EXTRA PART II || ARC 1

429 25 0
                                    

Hari ini, Reo sangat bahagia. Kedua orang tuanya mengajak dia jalan-jalan ke kebun binatang. Selama perjalanan, ia tak sedetik pun melepas senyum ceria dari bibirnya. Reo juga bersenandung kecil menyanyikan sebuah lagu yang ia pelajari di TK.

"Satu satu, aku sayang Bunda. Dua dua, aku sayang ayah. Tiga tiga, sayang adik kakak—eh!"

Melihat anaknya tiba-tiba berhenti bernyanyi, Ruby tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.

"Loh, kenapa, Reo? Kok kamu berhenti nyanyinya?"

"Reo lupa. Kan Reo nggak punya kakak sama adik," jawab anak itu dengan tampang polosnya.

Reja di kursi kemudi seketika tertawa. "Jadi Reo pengen punya adik, nih?"

"Iya, Reo mau, Ayah."

Reja terkekeh kecil. Dia melirik Ruby dengan sorot mata penuh makna. "Bilang, tuh, ke Bunda. Nanti malem suruh bikin lagi sama Ayah."

Wajah Ruby sontak memerah. Dia kehilangan kata-kata untuk membalas ucapan Reja.

"Wah, beneran Bunda sama Ayah bisa bikin? Ya udah, cepetan. Reo nggak sabar," pinta Reo. "Kalo bikinnya nanti malem, kira-kira adeknya bakal jadi kapan?"

"Sembilan bulan lagi. Mungkin pas Reo udah lulus dari TK."

"Kok lama banget?"

"Soalnya adeknya masih bakal tidur di perut Bunda selama sembilan bulan itu," balas Reja, tak lelah meladeni Reo yang banyak tanya.

"Kenapa harus tidur di perut Bunda? Dia nggak mau tidur sama Reo? Kan kamar Reo bagus. Ada banyak hiasan dan gambar-gambar luar angkasa."

"Iya, tapi dia masih belum ngerti yang begituan, Reo." Kali ini, Ruby yang menyahut.

"Ooh, gitu." Reo memanggut-manggutkan kepala dengan tampang serius.

"Tapi Ayah sama Bunda jadi bikin, kan, nanti malem?" tanya Reo lagi, ingin memastikan.

"Iya, dong!"

"Lain kali aja!"

Jawaban kedua orang tuanya terdengar kompak namun kontras. Reja mengiyakan, sementara Ruby bilang lain kali.

"Kok gitu, sih, Sayang? Aku maunya nanti malem. Iya, kan, Reo?" Reja menoleh sekilas pada Reo untuk meminta persetujuan.

Hebatnya, Reo satu frekuensi dengan sang ayah. "Iya, Bunda. Bikin adek, ya, sama Ayah. Nanti Reo janji bakal selalu jagain adek."

"Tuh, denger anaknya bilang apa. Jangan nunda-nunda lagi. Pokoknya kita harus bikin nanti malem!" kata Reja yang terkesan sedikit memaksa.

Langsung ditimpali oleh Reo dengan intonasi menggebu-gebu, "Yeah!"

"Awas aja kalo sampe bikin alesan macem-macem!"

"Yeah!"

"Uang bulanannya aku potong!"

"Yeah!"

Kemudian, Reja dan Reo beradu tos. Kekompakan mereka membuat Ruby tertawa renyah, merasa lucu.

"Kalian lucu banget, sih," celetuk Ruby.

"Berarti mau, nih?" Mata Reja spontan berbinar. Senyum sumringahnya tak dapat disembunyikan.

"Eh, eh, Eja! Hati-hati!" Ruby memekik.

Nyaris saja Reja gagal fokus dari jalanan yang padat kendaraan, tapi untungnya ia lihai dalam mengendalikan kemudi mobil.

Pria itu menyengir kuda, meminta maaf atas kesalahan yang hampir dia perbuat.

"Jadi gimana? Mau, kan?" Reja tidak akan diam sebelum dia bisa mendapatkan jawaban yang pasti.

TRANSMIGRASI MENJADI BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang