Mungkin jika aku terlahir dari keluarga hangat, semua orang akan menerima diriku.
Bagaimana bisa seorang anak perempuan yang dibuang oleh kedua orang tuanya, dapat memperoleh kebahagiaan?
Apakah hanya bualan semata? Atau cerita dongeng yang berakhir bahagia?Aku mencintai keluarganya sangat tulus, terlebih lagi mencintai seseorang yang sudah tujuh tahun bersama.
Secercah harapan ingin bahagia telah hilangSelama tujuh tahun, kita berdua saling percaya.
Namun, diriku tenggelam dalam sebuah kepalsuan.Doa yang setiap hari aku ucapkan, ternyata surga belum menjawab.
Mencuri takdir yang digariskan untukku.
Sekarang hatiku dirundung dilema.Mencoba mengikhlaskan dan memaafkan kesalahan dirimu.
Meski sulit aku maafkan, luka yang sudah berada di palung lautan, terasa gelap.Seluruh luka yang ada di dalam hatiku merintih dan melirih kesakitan.
Sungguh tega dirimu mencuri semua kebahagiaan yang kumiliki dan sekarang senyum pun terasa asing bagiku.Lily Amarilis, perempuan berprofesi sebagai dokter onkologi, ternyata tidak mampu menyembuhkan rasa sakit di dalam lubuk hatinya.
Mencintai laki-laki selama tujuh tahun dan dijanjikan sebuah pernikahan. Justru, telah berkhianat.
Ya, sekarang, Lily menyaksikan secara langsung dengan kedua matanya ketika laki-laki yang pernah menjadi kekasihnya, telah menikah dengan sahabatnya sendiri. Devan Aldino, mantan kekasih Lily hari ini melangsungkan pernikahannya dengan Dewi Inara. Dewi Inara sendiri adalah sahabat baik Lily sejak SMA hingga masing-masing keduanya memiliki pekerjaan. Dewi Inara bekerja sebagai store manager di sebuah perusahaan retail.
Memang, Lily tidak seberuntung Dewi, memiliki kedua orang tua lengkap. Hal itu yang menjadi penyebab utama, kedua orang tua Devan tidak merestui hubungannya.
Terpaksa, malam itu Lily meninggalkan rumah Devan dan mengatakan tidak apa-apa jika hubungannya tidak direstui. Karena, Lily tidak ingin menghancurkan hubungan yang terjalin erat antara anak dan orang tua. Jadi, dirinya mengalah. Dipaksa mengakhiri hubungannya dengan orang tua Devan, membuat Lily belajar ikhlas lebih dalam.
Namun, dua minggu pasca berakhirnya hubungan dengan Devan. Lily kembali mendapatkan kabar duka, yakni Dewi Inara memberikan undangan pernikahan. Di dalam undangan tercantum nama Devan sebagai calon suami Dewi.
Ada salah satu sahabat Dewi, sebenarnya bukan sahabat, melainkan tetangga di sekitar alamat rumah sahabatnya. Dia membeberkan bahwa sudah lama Dewi menjalani hubungan diam-diam dengan Devan, sekaligus memberikan bukti agar ucapannya tidak menjadi sebuah fitnahan.
Lily ikhlas dan menerima semuanya. Termasuk menjadi saksi atas pernikahan Dewi. Duduk di barisan yang tidak jauh dari penghulu.
"Saya terima nikah dan kawinnya, Dewi Inara binti Abdul Hamid, dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar dua juta dua puluh empat ribu rupiah, dibayar tunai."
Lily meneteskan air matanya, seharusnya dirinya yang sudah bahagia bersama Devan. Sirna sudah harapan dan doa yang selalu ia panjatkan. Ternyata surga belum menjawab doa-doanya dan garis takdir belum berpihak padanya.
Akhirnya dengan membawa seluruh luka di dalam hatinya. Lily mengikhlaskan apa yang bukan menjadi takdirnya. Sekarang, ia harus memikirkan kebahagiaannya sendiri.
***
"Minta dipindah tugaskan ke Belanda?" tanya Direktur Wijaya di salah satu rumah sakit wilayah Jakarta.
"Tapi bukankah Pak Wijaya mempunyai teman di sana?" tanya Lily kembali mengajukan permohonan.
Pak Wijaya berpikir sebentar. Ia teringat, ada sahabat semasa kuliah kedokteran di Belanda. Sahabatnya memiliki rumah sakit di Kota Amsterdam. Mungkin saja, sahabatnya bisa membantu permasalahan Lily.
"Saya akan memberitahukan sore ini. Kebetulan kami masih memiliki hubungan baik."
Lily tersenyum dan mohon pamit meninggalkan ruangan direktur. Direktur Wijaya sangat menyayangi Lily, perempuan pekerja keras dan tidak mengenal rasa lelah dalam menangani pasien.
***
"Good morning! My name is Lily and I'm from Indonesia. Nice to meet you!"
Akhirnya, setelah mengalami drama panjang, Lily berhasil masuk dan diterima bekerja di salah satu rumah sakit Kota Amsterdam, berkat bantuan Pak Wijaya.
Dirinya berjanji akan bekerja keras. Bekerja keras menangani pasien dan menyembuhkan lukanya sendiri.
Setelah perkenalannya dengan beberapa tim dokter dan karyawan rumah sakit. Lily diantar oleh salah satu petugas menuju ruangannya.
Ketika berjalan menuju ruangannya. Kedua mata Lily tidak sengaja melihat salah satu laki-laki yang terus mengalami muntah akibat pengobatan kemoterapi.
"Pa, ik kan deze chemotherapie behandeling niet langer verdragen." (Papa, aku sudah tidak kuat menjalani pengobatan kemoterapi ini.)
KAMU SEDANG MEMBACA
Soledad [On Going]
RomanceTidak masalah jika aku kesepian. Tidak masalah jika aku lelah. Setiap kali aku teringat padamu, senyum menyebar di wajahku. Hidup keras di dunia ini, aku sudah terbiasa. Menghadapi pasang-surut hingga jatuh dan terbangun dalam hidup ini. Namun, keti...