Robby yang sudah sangat tua itu duduk di kursi roda, mendengarkan semua penjelasan orang kepercayaannya.
Tatapan Robby yang buram faktor usia tengah menatap lurus pemandangan taman di belakang rumahnya.
"Tuan muda Finn dan Liam tetap tidak akur, tuan." jelasnya.
Robby tersenyum tipis.
Manusia tidak boleh bergantung dengan rasa yang menyesatkan dan sesaat. Cinta baginya begitu. Finn dan Liam harus berdiri di kakinya sendiri.
Dari kecil, didikan Fiana membuat Finn dan Liam saling bergantung. Itu tidak baik, apalagi kelak Finn maupun Liam akan menjadi penerus.
"Dan nyonya Renaya, beliau sudah menggugat tuan Alva ke pengadilan. Sejauh ini media masih aman,"
Robby kembali tersenyum. Janjinya sudah berakhir tanpa terasa. Kini fokus Robby sebelum ajal menjemput hanya Finn dan Liam.
"Pastikan, perceraian mereka tidak menurunkan saham, hapus pemberitaan miring yang berlebihan."
Robby kembali menyesap teh herbal untuk kesehatannya. Dia tetap harus sehat. Tugasnya masih belum selesai.
Jabatan dan kedudukan sudah berhasil keluarganya dapatkan. Dengan perjuangan yang hampir memecah belah keluarga.
"Terus pantau Liam dan Finn."
"Baik, Tuan."
"Pernikahan Finn harus segera dibicarakan agar Liam semakin bersemangat merebut kedudukan Finn.."
"Baik, tuan. Akan saya sampaikan pada tuan Alva dan tuan Fiki, maupun pihak nyonya Renaya dan suami rahasianya,"
"Liam dan Finn harus terus waspada. Musuh terbesar adalah orang terdekat." Robby mengeraskan rahangnya.
Dia sudah mengalami itu semua. Selama hidup, dia selalu dikhianati orang terdekatnya. Bahkan oleh istrinya sendiri.
Robby hanya ingin Finn dan Liam selalu waspada, peka. Cinta dan kasih sayang bukan utama. Uanglah yang bisa memberikan semuanya.
Tanpa uang dan jabatan hanya akan menjadi sampah yang diinjak-injak.
***
"Jadikan kejutan, sayang. Finn dan Liam dari dulu selalu ingin kita bersama, mereka tidak ingin semua orang tahu bahwa Renaya ibu mereka.." Alva menatap Fiana haru.
Akhirnya. Walau bukan usia muda, dia bisa membahagiakan Fiana. Dia akan menunjukan pada dunia.
Fianalah satu-satunya.
"Terima kasih.." Alva memeluk Fiana haru. "Sudah menunggu dan bertahan, sayang." isaknya.
Fiana terisak sesak. Dia sudah berjuang sejauh ini. Membiarkan Alva dan Renaya menjadi pasangan yang digandrungi.
"Alva. Apa semua baik-baik aja? Penggemar kalian, mereka akan terkejut saat tahu, kalian tiba-tiba bercerai," Fiana kembali cemas.
Dia hanya ingin Alva baik-baik saja.
"Kita semua selesai diskusi. Toh, perjanjian kita dengan kakek memang sudah berakhir. Bisnis kita tidak akan bisa digoyahkan lagi, kita sudah dikenal di negara ini, banyak relasi hebat yang kita punya. Semua baik-baik aja, Ana." yakin Alva.
Fiana mengangguk semakin haru. Dia senang mendengarnya.
"Tugas kita hanya perlu menyatukan Finn dan Liam. Cobaan panjang yang menerpa kita berakhir tahun ini." Alva mengeratkan pelukannya.
Beban yang memberatkan pundaknya kini terangkat. Dia sama lelahnya seperti Fiana. Terus dihantui rasa bersalah tentang semuanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Putra Tidur (TAMAT)
Romance#dewasa #sequel Kutukan Cinta; Turn On