8. Finally [END]

199 18 0
                                    

"Loh, Hia bukannya kelas siang?"tanya Prem yang kebetulan sedang turun untuk mencari sarapan dan bertemu dengan Boun yang sudah siap untuk berangkat ke kampus.

"Harusnya iya, tapi dimajuin jadi pagi."jawab Boun.

"Yaudah ayo aku anter."ajak Prem.

"Nggak usah, kamu aja belum mandi pasti."

"Kan pake mobil, nggak ada yang liat."

"Ai'Prem, nggak usah."

"Oke, ayo."memang pada dasarnya Prem itu bebal jadi ya percuma mau Boun larang kaya apa juga.

"Hia udah sembuh emang?"tanya Prem khawatir, saat ini mereka berdua sudah ada di dalam mobil milik Prem.

"Emang kapan aku bilang sakit?"tanya Boun balik.

"Loh kemarin?"

"Aku nggak bilang."

Prem menatap Boun dalam, ya tipe kekasihnya sekali.

"Aku cuma kontrol aja, aku nggak sakit Prem. Udah ayo berangkat nanti telat."Boun mendorong wajah Prem agar menghadap ke depan.

"Beneran?"tanya Prem lagi, masih belum percaya.

"Aku berangkat sendiri nih."Boun menunjukkan kunci mobilnya yang bahkan sudah ia bawa kepada Prem.

"I-iya kita berangkat."Prem segera melajukan mobilnya membuat Boun tertawa kecil, lucu.

***

"Bolak-balik 3 kali!"suara Boun menggema di seluruh area kolam renang.

Prem menggerutu kesal dalam hati, jam latihan masih banyak tapi mereka tidak diberi waktu barang sebentar saja untuk beristirahat. Prem menoleh menatap Boun yang sedang berbicara dengan Bosston.

"Ambil posisi kalian!"Prem tersentak dan langsung menghadap ke depan, mengambil posisi. P'Ohm memang suka mengagetkan.

Prem hanya berharap setelah set ini selesai mereka boleh pulang, walaupun sepertinya mustahil.

***

"Cukup untuk latihan hari ini, kita lanjutkan besok."Prem membuka mulutnya tidak percaya. Asik, pulang cepat.

"Ayo pulang."Boun menghampiri dirinya yang bahkan baru saja akan memakai baju.

"Sebentar Hia."Prem berniat mengancing kemejanya, itu sebelum Boun mengambil alih.

"Hia."

"Apa?"

Prem menggeram kesal, santai sekali bertanya kenapa sedangkan tangan kekasihnya itu sudah bergerak abstrak di perutnya. Awas saja nanti di kamar.

Boun tersenyum miring, dengan cepat mendorong Prem hingga menabrak loker.

"Hia jangan macam-macam loh."Prem menahan bahu Boun yang bergerak mendekat.

"Kamu nggak mau?"

"Mau apa?"

Boun merentangkan tangannya sambil memiringkan kepalanya. Ahh Prem tau.

"Ya udah ayo cepet pulang."Prem segera menarik Boun untuk pulang.

"Cih."Boun hanya menuruti kemana Prem akan membawanya.

Kamar Prem.

"Kenapa bukan ke kamar ku?"tanya Boun heran, karena memang biasanya di kamar Boun.

"Kejauhan."Prem mengunci pintu dan segera menghampiri Boun.

"Kamu beneran nggak mau tukeran lagi?"tanya Boun sambil bersedekap dada.

"Enggak Hia."

"Ini penawaran terakhir."

"Enggak! Aku tetap nolak."Prem masih kekeh dengan pilihannya.

Boun memutar matanya lelah.

"Ya udah ayo."Boun merentangkan tangannya membuat Prem langsung menerjang tubuh kekasihnya itu.

"Makasih Hia, karena udah percaya sama aku."ucap Prem tulus, manatap wajah Boun yang sedang memejamkan mata tepat di bawahnya.

"Aku selalu percaya sama kamu."Boun membuka matanya, mengangkat kepalanya dan mencium singkat bibir Prem.

"Siap-siap besok izin kuliah ya Hia."bisik Prem tepat di telinga Boun.

O-oww, mampus.

Boun menghela napas lelah, lalu setelahnya seperti yang Boun bayangkan. Sepertinya memang besok Boun harus meminta Bosston untuk mengisi absen untuknya.

Hari ini, Prem lebih brutal dari biasanya walaupun Boun sudah membuatnya lelah berlatih renang seharian.

Hari dimana Prem meminta untuk bertukar posisi, saat itu jugalah hidup Boun mulai berubah, entah menjadi baik atau buruk.

Apapun itu, Boun tetap bahagia bisa bersama dengan Prem, kekasihnya.

END

My Love || PremBoun [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang