6. Hibiscus

46 17 11
                                    

Adegan buram seperti kilasan film membuat dahi Anna mengkerut dalam, kedua matanya sayup-sayup terbuka. Selimut yang semalam membungkus tubuhnya sudah berada di lain sisi.

Kedua matanya melirik jam dinding, pukul 6 pagi. Bukan waktu yang tepat untuk dirinya bangun. Anna tidak pergi ke tempat kerjanya sepagi ini, kecuali jika ada sesuatu yang mendesak. Namun, karena kebiasaannya jika sudah bangun maka sulit untuk kembali tertidur lagi, Anna memilih untuk beranjak dari tempat tidur.

Kedua kakinya menapaki lantai dapur, lekas menuangkan air putih ke dalam gelas. Selagi membasahi tenggorokannya yang kering, Anna memandang lurus pada ruang tamu. Seketika ingatan semalam menyeruak dalam kepalanya.

Dirinya jelas merasakan jika ada sesuatu yang berbeda dengan Baekhyun. Entahlah, aura pria itu ... begitu kuat. Ia nyaris tak bisa mengelak ketika pria itu memintanya mendekat, dirinya seperti terhipnotis dengan cara Baekhyun menatapnya. Bahkan tak ada penolakan sama sekali ketika pria itu menggenggam kedua tangannya.

Sekarang Anna malah merasa aneh akan dirinya sendiri. Ia menggeleng, semua yang Baekhyun lakukan terlalu sepele untuk diabaikan. Mungkin dirinya harus mencari tahu siapa pria itu sebenarnya.

Anna mengehela nafas panjang, menaruh gelas yang sudah kosong di atas meja. Lantas kembali ke kamarnya.

Pukul 8 lewat 12 menit, mobil yang Anna kendarai terparkir dengan mulus di depan kantor polisi.

"Tumben sekali, apa hari ini akan ada turun salju?" ujar Sehun ketika ekor matanya menangkap kedatangan Anna.

Wanita itu mendengus pelan, dan memukul bahu Sehun saat melewati meja pria itu. Ia melirik meja Baekhyun yang masih kosong. "Dia belum datang?"

"Oh, Baekhyun hyung. Dia tidak masuk hari ini."

Tubuh Anna terhenti di samping kursinya dan menoleh cepat, "kenapa?"

"Sakit."

Anna bergeming, menatap meja kerja Baekhyun sesaat. Pria itu tampak baik-baik saja semalam.

"Sehun."

"Kau mau kopi?"

Ucap keduanya berbarengan, pria itu terkekeh, "apa?" tanyanya, kemudian menaruh satu cup kopi panas di atas meja Anna.

Wanita itu ragu-ragu, tetapi rasanya ia harus membagi hal ini dengan rekannya, "semalam ... Baekhyun mengatakan sesuatu yang aneh padaku."

"Dia bilang apa?" Sehun menyandarkan pinggangnya pada tepi meja, sebelah tangannya terangkat memegang cup kopi.

"Dia menyuruhku untuk berhenti menyelidiki kasus Ahn Gyuri. Dan dia menyebut-nyebut soal masa lalu. Aku sungguh tidak mengerti." Anna mengingat kembali, bagaimana keseriusan dalam nada bicara Baekhyun saat mengatakan hal tersebut.

"Masa lalu?"

Anna mengangguk, "apa menurutmu Baekhyun tahu sesuatu? Aneh rasanya dia tiba-tiba mengatakan hal seperti itu."

Sehun meletakan kopinya di meja, lantas kembali duduk, "tidak ada yang aneh. Dia hanya tidak mau membantu kita menyelidiki kasus ini."

"Aku juga berpikir begitu .. tapi, entah mengapa ucapannya sangat menggangguku, " suara Anna memelan, kalimat terakhirnya hanya terucap dalam benaknya.

"Kau tahu? Baekhyun berprofesi sebagai pengacara. Entah kenapa dia berhenti dan malah menjadi polisi."

"Pengacara? Kau tahu dari mana?"

Sehun mengangguk pelan, "aku mencari tahunya sendiri ... ku yakin kau juga penasarankan? kau tahu? Dia memiliki tingkat kemenangan 95% setiap di persidangan. Bayarannya juga cukup tinggi, apalagi jika di bandingan dengan pekerjaan kita. Itu yang membuatku heran."

Flower PetalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang