0.17

513 52 9
                                    

Setelah beberapa hari dari kejadian penembakan pada sang Jendral. Kini Elang tengah memimpin pasukannya menuju ke markas musuhnya. Terlihat dari drone yang di terbangkan oleh Mahesa. Keberadaan mereka tak jauh lagi. Sekitar 150 meter dari tempatnya berpijak kini.

"Pak, mereka ada 8 orang, masing-masing memiliki senjata laras panjang tipe 58" ucap Mahesa saat melihat dari kamera drone nya.

Senjata itu di buat di Korea Utara. Senapan tipe 58 adalah senjata yang di lengkapi mesin ringan dengan 30 putaran. Senapan itu memungkinkan membawa sejumlah besar kartrid 0,175 x 1,5 milimeter. Tentu saja itu senjata yang cukup moderen karena telah di lakukan beberapa modifikasi di beberapa bagian tertentu.

Elang mengangguk. Lalu ia kembali menyiapkan pasukannya.

"Kalian sudah memakai pelindung dengan lengkap bukan?"

"Siap sudah pak" ucap mereka serentak, tentunya dengan suara yang tak begitu lantang seperti biasanya karna situasi yang cukup berbahaya kini.

"Berapa jumlah pasti mereka?"

"Siap, mereka ada 8 orang, sesuai dengan yang dikatakan oleh Brigjen Mahes" ucap Aji.

"Senjata mereka cukup lengkap, itu artinya ada seseorang yang menyuplai senjata pada mereka"

Mahesa mengangguk setuju dengan ucapan Elang. Ia pun curiga seperti itu. Mengingat pasukannya yang di pimpin oleh Jendral Yudha kemarin sudah berada di sini hampir 2 minggu, dan mereka masih belum juga kehabisan senjata hingga saat ini. Hal itu semakin memperkuat dugaan mereka.

"Kita perlu ubah rencana. Coba liat di mana tempat mereka simpan persiapan senjata nya!" Perintah Elang pada Aji sebagai orang yang telah mengawasi markas musuh sejak lama.

"Di tenda hitam di tengah ke 2 tenda ini pak" ucap Aji, sambil menunjuk layar yang berada di remot drone yang tengah di kendalikan oleh Mahesa.

Drone itu nyaris tanpa suara. Tak akan ada yang menyadari keberadaan kamera terbang tersebut di lebatnya hutan kalimantan yang cukup gelap pada sore ini.

"Oke kita ubah rencana. Tunggu sampai malam. Kita istirahat di sini malam ini!" ucap Elang kepada seluruh anggota nya. Elang memiliki keahlian menyamar. Ia juga pandai bergerak dengan gesit di malam hari. Oleh karena itu beberapa pemberontak yang di tangkap oleh Elang menyebut dirinya sebagai hantu bermata Elang. Ya hal itu di karenakan matanya yang sangat tajam. Tak satupun lolos dari penglihatannya. Dan pergerakannya yang selalu muncul tiba-tiba di hadapan musuhnya tanpa mereka sadari seperti hantu yang dapat muncul secara tiba-tiba dan tidak terduga.

Elang juga pengatur strategi yang handal semua kemampuannya telah di akui oleh beberapa petinggi dan oleh Jendra Yudha sendiri.

Kini mereka memutuskan untuk beristirahat sambil bersiap mengatur rencana baru. Mereka tak berniat mendirikan tenda darurat di sana. Mengingat jarak markas musuh yang lumayan deket dari tempat mereka kini. Elang memutuskan untuk memusatkan perhatian pada membuat rencana baru. Tentunya hanya dengan duduk di hamparan rumput dan semak-semak yang tinggi di sekitaran mereka. Dengan itu ia dapat lebih fokus memantau seluruh anggotanya tanpa tertutup tenda.

Di kala memikirkan strategi, pikirannya teringat pada Awan. Sudah terhitung 2 hari 1 malam ia tak bertemu dengan pemuda manis yang belum lama ini selalu mengisi hati dan fikirannya itu.

"Awan, saya harap kamu tidak larut dalam kesedihan. Semoga Ayah mu kembali pulih. Dan saya harap saya dapat bertemu dengan kamu lagi nanti" ucap Elang dalam hati.

Jujur saja. Setiap Elang mengeban tugasnya di situasi yang berbahaya seperti ini, ia tak pernah khawatir terhadap keselamatannya sendiri. Saat ia memutuskan menjadi seorang abdi negara, maka saat itu juga ia telah siap mati untuk negaranya. Tapi sejak Awan datang. Ia ingin hidup, Elang telah menemukan alasannya untuk kembali. Ia harus tetap hidup untuk dapat melihat sebuah senyuman yang sangat manis yang terukir di wajah cantik seorang Awan Naza Sabiru. Seseorang yang dengan sangat beraninya mengisi hati yang telah lama membeku. Dan mengubahnya menjadi begitu hangat dan penuh cinta.

Mayjend Elang (Nomin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang