aku takut darah. Sangat takut hingga rasanya aku ingin menghilang"
Pemuda itu tercengang mendengarnya. "Lalu kenapa kau menjadi dokter?"
"Aku melakukannya untuk diriku dan menjaga orang yang kusayangi."
Xiaobao hanya ber "oh" ria. Ia menghargai apapun alasannya menjadi dokter. Keduanya kembali berfokus melihat bara api yang membara dan menghabisi benda itu tanpa sisa.
"Lalu sekarang aku punya tambahan orang untuk kulindungi"
"Siapa?"
"Kau Xiaobao"
Mata besarnya membuat mendengar kalimat yang baru saja terucap dari bibir Li Lianhua. Seketika jantungnya berdegup kencang dibalik dadanya.
"Kenapa?"
"Karna kita spesial!"
Yao Mo datang tergopoh-gopoh membawa laporan hasil pemeriksaan yang sudah ia teliti. Di Feisheng menyiksanya untuk segera meneliti sampel dan riwayat Xiaobao yang dibawanya dari Desa Yi.
Ia membaca map paling atas sebelum meremasnya hingga kusut.
"Nanyin sialan!"
Nyali Yao Mo menyusut melihat bosnya semarah ini. Namun, ia sendiri sangat prihatin dengan data-data yang tertera di kertas tersebut.
"Tuan aku rasa anda harus membawa Tuan Muda Xiao kembali kesini" cicitnya.
"Bagaimana dengan Li Lianhua?"
Yao Mo menyerahkan map lain yang dipegangnya. Tak butuh waktu lama hingga benda itu menjadi kusut juga. Di Feisheng memijat keningnya.
"Dua biang masalah ini...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
Science-Fiction"Dengan waktu kita yang terbatas ini....yang aku inginkan hanya kamu"