7. Sick

209 20 6
                                    

"P', liat P'Boun nggak?"tanya Prem pada Bosston yang sedang sibuk mencatat Score, ia sedari tadi berkeliling mencari kekasihnya namun tak kunjung ketemu.

"Udah pulang."

"Loh kok udah pulang sih?"

"Ya nggak tau, dari tadi emang nggak ke sini kok."

"Tapi tadi pagi berangkat?"

"Iya berangkat kuliah, tapi nggak ke kolam renang."

"Oh yaudah P', makasih."

"Hm."

Prem pun segera berganti baju dan pulang ke asrama, ke kamar Boun tapi.

***

"Hia."Prem mengetuk pintu kamar Boun namun tidak ada sahutan.
"Kemana sih?"

"Apa pulang ke rumah? Tapi kok nggak bilang."gumam Prem.

"Hiaaa."
"Hia Boun, sayangnya Prem, pacarnya Prem."

"Hia!"Prem semakin brutal mengetuk pintu.

"Ai'Prem, kau ingin merusak pintu kamarku atau apa?"suara dari belakang itu membuat Prem tersentak kaget.

Jadi dari tadi dia ngetuk pintu kamar Boun nggak ada jawaban itu karena emang orangnya nggak ada di dalem?

"Hia dari mana?"tanya Prem cepat sambil menelisik penampilan Boun, rapi banget.

"Ayo masuk."bukannya menjawab, Boun malah membuka pintu dan masuk ke dalam disusul Prem yang mengikuti bak Anak ayam.

"Hia."Prem memeluk Boun erat hingga keduanya jatuh ke atas kasur.

"Kenapa?"

"Kangen."

"Kangen apa? Jadi Uke?!"

"Eits, enggak dong."Prem bangkit dan bertumpu pada kedua tangannya hingga posisinya kini ada di atas Boun.
"Aku kangen sama Hia."ucapnya lalu dengan tiba-tiba mencium bibir Boun dengan brutal.

"Hemph."Boun yang posisinya ada di bawah Prem berusaha mendorong kekasihnya agar tidak menindih tubuhnya juga berhenti menciumnya.

"Kenapa?"tanya Prem heran, tidak biasanya Boun langsung menolak.

"Nggak papa, tapi jangan sekarang ya?"Boun mendorong Prem agar tidak menindih tubuhnya lagi.

Prem bangkit dari kasur, menatap Boun yang juga sedang menatapnya. Prem sadar jika Boun tampak berbeda dari biasanya, wajahnya tampak pucat, tatapannya juga terlihat sayu.

Boun berdiri, berniat berganti pakaian, sebelum tubuhnya limbung hingga bertumpu pada Prem.

"Hia."

"Maaf."Boun kembali akan berdiri sendiri namun Prem semakin mengeratkan pelukannya dan menarik Boun untuk duduk.

"Hia sakit? Kenapa nggak bilang?"tanya Prem khawatir.

"Maaf."

"Nggak usah minta maaf, aku cuma mau Hia jujur aja sama aku setiap kali punya keluhan."

"Iya."

"Hia demam ya?"tanya Prem sambil kembali membaringkan Boun di kasur.

"Enggak."

"Terus sakit apa?"

Boun membawa tangan Prem menuju ke dadanya.

Prem terdiam, detak jantung Boun terdengar sedikit cepat.

Prem seketika ingat, Ohm pernah cerita dulu kalau Boun memang memiliki masalah pada jantungnya, sebenarnya Boun sendiri pernah cerita tapi Prem tidak menanggapi hal itu dengan serius karena selama ini yang Prem lihat, Boun tidak terlihat seperti orang yang memiliki masalah pada jantungnya.

Prem tidak tau apa namanya, tapi yang jelas jika berhubungan dengan jantung pasti menyakitkan. Prem tidak tau bagaimana bisa Boun menahannya selama ini, tapi Prem akan selalu ada untuk Boun mulai saat ini.

"Maaf Hia."Prem berbaring di samping Boun dan memeluk erat kekasihnya itu.

"Loh kenapa?"

"Maaf, aku sayang sama Hia."Boun memilih diam dan membalas pelukan Prem.

"Hia tadi habis dari mana?"tanya Prem.

"Rumah sakit."

Oh pantesan, Prem mengangguk dan memilih tidak melanjutkan pembicaraan, semakin mendekap Boun yang tampak akan memejamkan matanya.

'Terima kasih Hia karena sudah bertahan sampai sekarang.'

SEE YOU NEXT CHAPTER

My Love || PremBoun [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang