Prolog

207 112 101
                                    

Kenapa riset terus? Aduh nggak tau deh bingung ... Kemarin lagi semangat-semangatnya nulis part-nya malah pada hilang, mau nangis tapi ya udahlah mau di jungkir balikin ini hp, dilempar, di buang ke ujung dunia sekalipun ceritanya nggak bakal balik lagi kan? Huhu ...

Dan Alhamdulillahnya semua part nggak aku salin, jadi hilang entah kemana.

Emm dengan sedikit keterpaksaan mulai dari prolog sampai bab berikutnya bakal aku ubah lagi ... Ya mau nggak mau, harus mau ya kan?

🗣️ : Ganti-ganti mulu ahk! Kapan mau tamatnya?

Suka-suka saya dong hahaha, bercanda!

Aku janji habis ini nggak bakal di ubah lagi dan aku mau berusaha namatin Two months. Aduhh janjinya manis banget kaya sebelah😗, yang katanya nggak bakal ninggalin taunya, ehk!

Malah jadi carhuttttt!

Udah ya!

✧⁠◝⁠(⁠⁰⁠▿⁠⁰⁠)⁠◜⁠✧

Sehat-sehat readers Two months!

Happy reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Shea mengayuh sepedanya dengan kecepatan dibawah rata-rata. Burung-burung berkicauan dengan gembira menikmati sejuknya embun pagi. Matahari memantulkan cahayanya melewati genangan air yang tersebar di jalanan efek hujan semalam. Rambutnya yang panjang terurai ditiup angin. Ia benar-benar sangat menikmati suasana hari ini.

Shea menepikan sepeda tepat didepan toko kue, tak lupa dia mengunci sepedanya. Dia hanya berjaga-jaga, siapa tahu nanti ada yang ingin berniat jahat bukan?

Tepat didepan pintu toko, Shea disambut dengan baik oleh pelayan di sana. Setelah sedikit berbincang dengan si pelayan, Shea mulai berkeliling mencari kue yang menurutnya sangat cocok untuk ia nikmati di pagi ini.

"Ka kue jahenya satu sama ... " Shea mengetuk dagu dengan telunjuk, tampak seperti orang yang sedang berpikir. "Sama yang ini deh ka!" Shea menunjuk pada roti dengan toping coklat.

Si pelayan mengangguk dan mulai mengambilkan yang Shea mau. "Totalnya jadi dua puluh delapan ribu ya ka," ucap pelayan itu ramah.

Shea mengeluarkan tiga lembar uang sepuluh ribu. Lalu mengambil alih kue itu dan berjalan menuju luar.

"Ka kembaliannya!"

"Ambil aja ka nanggung!"

Shea tersenyum saat pelayanan itu mengucapkan terimakasih padanya.

"Selamat menikmati Kaka! Semoga suka dengan kue buatan kami ya, sering-seringlah berkunjung kemari, terimakasih!" Shea memberikan senyuman pada pelayan yang bertugas menyambut saat ada pelanggan.

Shea membuka kunci sepeda dan kembali mengayuh sembari menikmati kue jahe. Di saat-saat sedang menikmati kue jahenya, Shea tak terlalu fokus dengan jalanan hingga akhirnya ia kehilangan keseimbangan dan berujung menabrak seorang pejalan kaki.

Shea mengusap lututnya yang terasa nyeri akibat tergesek dengan trotoar. Di sela-sela kegiatannya, ia mengalihkan pandangan saat mendengar suara serak mengaduh kesakitan. Matanya menyipit, jika diperhatikan sepertinya Shea mengenali cowok itu. Dari perawakannya pun tak asing.

Dengan secepat kilat Shea langsung menyingkirkan sepeda yang menimpa tubuh cowok itu. Di saat cowok itu mencoba memberhentikan darah yang terus mengalir dari hidungnya, Shea justru hanya memperhatikan tanpa berniat ingin membantu ataupun hanya sekedar bertanya bagaimana kondisi cowok tersebut.

Ketika cowok itu mengadahkan kepalanya ke atas, wajah cowok itu terlihat begitu jelas. Ternyata cowok itu adalah Shakana Airlangga, cowok cuek yang mempunyai sikap bagaikan es kutub Utara.

"Ha-hay! Lo nggak papa kan?" Bodoh! Dasar bodoh. Shea memejamkan mata, bahkan sudah terlihat jelas bahwa cowok itu mimisan.

Shea celingak-celinguk sendiri, ia merutuki kelengahannya saat mengendarai sepeda di tempat ramai seperti ini. Seharusnya tadi ia mengendarai sepeda dengan benar dan mungkin ini tak akan pernah terjadi. Jika waktu bisa diulang kembali, Shea akan lebih memilih menabrak seseorang yang tak dikenalnya ketimbang harus menabrak cowok cuek seperti Shaka.

"Hidung lo nggak penyok kan?" Tanya Shea tersenyum kikuk. Hitung-hitung sebagai tanda ia mengkhawatirkan cowok itu.

Shaka menoleh dengan tatapan tajam khasnya. Mengapa dirinya harus dipertemukan dengan gadis aneh seperti Shea disaat-saat seperti ini.

"I-itu darahnya ko makin banyak?"

Shaka kembali mengadahkan kepalanya. "Sshhh." Ia berdesis kala rasa pening di kepalanya semakin kuat.

"Sebagai permintaan maaf gua ke lo, mau ya gua anter ke rumah sakit? Kalo lo pingsan disini kan nggak lucu, hehe," ujarnya.

Shaka hanya memberikan tatapan tak suka. Dari rahangnya yang mengeras, sepertinya cowok itu sedang menahan amarah. Shea bingung karena Shaka pergi begitu saja.

"Ehkk! Mau kemana? Nanti kalo lo mati dijalan gua juga yang repot!" Shea menutup mulutnya. Rasanya ia ingin berteriak, sebab mulutnya yang selalu berbicara ceplas-ceplos tanpa tedeng aling-aling. Bukannya meredakan amarah Shaka, justru Shea malah membuat amarah cowok itu semakin menjadi-jadi.

Shea mengacak-acak rambutnya frustasi. "Setan lo Shey! Kalau ngomong nggak pernah disaring."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

🙂🤏🏻
Capek!!!!

Gonta-ganti alur terus😂

Gimana reaksi kalian setelah baca Two months, di alur yang ganti ke-3 kalinya?

Jejaknya jangan lupa, tinggalkan ☆ disini ya!

Sekian terima gaji 🤝🏻 💰

30 Juni 2024

Two Months Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang