✧˚ ʚɞ˚ ༘✿ ♡ ⋆。˚
Happy Reading!!"Semua manusia memang punya mental,
tapi semua manusia memiliki mental
yang berbeda-beda."
-Alan🖇✎ᝰ
Kini pembelajaran sudah selesai, sudah waktunya untuk istirahat. Para siswa siswi berhamburan untuk pergi ke kantin tapi, tidak dengan Asya, dia memutuskan untuk pergi ke salah satu tempat duduk yang berada di dekat lapang. Rasanya ingin menangis saja, memang ini adalah sekolah impian Asya hanya saja Asya merasa sedih belum mendapatkan teman, Anna dan Cahya memang baik bahkan mereka mengajak untuk pergi ke kantin bersama tetapi Asya menolak rasanya sangat berbeda masih terasa canggung sejak kejadian tadi di kelas. Asya merasa bersalah membuat Anna menangis, karena Cahya memilih sebangku dengan dirinya, tapi waktu itu Asya mengalah tidak ingin ada masalah.
Mungkin sebagian orang berpikir ini hanya masalah biasa, tapi tidak untuk Asya. Air mata Asya yang sejak tadi di tahan akhirnya mulai menetes. Dia menutup seluruh wajah dengan kedua telapak tangannya, dengan sekuat tenaga Asya menahan suara isak tangis supaya tidak terdengar oleh orang lain.
*****
Semua anggota OSIS keluar dari ruangan, termasuk Daren, Aji, dan Alan. Ternyata anggota OSIS tidak belajar karena ada beberapa ruangan yang harus di persiapkan, karena guru-guru akan mengadakan rapat. Akhirnya siswa siswi akan pulang lebih awal.
"Ren, lo bersihin ruangan kelas berapa?" tanya Aji kepada Daren.
"Kelas 11 IPS 2," jawab Daren.
"Loh kenapa gue sama Aji aja yang bareng? Lo kenapa di pisah?" Tanya Alan dengan sedikit bingung.
"Ya, mana gue tau, gue duluan ya. Pengen cepet cepet balik." Ucap Daren dengan berpamitan.
"Dasar," gumam Alan.
Alan dan Aji menuju salah satu kelas untuk mereka bersihkan, saat perjalanan menuju ke sana Aji yang sedang melihat sekeliling lapang malah salah fokus terhadap seorang gadis yang sedang diam di tempat duduk sambil menutup wajah. Merasa pernah melihat, tapi lupa dimana akhirnya Aji menanyakan kepada Alan.
"Lan, liat sana deh," ucap Aji sambil menunjukkan arah dimana gadis itu diam. "Gue kaya pernah lihat, tapi dimana ya?" Lanjutnya sambil mencoba mengigat ngigat.
Alan yang sedang fokus berjalan, tiba tiba merasa kepo dengan hal yang Aji tunjukan, dia pun langsung menoleh dengan arahan tangan Aji. Setelah melihat dengan lebih fokus, Alan merasa mengenal gadis itu. Alan langsung meninggalkan Aji dan pergi begitu saja untuk menghampiri gadis yang sedang duduk.
"Woi, Lan, lo mau kemana?" Tanya Aji dengan sedikit berteriak.
"Ada urusan mendadak, lo duluan aja. Ntar gue nyusul," jawab Alan yang tak kalah berteriak juga.
"Dasar kampret! Gak Daren gak Alan hobi mulu ninggalin gue sendiri," Ucap Aji.
Setibanya di tempat itu, Alan langsung duduk di sebelah gadis itu dan bertanya.
"Hei? Asya ya?" Tanya Alan dengan lembut.
Asya yang sedang menangis seketika terdiam mendengar suara laki-laki di sebelah kanan, dia merasa malu, kenapa harus ada yang mengenalinya? Sial sekali memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasya
Teen Fiction"Seharusnya, aku hanya mengagumi. Bukan ingin memiliki." Pria yang memiliki tubuh tinggi, pemilik mata yang sangat indah, dan senyuman yang begitu manis. Pemilik suara yang indah, rasanya ingin terus menerus mendengar suara itu. Rasanya aku jatuh ha...