AGAM • Bab - 3

488 105 63
                                    

UPDATED!

Jangan lupa emot 😃 ketika berkomentar Annacondaners 😭😍

50 komen A updated bab berikutnya :)

***

Playlist
Another Love - Tom Odell

***

"Mempertahankan orang-orang seperti ini sama saja seperti menciptakan bom waktu. Kau tahu mereka ada, tapi tidak tahu kapan akan meledaknya. Hanya menunggu waktu sampai perusahaan mengalami liquidation dan ribuan orang akan langsung kehilangan sumber penghasilannya seketika."

Gerakan pena hitam mahal dengan ukiran emas itu berhenti sejenak, hanya untuk kembali bergerak selaras dengan komentar tajam yang terus keluar. Dokumen yang sejak tadi Agam Maverick Smith coret itu pada akhirnya tidak kembali juga ke tangan si pembuat, melainkan tong sampah yang tidak berada jauh dari tempat duduk pria itu. Menyusul bersama beberapa berkas dan desain lain yang sudah lebih dulu berada disana. Tidak cukup sampai disana, ketegangan dalam ruang rapat tersebut berlangsung lama. Banyak pembahasan berkaitan dengan ekspansi pasar, evaluasi kinerja anak perusahaan sampai pada proyek Seaside Sanctuary: Halmahera Resort. Proyek pembangunan resort di pulau Halmahera yang memiliki beragam potensi.

Ada alasan kenapa orang-orang tidak menyukai hari Senin. Selain karena menjadi pertanda bahwa waktu berleha-leha di akhir pekan telah usai, dan menjalani kembali pekerjaan yang membosankan, bisa menjadi neraka lain untuk sebagian besar orang yang harus berkonfrotasi secara langsung dengan Agam Maverick Smith.

"Kita langsung ke Singapura," seru Agam langsung saat rapat tersebut berakhir tepat di jam dua belas siang. Stelan tiga lapisnya yang semula rapih, akhirnya terlihat kusut saat beranjak keluar dari ruang rapat.

"Tapi Nyonya Miranda menjadwalkan makan siang bersama Anda."

Andre Pratama, pria dengan mata yang terbingkai kacamata tebal itu berjalan menyusul beberapa langkah dibelakang pria berusia 28 tahun yang merupakan atasannya itu, langsung terburu-buru keluar ruangan. Menyiratkan betapa sibuk dan padat jadwalnya. Di usia yang matang, pekerjaan yang tetap, pencapaian yang memukau, dan berbanding terbalik dengan sepupunya---Khalid Prawara, Agam Smith adalah pemuda yang sangat berdedikasi pada perusahaan.

"Hanya Ibuku?"

"Bersama Tuan Ayres dan ... Tuan Anthonius Smith."

Keterdiaman Agam selanjutnya saat nama itu terucap sebenarnya menciptakan hening yang mencekam untuk mereka di dalam lift. Tapi karena pria pemilik rambut panjang yang hari ini rambutnya tertata bergaya man bun, itu sudah lebih dulu menekan tombol lantai teratas pada lift. Andre jadi tahu itu artinya jadwal makan siang itu sudah pasti 100% batal.

Dia jadi tidak memiliki pilihan lain, selain menghubungi Miranda Prawara dalam langkahnya mengikuti Agam menaiki helikopter untuk mengkonfirmasikan batalnya kehadiran Agam. Tidak lupa, menambah alasan logis kenapa Agam tidak bisa datang menghadiri padahal pria itu masih bisa menyisihkan waktunya sebentar sebelum berangkat ke Singapura.

Orang kaya dan perang dingin antar sesama keluarga mereka.

Dan mungkin, entah suatu kebetulan atau bukan. Karena tingkah seenaknya atasannya itu, pergelaran acara lelang yang mereka hadiri di Singapura ternyata juga di hadiri oleh Miranda Prawara. Wanita yang masih cantik dalam balutan gaun yang menutupi garis leher jenjangnya itu langsung menggandeng putra bungsunya dan bergegas menyeret.

Hello, AGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang