Salah satu cara menyembuhkan satu sama lain yaitu dengan memberikan perhatian. Mungkin ini cara Tuhan membuat Liam jadi kian fokus pada Putri.
Tidak pada Finn dan Nour yang akan menikah.
Liam mengisi bantal kompresan dengan air hangat lalu menarik kaos Putri sampai se lehernya.
Putri melotot kaget, dia malu karena dalamnya tidak berisi pelindung. Alias hanya memakai kaos kebesaran milik Liam.
Liam berdecak. "Aku waras, Putri. Ga mungkin kita s*ks lagi sakit!"
Putri pun mengalah, dia memilih terpejam menikmati bantalan hangat di perutnya. Terasa nyaman.
"Kamu sering kambuh?" Liam memakan jeruknya dengan tenang di pinggiran kasur.
"Kalau telat makan."
Liam menjitak pelan kening Putri hingga mengaduh kaget. Tidak sakit sih.
"Takut apa sih? Di sini—"
Krusuk-krusuk!
"Tuh! Suara itu," Putri mendudukan tubuhnya dan nemplok ke punggung Liam.
Liam celingukan mencari sumber suara. Ternyata di jendela dekat taman yang banyak sekali rumput hampir menyentuh dengkul.
"Jangan dulu ke sana, kalau ular besar berbisa gimana?" Putri mencemaskan Liam. Di sini mereka saling bergantung.
Putri juga buta arah, dia tidak tahu sedang di mana.
"Jangan." mohon Putri.
"Kita cek." Liam menggendong Putri di depan bagai koala.
Putri yang awalnya terkesiap memilih melingkarkan lengannya di leher Liam, berdoa dalam hati itu bukan binatang buas atau hantu?
Putri mengeratkan pelukannya.
"Uhuk! Kamu mau bunuh aku?" kesal Liam.
Putri melonggarkannya segera. "Maaf," cicitnya lalu kembali membenamkan wajahnya di bahu dan menatap jakun Liam yang naik turun.
Jantung keduanya sama berdebar.
krusuk-krusuk!
"I-itu suara lagi," panik Putri mencicit.
"Dasar penakut!" ejek Liam.
Liam dengan berdebar membuka pintu balkon lebih lebar. Dengan fokus terus diusahakan.
Meong..
Keduanya tersentak kaget sampai membuat Liam oleng jatuh dengan Putri menimpa tubuhnya.
"Argh!" ringis Liam.
Putri segera bengkit, membantu Liam perlahan sambil melirik kucing yang kecil kini berjalan sempoyongan ke arahnya.
"Ibu kamu kemana?" tanya Putri.
"Ck! Jangan kayak orang gila! Dia kucing ga akan jawab!" Liam meregangkan lengannya yang untung saja tidak apa-apa.
Putri manyun samar lalu mendekati anak kucing yang kurus itu. Dia gendong tanpa ragu.
"Mau makan?"
Liam menghela nafas panjang. "Jadi dia teror selama kita di sini? Kenapa liat kita baru keluar suara meongnya sih!" dumelnya.
Putri mengabaikan Liam, dia segera ke dapur untuk menyiapkan makanan atau air minum.
"Dia masih kecil, kasih susu manusia sedikit boleh ga ya?"
"Ga boleh! Punya kamu itu punya aku!"
Putri melotot dan bersemu seketika. "Ma-maksud aku tuh—"
"Ga usah gagap! Kasih aja dikit," Liam menatap kucing yang di gendong Putri dari dekat. "Ga kotor, aku gendong." dia raih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Putra Tidur (TAMAT)
عاطفية#dewasa #sequel Kutukan Cinta; Turn On