🍂Soledad - IX🍂

119 50 165
                                    

Jika kau mendengar debur ombak yang berisik pada batu karang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jika kau mendengar debur ombak yang berisik pada batu karang.
Itu bukanlah tangisan kesedihan, melainkan suara semesta yang berbisik batin pada butiran pasir.

Lily Amarilis

Mengapa harus dirinya yang mendapatkan tugas itu? Bukan tugas yang sulit bagi perempuan bernetra coklat, hanya saja maksud dari laki-laki paruh baya di depannya ini sangatlah berat.

Bagaimana bisa Lily menyembuhkan batin dan mengembalikan kondisi mental seseorang seperti sedia kala. Lily bukanlah dokter psikologi, ia hanya dokter onkologi yang menangani berbagai macam kanker.

"Sorry, waarom zou ik iemand genezen? Vooral de geestelijke gezondheid." (Maaf, mengapa harus saya yang menyembuhkan seseorang? Terutama kesehatan mentalnya.)

"Omdat, alleen jij kunt. Lily, ik vraag om hulp." (Karena, hanya kamu yang bisa. Lily, saya minta tolong.)

Ingin sekali Lily memberikan penjelasan kalau dirinya tidak bisa menyembuhkan luka batin seseorang. Itu adalah tugas seorang dokter psikologi. Memang benar, jika salah satu pemicu awal terjadinya kanker disebabkan oleh depresi karena suatu sebab setiap individu. Akan tetapi, yang berhubungan dengan mental dan psikis, tentunya menjadi bagian dokter psikologi. Bukan dirinya.

Bukannya Pak Alfredo memberikan kesempatan Lily untuk berbicara. Justru, laki-laki itu malah meninggalkan Lily sendirian di dalam ruangannya. Akhirnya, mau tidak mau Lily menerima tugas yang diberikan oleh Pak Alfredo, direktur rumah sakit tersebut.

Setelah keluar dari ruangan direktur, Lily kembali menuju ruangannya. Saat berjalan di koridor rumah sakit, dirinya tidak sengaja berpapasan dengan laki-laki yang berjalan tertatih-tatih seraya berpegangan pada tembok.

Kalau saat itu tidak ada Lily, mungkin dirinya tidak akan mendengar dan menolong seorang laki-laki yang terjatuh dan tubuhnya membentur kursi tunggu.

Alhasil, Lily sedikit mengeraskan suaranya meminta bantuan. Untung saja, ada Zia dan James yang sedang berjalan di lantai tiga rumah sakit. Langsung saja, James membawa tubuh laki-laki itu ke ruang perawatan.

"Aku tidak sengaja mendengarnya terjatuh membentur kursi tunggu. Syukurlah, ada dirimu dan Zia yang menolong."

James selesai memeriksa laki-laki tersebut. Pernyataannya membuat Lily bertanya-tanya, bagaimana James tahu kalau laki-laki itu tumbang setelah melakukan pengobatan kemoterapi? Apakah dia mengenal laki-laki itu?

"James, bagaimana kau tahu?" tanya Lily.

"Dia adalah Joshua, temanku semasa kuliah dulu. Kami berdua berbeda jurusan, Joshua jurusan manajemen, sedangkan aku dibidang kedokteran. Kami berteman sudah cukup lama."

Jadi, itu jawaban James. Lily tidak perlu bertanya lebih dalam lagi soal hubungan keduanya. Yang terpenting laki-laki itu sudah sadar.

"Zia, tolong periksa laporan terakhir riwayat pemeriksaan lanjutan Joshua. Lalu, untuk Lily, tolong periksa kondisinya setiap satu hingga dua jam sekali. Jika masih sering mengalami muntah, beritahu diriku." Lily mengangguk ucapan James. Setelah itu, dirinya sengaja menemani Joshua terkait tugas yang diberikan dari Pak Alfredo untuknya.

Soledad [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang