Bab 4

164 8 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Mereka bertiga pun makan siang bersama-sama, siang itu pak Miftah tidak pulang ke rumah dikarenakan ada kegiatan di balai desa.

"Nak Andre, masakan Ibuk ya masakan rumahan gini. Pasti berbeda sama yang dimakan Nak Andre di kota." Ucap Bu Dewi.

Dokter muda itu tersenyum. "Saya malah suka masakan seperti ini Bu, kesan rumahanya dapet banget. Kapan-kapan saya diajarin masaknya ya!"

"Kalo belajar masak mending sama Salma aja, dia lebih jago masak loh." Bu Dewi menyenggol Salma yang sejak tadi hanya diam saja.

"Ibuk!!" Ucap Salma dengan tersipu malu.

Makan siang pun selesai dan Salma mengantarkan dokter Andre ke pintu depan.

"Aku pulang dulu ya! Salam buat Pak Miftah juga. "

"Pasti, pasti di salamin. Terimakasih juga buat hari ini." Jawab Salma dengan senyum simpul.

"Kamu cantik, Sal." Sepersekian detik dokter Andre tampak menatap wajah Salma tanpa berkedip.

"Hah? Gimana?"

"Ah enggak, bukan apa-apa. Aku pamit ya! Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Andre pun kembali ke rutinitas awal yaitu membuka praktek di puskesmas desa Mekar Sari. Puskesmas ini tergolong puskesmas yang sederhana dan tidak menerima rawat inap. Minimnya faskes menjadikan desa Mekar Sari sangat kekurangan pelayanan.

Tetapi meskipun begitu, dokter Andre tetap mengusahakan yang terbaik untuk desa tersebut. Di puskesmas tersebut juga terdapat satu Bidan yang sebenarnya Bidan desa sebelah yang juga ditugaskan di desa tersebut dalam hari hari tertentu.

Dia adalah Bidan Arini, yang jam kerjanya di desa Mekar Sari hanya 3 hari dalam satu minggu.

Dokter Andre begitu supel dan ramah dalam melayani pasien, dan pasien yang berobat selalu mendapatkan obat yang sesuai dengan dosis mereka.

Di lain tempat, Salma tampak sedang asik di rumah produksi bersama ibu-ibu PKK dengan produk kopi jahe. Salma juga begitu sabar dalam mengajarkan cara pembuatan dan takaran bahan bakunya.

"Nanti kalau stok kita banyak, kita sebarkan lewat desa desa tetangga. Siapa tau bisa laku keras." Ucap Salma pada bu Ratih.

"Inovasi ini bagus banget mbak Salma, ibu-ibu jadi ada penghasilan lain."

Salma teringat dengan janjinya pada dokter Andre. Ia belum sempat mengajak laki-laki itu ke rumah produksi. Dirinya berniat membawakan dokter tersebut kopi jahe agar nanti dokter tersebut bisa menyeduhnya sendiri.

"Mbak Salma lagi deket sama pak dokter baru itu ya?"

Salma terkejut. "Maksud bu Ratih apa ya?"

"Iya, warga desa pada muji muji mbak. Kan tadi pagi ngadain sosialisasi itu. Banyak yang bilang cocok sama pak dokter."

Pak Dokter Kepincut Kembang DesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang