0.9

738 80 16
                                    

Elang telah sampai di hutan yang menjadi kemungkinan tempat Biru di sekap. Dapat ia lihat dari kejauhan, ada sebuah bangunan yang terbuat dari kayu di sana.

Entah mengapa, Elang merasa tempat itu terlihat tidak asing baginya. Keadaan yang ia alami kini pun terasa sangat familiar. Padahal seingat dia, tak pernah rasanya mengalami hal seperti ini.

"Tempat ini, sepertinya saya pernah melihatnya?" ucapnya dengan nada ragu.

Elang kembali mengingat-ingat lagi. Apa mungkin ia melupakannya.

"Ahhh, iya saya dulu sering mimpi buruk tentang tempat ini"  jedanya sambil kembali mengingat-ingat.

"Aneh, padahal saya baru sekarang ke tempat ini" lanjutnya.

Elang terus memantau keadaan. Dapat ia lihat, tempat itu di jaga oleh beberapa orang. Masing-masing dari mereka membawa senjata. Ia tau, ini adalah hal yang serius dengan resiko yang besar. Namun yang menjadi tujuannya tetap sama, yaitu memastikan Biru pulang dengan selamat.

"Biru, saya harap kamu bisa bertahan sebentar lagi" ucapnya penuh harap.

Elang terus memikirkan strategi. Bagaimana caranya agar ia bisa membawa Biru kabur dari sana.

Saat sedang fokus mengawasi, tiba-tiba ada drone mendekatinya. Lalu suara walkie talkie yang berada di kantong jaketnya berbunyi.

"Tes-tes"

"Lang, lo denger gue?"

Itu sepertinya Mahes. Akhirnya ia datang juga.

"Hes, kamu di mana?"

"Gue di pinggir hutan. Gue bawa drone. Lu butuh bantuan gue?"

"Tolong alihkan perhatian mereka!, kamu lihat para penculik itu kan? "

"Iya gue liat. Oke kalo gitu, gue pancing mereka pake dorne gue aja ya? "

Elang mengalihkan perhatiannya ke ara drone. Lalu mengangguk mengiyakan pertanyaan Mahes.

Setelahnya drone itu pun terbang, mendekat ke arah bangunan tua itu. Terlihat para penculik itu mulai memperhatikan.

"Woy siapa tuh" teriak salah satu dari mereka.

"Gawat, kayaknya itu ada kameranya" ujar yang lainnya.

"Yaudah kalo gitu kalian kejar!"

Dua di antara empat orang itupun mengejar drone tersebut. Mahes mengendalikan drone itu jauh ke dalam hutan. Ia berhasil menyingkirkan beberapa. Itu tandanya, pekerjaan Elang menjadi sedikit ringan.

Lain halnya dengan Biru. Ia mendengar suara keributan di luar sana.

"Ada apa di luar sana?" ucapnya penasaran.

Sialnya tidak ada celah sedikitpun untuk ia melihat keluar sana. Tangan dan kakinya diikat dengan cukup kuat. Ia yakin, kini kulit mulusnya pasti sudah merah-merah karna tergores tali.

"Duh, semoga aja Kak Jendra gak kesini"

Biru terus berdo'a, semoga Elang tak datang ke tempat ini. Semoga apa yang tengah terjadi di luar sana, bukan karna ulah seseorang yang telah menjadi teman sekamarnya itu.

Tiba-tiba seseorang membuka pintu dengan sedikit kencang. Membuat Biru terkejut.

"Raga?"

"Lo yang nyuruh orang buat datang nolongin lo kan?"

"Maksud lo apa sih Ga?, gue daritadi di sini. Handphone gue juga lo bawa. Tangan sama kaki gue juga diiket. Lo fikir gimana caranya gue bisa minta tolong sama orang?"

Mayjend Elang (Nomin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang