Part 10

539 55 0
                                    

"Vin, sampai kapan kamu akan menolak lamaran-lamaran yang datang pada papa. Umur kamu sudah 28. Mama mulai resah dengan omongan orang-orang."

Dan Levin sudah menduga, mamanya akan bertanya seperti itu untuk yang keseratus kalinya. Levin sudah mengatakan berkali-kali pada mamanya, bawa ia akan membawa wanita pujaannya jika waktunya sudah tepat. Namun ternyata membawa Claudia ke hadapan kedua orang tuanya tidak semudah itu. Ia harus berjuang dan sampai sekarang perjuangannya belum menampakkan hasil.

"Ma, Mama nggak berpikir aku nggak laku atau nggak normal kan?"

Hendrik langsung tergelak mendengar perkataan putranya. Sementara Anita langsung cemberut, membuat Levin hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Mama terkadang risih dengan rumor yang beredar. Ada yang bilang kamu terlalu kaku dan menakutkan. Ada yang bilang kamu nggak suka perempuan. Mama panas sendiri dengernya."

"Mama sih kebanyakan bergaul sama sosialita-sosialita centil itu. Makanya jadi panas gitu kupingnya."

"Papa apaan sih. Mama serius."

"Ma, mama nggak perlu khawatir. Levin bakal nikah kok. Tapi emang untuk mendapatkan wanita yang cocok kan perlu perjuangan."

"Kenapa perlu perjuangan segala sih? Yang mau sama kamu itu banyak tahu."

"Tapi Levin nggak mungkin menikahi mereka semua Ma. Udahlah Ma, Levin janji, nggak lama lagi, Levin bakal bawa gadis itu kemari."

"Seriusan?"

"Hmm, jadi sekarang kita makan dan nggak usah bahas itu lagi."

Dengan berat hati, kali ini Anita mencoba percaya pada putranya. Tidak mungkin juga ia mendesak Levin terus-terusan. Yang penting anaknya masih normal dan masih punya keinginan untuk menikah. Tinggal menunggu beberapa waktu lagi. Jika Levin tetap tidak bisa membawa wanita itu ke hadapannya, jangan salahkan Anita jika ia sendiri akan turun tangan mencarikan jodoh untuk putra tunggalnya itu.

**

Claudia tidak dapat menahan rasa geramnya karena setelah pulang bekerja hari ini, ia mendapati seluruh anggota keluarganya berlutut di hadapannya. Beberapa hari ini ia memang sengaja tidak pulang karena malas dan tidak mau di paksa menikah dengan Levin. Tapi lihatlah kini, mereka semua mengiba padanya seperti pengemis.

"Apa yang kalian lakukan? Kenapa seperti ini?" Tanya Claudia dengan nada datar, sangat muak dengan tingkah keluarga angkatnya itu.

"Claudia, papa tahu selama ini papa selalu merepotkanmu. Papa belum bisa menjadi ayah yang baik. Tapi ingatlah, bagaimanapun aku ini papa angkat yang membesarkanmu. Mereka semua keluargamu. Kamilah yang ada untukmu saat kau tidak punya siapapun lagi."

"Langsung saja ke intinya Pa. Tidak usah berbelit-belit seperti itu."

"Claudia, kau tahu sendiri bukan keadaan keuangan perusahaan saat ini tidak baik-baik saja. Jika sampai perusahaan itu bangkrut, kami bagaimana? Tolonglah kami Claudia. Papamu memang salah. Tapi semuanya sudah terlanjur. Saat ini hanya kaulah yang bisa membantu kami." Salma memelas, berusaha meluluhkan hati putri angkatnya yang sekeras batu.

"Ma, jika yang mau maksud bantuan itu adalah menikahi Levin Handoko, aku tidak bisa Ma. Mama pernah denger kan kalau pria itu sangat menakutkan. Teganya kalian menyuruhku menikah dengannya!"

"Mama yakin Claudia, Dia sangat mencintaimu dan itu yang membuat dia menginginkanmu. Mama yakin dia tidak akan menyakitimu."

"Ma, sekali lagi aku tegaskan, aku tidak mau. Aku masih ingin hidup dan tidak mau mati konyol di tangan Levin Handoko. Itu sangat menakutkan."

The Lost Princess ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang