Part 2

782 93 3
                                    

PDF ready ya. Harga promo 50rb cuma sampai besok. Lusa harga 55rb. Minat hubungi nomer saya
082216211114

___**___

Seorang anak kecil menangis tersedu-sedu sambil menatap kedua orang tuanya yang terjebak di dalam mobil. Ia tidak tahu apa yang terjadi. Saat ia bangun, ibunya tidak bisa dibangunkan. Kepalanya terasa sakit dan mengeluarkan darah.

Suasana gelap membuat gadis cilik itu semakin ketakutan. Beberapa kali ia mencoba membangunkan ayah dan ibunya, namun keduanya tidak terbangun. Mobil mereka menabrak pohon besar di pinggir jalan hingga ringsek.

Sambil berlarian ketakutan, gadis cilik itu menyusuri jalan. Berusaha meminta pertolongan pada siapapun yang lewat. Namun naas, jalanan sepi dan tidak ada orang lewat sama sekali. Hingga di suatu persimpangan, ia tergelincir dan terjatuh ke tebing yang tidak terlalu dalam.

Dalam keadaan setengah sadar, gadis kecil itu menangis dan masih berusaha bertahan. Namun, darah yang mengalir di keningnya membuat kesadarannya lambat laut menghilang. Dan satu kata terakhir yang ia ucapkan sebelum kesadarannya hilang total.

"Mama."

Ucap gadis kecil itu sambil menangis. Dan setelahnya, gadis itu kehilangan kesadarannya secara keseluruhan.

**

Vanessa terbangun dari tidurnya dengan keringat membasahi keningnya. Lagi-lagi mimpi itu. Vanessa bahkan tidak tahu siapa anak kecil itu hingga hampir setiap malam datang dalam mimpinya. Vanessa berpikir, apa itu roh tidak tenang yang mengikutinya. Tapi, kenapa harus ia yang di ikuti. Apa salahnya?

Vanessa pernah menanyakan hal ini pada ibu dan almarhumah ayahnya. Mereka berkata itu hanya bunga tidur dan Vanessa di suruh melupakannya. Memang Vanessa berniat melupakannya. Tapi bagaimana caranya jika mimpi itu sering sekali hadir.

Entahlah. Dari pada berpikir seputar mimpi yang tidak penting, Vanessa segera bangun dari tempat tidurnya. Ia segera mandi dan harus segera berangkat bekerja. Hari ini liburnya sudah berakhir dan Vanessa harus segera kembali ke rumah majikannya.

Baru lima bulan Vanessa bekerja di rumah besar tuan Levin Handoko. Dan beruntung ia bisa mendapatkan libur selama lima hari dan hari ini ia harus segera kembali sebelum kepala pelayan memecatnya. Jangan sampai itu terjadi karena Venessa sedang sangat membutuhkan uang untuk hidupnya dan ibunya.

Setelah selesai mandi, Vanessa turun dan mendapati ibunya sudah memasak di dapur. Vanessa mencium pipi ibunya sekilas kemudian duduk di meja makan. Nasi dan sayur lodeh sudah tersedia dan Venessa segera menyantapnya. Ia sedikit terburu-buru karena takut terlambat.

"Nggak usah keburu-buru, nanti kesedak lo." Rani duduk di depan putrinya. Ia menatap sendu wajah sang putri yang terpaksa tidak bisa meneruskan pendidikannya karena faktor ekonomi. Vanessa yang cerdas, akhirnya memilih mencari pekerjaan dan akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai pelayan.

"Aku takut dipecat sama kepala pelayan Bu."

"Apa kepala pelayannya galak?"

"Sebenarnya nggak galak juga Bu. Tapi tegas. Yang nyeremin itu justru bosnya. Jarang bicara dan mukanya serem abis meskipun ganteng, hehehe."

Rani terkekeh geli mendengar penuturan putrinya. Ia juga sudah lama mendengar jika Levin Handoko memang jarang tersenyum dan menakutkan. Seperti berita-berita di tv. Namun seperti yang dikatakan Vanessa, pria itu sangat tampan dan kaya raya.

"Bu, aku udah sarapannya. Aku berangkat dulu karena udah pesan taksi di depan. Naik bus kelamaan."

"Baiklah. Hati-hati."

Venessa menyalami ibunya kemudian berangkat dengan terburu-buru. Rani yang melihat itu hanya tersenyum tipis. Ia sangat bersyukur Tuhan memberikan Vanessa dalam hidupnya.

