Buluk

51 33 6
                                    

Masih di bumi pertiwi.

"Apa tuh, yang di kasih si, Rafael?" gue menatap malas kearah, Laras.

Kenapa para wanita di kelas gue sangat menyukai si cowok jutek seperti, Rafael? Belum tau aja mereka gimana kelakuan tuh bocah.

Gue udah hampir 3 tahun berhubungan sama dia. Sama keluarganya.

Yupzz... tepatnya, sejak kejadian Bapak gue nyelamatin papanya. Bapak gue di pekerjakan sebagai sopir pribadi keluarga mereka.

Awalnya, Pak Abitama yang terhormat itu ingin memberi pekerjaan yang layak buat Bapak gue. Di salah satu kantornya. Tapi lagi-lagi Bapak gue menolak dengan alasan tidak mengerti dan tidak paham mengenasi bisnis.

Jadi, akhirnya dengan perasaan senang yang membara, Bapak gue yang baik hati itu menawarkan diri sebagai sopir pribadi mereka. Awalnya tante Marinka sempat menolak. Namun saat mendengar penjelasan Bapak gue, mereka pun akhirnya setuju.

Dan jadilah kami berhubungan seperti keluarga sampai sekarang. Tante Marinka, dia adalah orang yang hangat. Dia sesekali datang ke rumah berkunjung hanya untuk melihat keadaan ibu gue. Kadang mereka sering menghabiskan waktu bersama. Bercerita mengenai apapun itu. Kecoak mati aja gue rasa di ceritain sama mereka berdua.

Kocak...

"Bekal. Dari Bapak gue" gue memperlihatkan dengan bangga nasi goreng buatan ibu gue.

"Kok, Rafael yang kasih ke elu?" Lambe turah siapa lagi yang bertanya seperti itu. Kalau bukan para gadis yang saat ini sudah berkumpul di meja gue.

"Bapak gue kan sopirnya Rafael, Nyonya" gue menekan kata 'nyonya' kepada Salsa. Salah satu siswi tercantik dan terpintar di kelas gue.

"Oh. Gak ada yang spesial. Yuk bubar" lu kate lagi nonton konser dangdut apa? Main bubar bubar aja.

Gue gak perlu harus merasa rendah karena kerjaan orang tua gue. Malah gue berbangga diri. Sejak gue masuk di sekolah yang super elit ini, berkat tante Marinka, pastinya. Gue jadi makin beruntung karena memiliki orang tua seperti orang tua gue. Berkat doa mereka dan kerja keras mereka. Tuhan akhirnya memberikan jalan yang terbaik melalui keluarga, Abitama.

Satu sekolah juga udah pada tau siapa gue. Gue adalah anak seorang sopir dari keluarga Abitama. Dan gue gak malu karena itu.

"Eh buluk. Nanti lu pulang bareng gue. Bapak hari ini gak bisa jemput karena harus nemenin papa ke Bandung"

"Hmmm"

Ngapain juga tuh tong se-tan muncul lagi di depan pintu kelas gue? Buat semua orang di kelas gue yang tadinya udah adem ayem, jadi berisik lagi.

"Lu... lu kok bisa sedekat itu sih? Sama Rafael?" Apalagi yang harus di jelasin neng Salmon? Eh Salsa?

"Ya dekat gimana? Udah biasa juga kan, gue sama dia balik bareng. Rumah gue kan jauh dari sini" jawab gue malas.

"Ya kenapa harus sama, Rafael!" Gue sontak menutup telinga gue.

Apaan dah betina atu.

"Berisik lu ah. Tanya aja sama orangnya sonoh"

Gue malas meladeni Salsa. Dan karena kebaikan Ilahi, akhirnya Risa menutup kembali mulutnya saat guru sudah masuk.

Jakardah

14:30

Gue sumpahin nih cowok sialan ketempelan setan sekolah. Bisa-bisanya dia gak ingat sama gue. Dan malah main pergi gitu aja dengan alasan mau main sama temannya. Dan gue malah disuruh nungguin dia.

SI BULUK DAN KISAH CINTANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang