- ☆ -
Naladhipa duduk termenung di kamarnya, menatap pesan tawaran yang baru saja diterimanya. Tawaran itu datang dari sebuah perusahaan ternama di kota, menawarkan posisi bidang usaha dengan gaji yang sangat menggiurkan. Ini adalah kesempatan emas yang mungkin tidak akan datang lagi.
Namun, Naladhipa ragu. Ia teringat akan impiannya untuk membuka usaha sendiri di kampung halamannya. Selama ini, ia telah menyisihkan sebagian gajinya untuk modal usaha tersebut. Jika ia menerima tawaran ini, maka impiannya harus ditunda.
Dengan gelisah, Naladhipa menghubungi Kayla, sahabatnya yang tinggal di kota. Kayla selalu menjadi tempat Naladhipa berbagi dan mencari masukan.
"Kayla, aku bingung harus bagaimana. Aku dapat tawaran kerja yang sangat menarik di kota, tapi itu berarti aku harus menunda menjadi dokter kayla," ujar Naladhipa.
Kayla terdiam sejenak, mencoba memahami dilema yang dihadapi sahabatnya itu. "Naladhipa, ini memang keputusan yang sulit. Di satu sisi, tawaran itu membuka pikiranmu. Tapi di sisi lain, gue tahu betapa lo ingin segera mewujudkan impianmu itu."
Naladhipa mengangguk pelan. "Aku juga bingung, Kayla. Aku sudah bekerja keras selama ini untuk menabung untuk menjadi dokter. Tapi kesempatan seperti ini mungkin tidak akan datang lagi."
Kayla terdiam sejenak, lalu berkata, "Nal, gue engga bisa memutuskan untuk Lo. Tapi yang bisa gue sarankan adalah, pertimbangkan dengan matang segala konsekuensinya. Pikirkan apa yang benar-benar lo inginkan untuk masa depanmu. Jangan terburu-buru, ambil waktu untuk merefleksikan semuanya."
Naladhipa menghela napas panjang. "Kamu benar, Kayla. Aku memang perlu waktu untuk berpikir jernih. Terima kasih sudah mendengarkan ku dan memberiku masukan."
"Itu gunanya sahabat, Nal. Apapun keputusan Lo nanti, gue akan selalu mendukung Lo," balas Kayla dengan senyum hangat.
Naladhipa tersenyum lega. Dengan hati-hati, ia kembali menatap pesan tawaran itu, berusaha menimbang segala kemungkinan yang ada. Keputusan ini memang tidak mudah, tapi Naladhipa bertekad untuk mengambil pilihan terbaik untuk masa depannya.
Naladhipa dan Kayla sudah menjadi sahabat sejak mereka duduk di kelas 4 sekolah dasar. Saat itu, Naladhipa adalah anak yang pemalu dan tidak memiliki banyak teman. Sebaliknya, Kayla adalah anak yang populer dan dikelilingi banyak teman.
Meskipun begitu, Kayla merasa ada sesuatu yang kurang. Ia ingin memiliki sahabat yang benar-benar setia, yang bisa menerima dirinya apa adanya. Saat itulah Kayla menyadari kehadiran Naladhipa, seorang anak pemalu yang tampak kesepian.
Dengan kebaikan hatinya, Kayla mulai mendekati Naladhipa dan mengajaknya bermain bersama. Awalnya Naladhipa merasa canggung, namun perlahan-lahan ia mulai membuka diri dan merasa nyaman bersama Kayla.
Hari demi hari, Naladhipa dan Kayla semakin dekat. Mereka berbagi cerita, saling mendukung, dan selalu ada untuk satu sama lain. Kayla merasa bahwa Naladhipa adalah sahabat yang ia cari selama ini - seseorang yang tulus menerimanya apa adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naladhipa Saffanah
Ficção Adolescente"Jika aku bukan terlahir dari keluarga dokter, Maka pastikan bahwa aku adalah seorang dokter pertama di Keluargaku" -Naladhipa Shaffanah Pratama Naladhipa adalah seorang gadis desa yang kurang mampu dengan cita-cita menjadi dokter. Meskipun mengha...