Vanessa bukan anak kandungnya. Namun ia dan suaminya merahasiakan hal ini selama bertahun-tahun dari Vanessa. Mereka menemukan Vanessa saat terluka parah karena terjatuh dari tebing. Ada bekas kecelakaan tak jauh dari anak itu berada. Sepertinya team penyelamat tidak mengetahui ada anggota keluarga lain yang tertinggal.

Rani dan suaminya membawa Vanessa yang terluka parah ke rumah sakit. Anak itu tidak sadar selama 2 hari. Dan setelah sadar, ternyata Vanessa kehilangan seluruh ingatannya karena benturan yang cukup keras di bagian kepala.

Rani dan suaminya sebenarnya ingin memulangkan Venessa pada keluarganya. Mereka mencari bukti-bukti yang tertinggal di tempat Venessa ditemukan. Namun, saat mereka tengah mencari bukti itu, ada segerombolan orang tak dikenal berhenti di tempat itu, membuat Rani dan suaminya takut lalu bersembunyi di balik pohon yang besar.

"Anak itu belum ditemukan. Sebelum kedua orang tuanya sadar, kita harus menemukannya terlebih dahulu. Kita harus menyanderanya sebelum orang tuanya sadar karena ternyata mereka tidak mati. Jika kita bisa mendapatkan anak itu, maka bos akan memberi kita bonus."

Mendengar ucapan salah seorang dari gerombolan itu, Rani dan suaminya saling pandang. Mereka tidak tahu apa yang terjadi pada keluarga Vanessa, yang jelas saat ini anak kecil itu dalam bahaya.

Setelah gerombolan itu pergi tanpa mendapatkan hasil apapun, Rani dan suaminya keluar dari tempat persembunyiannya. Setelah kejadian itu, Rani dan suaminya memutuskan untuk mengadopsi Vanessa sebagai anak mereka. Vanessa yang tengah hilang ingatan, dengan mudah menerima mereka sebagai kedua orang tuanya.

Kehidupan mereka semakin bahagia kala suami Rani dipindah tugaskan ke luar kota. Kehidupan mereka berkecukupan dan Vanessa bisa mendapatkan pendidikan yang bagus. Sampai tiba-tiba suami Rani meninggal karena serangan jantung dan Rani sakit-sakitan, Venessa terpaksa tidak bisa melanjutkan pendidikannya.

Vanessa juga sudah melarangnya bekerja dan mengatakan akan mencukupi semua kebutuhan Rani. Rani benar-benar merasa bersalah pada putrinya itu. Namun, ia juga tidak dapat berbuat banyak karena masalah kesehatannya. Rani berharap, semoga suatu saat Venessa bisa bahagia dengan keuletan dan ketangguhannya.

Sementara ditempat lain, Vanessa terus memeriksa jam tangannya di dalam taksi karena takut terlambat. Sial sekali hari ini karena jalanan macet. Biasanya jam segini jalanan tidak terlalu macet. Tapi entah kenapa, jalanan hari ini mendadak ramai.

Setelah setengah jam berjibaku dengan jalanan yang macet, akhirnya Vanessa tiba di rumah majikannya. Setelah membayar taksi, ia terburu-buru masuk ke dalam halaman rumah yang sedari tadi sudah dibukakan oleh satpam.

Venessa menghembuskan napas lega karena dirinya tidak terlambat. Masih ada waktu 5 menit lagi sebelum kepala pelayan menegurnya. Ia segera berlari ke dalam untuk melapor kepada kepala pelayan bahwa ia sudah kembali masuk kerja. Rumah ini begitu besar hingga Venessa kewalahan untuk mencapai dapur dimana biasanya kepala pelayan berada.

Saat melewati tangga, ponsel Vanessa berbunyi nyaring. Sambil berjalan cepat, ia berusaha meraih ponsel yang ada di dalam tasnya. Venessa tidak melihat saat seseorang berjalan di hadapannya dan mereka berakhir bertabrakan. Vanessa jatuh ke belakang dan seketika mengumpat sambil memegangi bokongnya.

Namun, matanya seketika melotot saat melihat siapa yang baru saja ia tabrak. Mulutnya melongo dan tidak tahu harus berkata apa saking takutnya. Vanessa benar-benar membuat kesalahan besar kali ini. Ya Tuhan, semoga kali ini Venessa masih memiliki sedikit keberuntungan.

"Tu, tuan Levin."

Dan pria yang ada dihadapan Venessa hanya menatapnya datar sambil melipat kedua tangannya. Vanessa yang menyadari itu segera memejamkan matanya, ia berdoa dalam hati, agar Tuan Levin tidak langsung menendang dan memecatnya saat ini juga.

The Lost Princess ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang