0.8

708 80 5
                                    

Flashh Back

Tempat yang gelap dan sempit. Tak ada sedikitpun cahaya yang masuk ke sana. Terdapat 2 anak lelaki yang saling mendekap. Yang paling kecil terus menangis. Yang lebih besar terus menenangkan.

Di lihatnya sekeliling ruangan. Berharap setidaknya ada satu saja jalan untuk kabur dari sana. Bibir yang tak henti-hentinya menenangkan si kecil di dekapannya. Mata lelah yang terus menelusuri ruangan gelap itu. Jujur saja, ia kini juga merasa takut. Namun tentu ia harus merasa kuat untuk seseorang yang tengah ia jaga kini.

"Kak Jendla?"

"Iya Awan?"

"Aku haus"

Mendengar itu membuat hatinya pilu. Bagaimana ini. Apa yang harus ia lakukan. Melihat di sini tidak ada apa-apa untuk sekedar menghilangkan rasa haus lelaki kecil di sisinya.

"Awan. Kamu jangan banyak menangis. Nanti kamu akan semakin merasa kehausan"

"Umm" si kecil mengangguk patuh. Kemudian ia menahan tangisannya dengan sekuat tenaganya yang tersisa.

Dalam hati si remaja awal itu mengucapkan kata maaf. Karna sungguh ia juga tak tau harus berbuat apa. Tampaknya malam semakin larut. Ia melihat jam tangannya.

"Jam 2 pagi" gumamnya.

Kemudian ia berdiri. Beranjak dari tempatnya.

"Kak mau ke mana?"

"Awan dengarkan Kakak. Kita harus kabur dari sini"

"Tapi bagaimana calanya?"

Yang lebih besar berfikir. Ia telusuri setiap ruangan itu.

"Hah, rupanya dinding ini terbuat dari kayu" ujarnya.

Lalu tangannya meraba-raba ke bawah. Ada sedikit lubang di tanah.

"Lantainya tanah, Awan sepertinya saya tau bagaimana caranya kita keluar dari sini"

⚛》》》》》◆《《《《《⚛

Butuh waktu 1 jam 20 menit bagi kedua anak kecil itu menggali tanah di ruangan belap itu. Untung saja kondisi tanahnya sangat lembap jadi mereka dapat menggalinya dengan mudah menggunakan beberapa bongkahan papan yang lebar.

"Kak jendela, Awan lelah"

"Awan ingin keluar dari sini kan?"

Si kecil menganggukkan kepalanya ribut, tandakan betapa besar keinginannya untuk keluar dari sana.

"Dengar saya. Ayah saya menyimpan alat pelacak di jam tangan saya. Mereka akan menemukan kita. Hanya saja pertama-tama, kita harus keluar dari sini"

Lagi-lagi yang lebih kecil mengiyakan. Meskipun ia tak mengerti apa yang di ucapkan oleh remaja awal itu.

"Nah, ini sudah cukup. Ayo Awan, kamu masuk lebih dulu"

"Tapi Kak, Awan takut"

"Kakak ada di belakang kamu Awan"

Melihat tatapan tegas sekaligus meneduhkan itu, membuat Awan memberanikan dirinya untuk masuk ke lubang itu lebih dulu.

Dapat ia lihat rimbunnya pepohonan yang menakutkan. Tiupan angin yang dingin. Dan beberapa suara serangga dan hewan yang aktif di malam hari.

Mayjend Elang (Nomin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang