2. The Suspect

85 30 10
                                    

Saat aku membuka mata di pagi hari. Akan ada satu pucuk bunga yang mekar yang berarti usia kandunganku semakin bertambah.

 

***

"Menurutmu apakah kelaminnya perempuan?"

Wanita dalam balutan pakaian tradisional itu nampak berpikir sejenak.

"Kurasa dia laki-laki." Jawab wanita itu seraya menatap suaminya.

"Benarkah?"

Dahi Anna berkerut samar. Ia membuka mata, sebelum akhirnya mendudukan tubuhnya.

Sejenak Anna terdiam, mengingat mimpi yang ia alami tadi malam. Aneh sekali, kenapa akhir-akhir ini ia sering bermimpi dirinya sedang hamil? Dan pakaian yang ia kenakan dalam mimpi itu juga tidak biasa. Dia berpakaian seperti putri bangsawan jaman dulu.

Anna menggelengkan kepalanya. Berusaha mengusir ingatan itu dari kepalanya. Lantas, beranjak dari tempat tidur.

Hari ini, ia berencana untuk menemui orang-orang terdekat korban. Setelah kemarin, dirinya dan Sehun bertemu dengan ibu dari Gyuri, serta menemui mantan suami dari mendiang. Anna masih tak menemukan petunjuk apapun. Masalah antara mendiang dan sang mantan suamipun tak menunjukkan indikasi jika mendiang secara sengaja berniat menghilangkan nyawanya sendiri.

Anna kembali mengingat bagaimana percakapannya dengan sang ibu korban.

"Apakah putri anda memiliki riwayat penyakit tertentu?"

"Tidak detektif, putriku sangat amat sehat, dia bahkan sangat suka berolahraga, dia jarang sekali sakit."

Anna menghela nafas pelan. Melihat dari hasil autopsi yang sangat janggal dan juga sulit di cerna oleh akal. Anna yakin jika pembunuhnya bukan orang yang biasa. Dan yang perlu ia selidiki lebih dalam adalah bagaimana cara pembunuh itu menghabisi nyawa korban tanpa melukai korban?

Ketika Anna keluar dari apartmennya ia mendapati seorang laki-laki yang hendak masuk ke dalam unitnya. Anna mengernyitkan dahi, sejak kapan ada penghuni baru di lantai ini? Ia membatin dalam hati. Apartmen yang Anna tinggali, adalah apartmen yang cukup elit, dia sendiri berada di lantai 4 yang kebetulan hanya ada 2 unit, miliknya dan satu lagi, tentu yang kini menjadi milik orang baru itu.

Karena memakai topi, Anna tak dapat melihat dengan jelas bagaimana wajah laki-laki itu. Sebagai tetangga, Anna ingin menyapa lebih dulu, tetapi perasaan canggung dengan kuat menggelayuti hatinya. Sebenarnya Anna bukan tipe orang yang mudah untuk mengakrabkan diri. Ia cukup kesulitan jika bertemu dengan orang baru.

Dengan membiarkannya begitu saja. Anna segera masuk ke dalam lift. Tepat saat pintu lift tertutup, Anna merasakan ponselnya bergetar, nama Sehun tertera pada caller id. Tanpa berpikir panjang, jemari Anna menggeser tombol hijau.

"Anna, kau sudah berangkat?"

"Hm. Aku sedang di jalan. Ada apa?"

"Aku mendapatkan sidik jari."

Langkah Anna seketika terhenti, "sidik jari? Apa kau menemukan pemiliknya?"

"Aku mendapatnya beberapa menit lalu dari tim forensik dan belum melacaknya. Aku menunggumu."

"Baiklah, aku akan segera sampai."

Anna memasukkan ponselnya ke dalam tas dan mempercepat langkahnya, nyaris berlari.

10 menit kemudian, Anna tiba di kantor polisi. Beruntung jarak apartmennya cukup dekat. Usai meletakkan tasnya di atas meja, Ia segera menghampiri Sehun yang sudah duduk di depan komputernya.

Flower PetalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang