Diterima dengan baik di keluarga laki laki adalah impian paling tinggi bagi seorang wanita dan aku mendapatkan itu.
-Azzalea Syafa Lorenza
°°°
Pagi harinya jam 07:15
Setelah membereskan tempat tidur, Lea beranjak keluar dari kamarnya. Matanya langsung tertuju ke didepan rumah, terlihat Abi Khalid dan Bilal yang sedang bermain Badminton. Ia langsung memalingkan badannya dan berjalan ke dapur.
Lea menghampiri Umi Asma yang sedang sibuk memasak. "Umi!"
"Sayang." Umi Asma tersenyum melihat Lea.
"Kok Umi yang masak? Bibi mana?" Tanya Lea.
"Umi lagi kepengen masak, kalo Bi Sumi lagi nyuci pakaian dibelakang."
"Emang Umi mau masak apa?"
"Umi mau masak opor ayam."
"Oh." Ucap Lea sambil mengamati.
"Lea mau bantu Umi?"
"Lea nggak bisa masak kayak Umi."
Umi Asma terdiam sejenak dan menoleh ke wajah Lea."Lea tau nggak, Umi dulu juga nggak bisa masak."
Lea terkejut seakan tidak percaya. "Oh ya?"
"Iya! Dulu Umi mau masak buat Abi kamu. Tapi, pas Umi mau goreng telur malah wajannya ikutan gosong." Jawab Umi Asma sedikit tertawa kecil.
"Hahah! Kok bisa Umi?"
"Umi tinggal ke kamar sebentar, pas Umi balik lagi telurnya udah jadi arang. Untung dapurnya nggak ikut kebakar."
"Hahaha! Terus reaksi Abi kayak gimana?"
"Abi nggak marah sama Umi, malahan Abi muji Umi karena mau belajar buat masak. Abi juga sering bantu Umi ngerjain tugas rumah, Abi bilang kalau tugas rumah itu dikerjakan bersama bukan individu."
"Dulu juga waktu awal awal nikah. Abi minta bikinin kopi tapi malah asin karena Umi salah naro, Umi pikir itu gula ternyata garem." Lanjut Umi Asma.
"Hahha Umi," Lea tertawa lepas sampai sampai terlihat langit langit dari mulut nya.
Lea hanya tersenyum melihat Umi Asma dengan semangatnya menceritakan Abi Khalid layaknya orang yang baru jatuh cinta.
"Pasti Abi sayang banget ya sama Umi? Makanya Abi nggak pernah marah sama Umi."
"Bilal juga sayang banget kok sama Lea." Ledek Umi Asma menyentuh dagu Lea.
"Umi," pipi Lea tiba tiba memerah karena malu.
"Kalau misalnya Bilal macem macem atau sampai nyakitin Lea bilang sama Umi. Biar Umi yang marahin Bilal."
"Iya Umi! Mas Bilal nggak pernah marah kok sama Lea."
"Bagus itu! Kalau Lea pengen cerita, cerita aja sama Umi ya sayang."
Lea memeluk erat Umi Asma. "Makasih, Umi!"
"Sama sama sayang!" Umi Asma mengelus pelan pundak Lea.
"Lea mau bantu Umi masak boleh? Sekalian belajar."
"Boleh!"
"Hem tapi Lea bantuin apa Umi?"
"Lea bantu Umi ngupasin bumbu nya dulu aja."
"Siap Umi," Lea langsung mengupas bumbu yang sudah Umi Asma siapkan diatas meja.
Setelah mengupas bumbu, Umi Asma langsung menggorengnya di wajan dan mencapurkan ayam serta santan kedalam wajan tersebut.
Lea hanya melihat dan mencoba mengamati sedikit demi sedikit resep dari Umi Asma.
Lea mengendus ngenduskan hidung nya ke wajan penggorengan Seakan tidak sabar mencicipi masakan Umi nya. "Wiih, kayaknya enak! Dari bau nya aja, Lea udah ngiler."
"Maa syaa Allah, bisa aja anak Umi ini mujinya."
Kedekatan mereka berdua begitu hangat, Umi Asma yang memperlakukan Lea layaknya seorang anaknya sendiri tanpa ada jarak sedikitpun.
Begitupun Lea yang tampak nyaman didekat Umi Asma, canda dan tawa mengiringi suasana di dapur.
Disini lain, dihalaman depan rumah Abi Khalid dan Bilal juga sangat menikmati suasana bermain.
"Istirahat dulu Bi, capek," Bilal langsung merebahkan badannya di teras rumah.
"Baru segitu doang udah capek," Abi Khalid juga ikut merebahkan badannya ke lantai.
Matahari pagi yang mulai menampakkan sinarnya dan sesekali sepoyan angin kencang yang menambah ketenangan.
Ditengah keheningan, Abi Khalid tiba tiba melontarkan pertanyaan kepada anaknya Bilal. "Abi boleh tanya sesuatu?
"Boleh Bi."
"Hubungan kamu sama Lea gimana nak?" Abi Khalid langsung beranjak dari tidurnya.
"Alhamdulillah baik Bi, Lea memperlakukan Bilal dengan sangat baik." Ujar Bilal tersenyum tipis dan langsung duduk mengikuti Abi Khalid.
"Alhamdulillah, Abi seneng dengernya!"
"Iya Bi."
"Jagain Lea ya nak. Jangan kecewakan dia, buat istrinya kamu bahagia, jangan pernah bikin dia nangis."
"Iya Bi, Bilal janji akan jagain Lea."
"Abi percaya sama kamu," Abi menepuk nepuk pundak Bilal.
"Abi mau mandi dulu, bau keringat," Abi Khalid langsung berdiri dan berjalan menuju kamar.
Bilal masih duduk termenung dan menatap langit.
"Sampai sekarang Bilal masih bingung. Kenapa, Abi sama Umi bisa seyakin itu sama Lea." Batin Bilal.
"Tapi Bilal janji! Bilal nggak akan pernah ngecewain Abi sama Umi, Bilal akan berusaha buat bikin Lea bahagia," Bilal juga langsung beranjak berjalan kedalam rumah.
°°°
Saya yakin, dibalik takdir ini. Pasti Allah telah merencanakan yang terbaik untuk kami.
-Bilal Abidzar Ar Rasyid
°°°
Lanjut part selanjutnya!
Jangan lupa vote dan comment
Terima kasih
Love you🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentara Untuk Zaujaty [On Going]
Teen Fiction"Ini kisah tentang seorang anak perempuan yang di paksa menikah di usia yang masih sangat muda." Kita tidak pernah tau kehidupan kedepannya seperti apa. Bahkan satu detik kedepannya pun kita tidak akan pernah bisa menebak. Tugas kita sebagai seorang...