Assalamualaikum wr. wb, semua.
Haloo semuaa, apa kabar?
Jangan lupa vote dan komen ya!
Sebagai bentuk apresiasi untuk author dan penambah semangat author.
.
.
.
.
Happy Reading guys!
.
.
.
.Pagi hari telah datang dan hari ini adalah hari Selasa di mana kelas dua belas IPA dua melaksanakan olahraga, Sabiru tengah berada di kelas bersama Chika. Mereka berharap semoga guru olahraga tidak berangkat.
"Mendung banget hari ini, Chik?" keluh Sabiru menatap langit melalui jendela kelasnya.
"Maka dari itu, semoga Pak Bima ngga berangkat," ujar Chika berdoa, dia juga ikut melihat ke arah langit.
"Berdoa lah dengan benar kawan, semoga Tuhan menjawab doamu," celetuk seseorang membuat Sabiru dan Chika menoleh.
"Perasaan ngga ada kabel putus ya, kok, nyambung-nyambung?" Tegur Chika menatap malas ke orang yang tiba-tiba nimbrung di obrolan nya bersama Sabiru.
"Demen banget bikin orang kesal Chik, gue kan cuman ngasih tahu," kesal orang itu dengan wajah cemberut.
"Hadeh, selir nya kakanda Vin Zhang marah ya? Udah dong jangan marah nanti hamba dihukum loh," ujar Chika, dia terkekeh bersama Sabiru.
"Biarin, lagian demen banget bikin orang kesal," celetuk orang itu.
"Iya deh, sini duduk bareng La. Kita doa sama-sama semoga Pak Bima ga berangkat," ajak Chika, orang yang dipanggil La itu duduk di samping Chika sedangkan Sabiru terkekeh melihat itu.
"Lala, lo ngerasa ga si kalau akhir-akhir ini sering hujan? Padahal belum musimnya hujan loh," tanya Sabiru, Chika mengangguk menyetujui ucapan Sabiru mengenai cuaca yang tidak menentu ini.
"Gue emang udah ngeh dari bulan kemarin, tapi gue abaikan aja si. Lagian kita kan ngga bisa ngatur cuaca, bukan kuasa kita," jawab Lala menyangga dagu nya di atas meja.
"Tapi kalau kayak gini terus bisa ngehambat aktivitas," sambung Chika.
"Iya emang, tapi untuk saat ini kalau hujan ada baiknya, soalnya kita ga olahraga. Kasihan kalau misalnya olahraga terus ada yang sakit dan dipaksa untuk ikut, kalian tahu sendiri kan Pak Bima itu kayak gimana?" timpal Sabiru, Lala dan Chika menyetujui ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Sabiru.
"Bener juga, Pak Bima itu kayak sadis banget ga sih?" tanya Lala melirik ke arah Sabiru dan Chika.
"Sadis banget, lagian udah tahu muridnya ada yang sakit malah dipaksa untuk ikut olahraga," jawab Sabiru mendengus kesal.
"Sampai-sampai murid itu masuk rumah sakit dan Pak Bima di tuntut malah nyalahin murid itu. Gila kan?" sambung Chika.
"Ya begitulah, orang gila' mah kebanyakan gitu, wkwkwk," ujar Lala, membuat Sabiru dan Chika tertawa renyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan Biru Alana
Teen FictionTidak ada perjuangan yang sia-sia, yang ada hanyalah takdir yang belum waktunya. Kisah yang awalnya indah tidak mungkin akhirnya akan indah juga, tetapi tidak selalu seperti itu. Ada yang awalnya indah dan akhirnya juga indah, tetapi ada pula yang a...