4. Strange Feelings

63 25 21
                                    

Rumah yang hampir keseluruhan bangunannya terbuat dari kayu itu nampak kokoh dan juga terawat. Di samping rumah terdapat beberapa gentong yang tak Anna ketahui isinya apa. Tetapi, orang zaman dulu sering menggunakan gentong sebagai wadah untuk menaruh kimchi atau membuat minuman beralkohol melalui proses fermentasi.

Selain itu, makanan mentah seperti daging dan ikan di gantung di atas jendela. Sungguh, semua yang ada di sini membuat Anna benar-benar seperti kembali ke masa lalu. Di mana semua makanan di awetkan dengan cara dikeringkan dengan sinar matahari.

Dua pohon besar yang dedaunannya hampir mengering, membuat atmosfer di rumah ini benar-benar berbeda.

"Silahkan duduk, aku akan membuatkan minum untuk kalian." Ujar sang kakek seraya melepaskan caping dari kepalanya, kemudian menggantung benda itu di dinding.

Ketika sang kakek masuk ke dalam, Anna mengajak Sehun untuk duduk, sementara Baekhyun hanya berdiri di pekarangan rumah. Entah apa yang pria itu lakukan.

"Sepertinya dia tinggal sendiri." Sehun berucap santai, kedua matanya menyapu ke setiap sudut rumah.

Tak lama, tiga cawan teh hangat tersaji di atas meja, Anna mengangkat wajah dan menggumamkan kata terimakasih.

"Silahkan. Hanya ini yang aku punya."

"Ini sudah cukup, terimakasih." Sehun menyesap teh beraroma bunga itu perlahan. Rasa getir dan manis yang bercampur menjadi satu ketika menyecap teh itu membuat dahinya berkerut samar. Kemudian, ia meletakkan cangkir itu kembali di atas meja dan menatap si kakek, "apa anda tinggal sendiri?"

"Oh ya. Istriku sudah lama tiada. Dan aku juga tidak punya anak. Jadi, aku hanya tinggal sendirian."

"Maaf, aku tidak bermaksud ... "

"Tidak apa-apa." Sang kakek tersenyum kecil.

"Boleh kutahu nama kakek?" tanya Anna.

"Han Seungwon."

Anna mengangguk, "anda asli warga sini?"

"Ya, aku lahir dan besar di desa ini. Semua warga di sini sudah mengenalku."

"Sebelumnya, maaf jika aku tidak sopan.. boleh aku tahu istri anda meninggal karena apa?"

Anna mendelik ke arah Sehun, pria itu hanya meliriknya dan kembali menatap si kakek.

Han Seungwon menghela nafas pelan,"istriku meninggal saat melahirkan anak kami. Dia mengalami pendarahan."

"Sehun hentikan!" Anna menggerakkan bibirnya dengan suara yang nyaris berbisik.

"Tidak apa-apa. Itu sudah lama sekali, aku juga tak pernah meratapinya lagi. Dia sudah tenang di sana."

Anna mengulum senyum tipis, lalu pandangannya beralih pada sebuah kain merah yang di ikat di salah satu dahan pohon. Hal yang sejak tadi menarik perhatiannya. "Apa anda yang mengikatnya di sana?"

"Iya."

"Untuk apa?"

"Di desa ini masih kental sekali dengan mitos jaman dulu. Kain itu berfungsi untuk mengusir makhluk jahat. Jika kalian mendatangi semua rumah warga di desa ini, kalian akan menemukan hal yang sama. Tetapi, ada beberapa orang yang tidak melakukannya. Dan akibatnya mereka akan ditimpa kesialan. Mereka hanya tidak menyadari itu."

Penuturan Seungwon membuat Anna mengernyit, "kesialan seperti apa yang kakek maksud?"

Han Seungwon tak serta merta menjawab, bibirnya bungkam, kedua matanya menatap lurus ke depan. Kontan Anna menolehkan kepalanya, mengikuti arah pandang sang kakek. Tetapi, tentu saja tidak ada apapun yang terlihat aneh. Ia bahkan hanya melihat Baekhyun yang masih berdiri di bawah pohon.

Flower PetalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang