02

69 17 11
                                    

✧˚ ʚɞ˚ ༘✿ ♡ ⋆。˚
Happy Reading!!

"Sejak hari itu, aku mulai tertarik padamu."
-Asya

🖇✎ᝰ

Sudah 3 hari Asya melaksanakan MPLS, dan hari ini Asya telah resmi menjadi siswa di SMA Bina Bangsa. Rasanya senang sekali bisa belajar di sekolah impiannya. Hanya saja, dia belum mendapatkan teman. Semoga saja saat pembagian kelas dia mendapatkan teman.

"Asya, lo mau turun dimana?" Tanya kakak Asya bernama Bella.

Oh ya Asya memiliki 1 kakak, yang terpaut berbeda 8 tahun darinya.

"Depan gerbang aja," Jawab Asya dari belakang motor.

Bella pun menepikan motornya karna sudah di pinggir gerbang.

Asya pun turun dari motor, dan langsung berpamitan kepada kakaknya.

"Heh Asya," panggil Bella.

Merasa terpanggil Asya pun menoleh dan berkata, "Apasi?"

Bella menunjuk ke arah kepala. Merasa aneh dengan arahan kakaknya, Asya langsung memegang kepala. Ternyata, dia lupa membuka helm.

*****

Kini Asya sudah tau dimana dia akan belajar, dia terdapat di kelas sepuluh satu. Asya pun menuju ke kelas itu, setibanya di koridor Asya berpapasan dengan tiga orang lelaki. Hanya saja Asya mengenal salah satu yaitu, Daren.

Asya ingin menyapa tetapi niat itu harus di urungkan, takut sok asik dan membuat Daren merasa risih. Asya pun segera menunduk supaya Daren tidak melihat, namun hal itu tidak berhasil, Daren sudah memanggil dirinya.

"Asya ya?" Tanya Daren. "Dapet kelas sepuluh apa Sya?" Lanjutnya.

"Eh, Sya? Saya maksudnya?" Jawab Asya dengan sedikit gugup.

"Nama lo Asya kan?" Tanya Daren lagi, memastikan apa benar itu Asya, tidak mungkin salah kan? Daren mengingatnya.

"Iya bener kak, Asya. Ko Sya?" Tanya Asya.

"Nama lo. Gue panggil ujungnya, Ya Allah," jawab Daren dengan sabar.

"Ohh, dapet kelas sepuluh satu kak," jawab Asya dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Tau ruangannya ga dek? Kalo gatau bisa abang anter nih, soalnya satu arah" suara itu bukan berasal dari Daren melainkan suara Alan.

"Lah, satu arah dari mana, kelas kita di depan" jawab Aji.

Alan memutar kedua bola matanya dengan malas, niatnya ingin bercanda hanya saja selalu di anggap serius oleh Aji.

"Tau gak Sya?" Tanya Daren.

Sebenernya Asya sudah tahu dimana letak kelas itu berada, waktu MPLS semua ruangan sudah di jelaskan oleh anggota osis waktu itu. Hanya saja Asya ingin berbohong sedikit, supaya Daren bisa mengantarkan dirinya.

"Nggak kak, lupa lagi," jawab Asya dengan berbohong.

"Yaudah, Alan yang anterin ya? Gue sama Aji ada urusan dulu. Ayok ji!" Daren dan Aji meninggalkan Asya dan Alan begitu saja.

DasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang