AGAM • Bab 11

206 48 25
                                    

UPDATED!

Jangan lupa emot 😃 ketika berkomentar Annacondaners 😭😍

***

Playlist
Sweet - Cigarettes After Sex

***

Agam menarik simpul dasinya hingga melonggar. Rambut hitam panjangnya yang sengaja ia gerai jatuh di kedua sisi wajahnya saat ia menunduk untuk memijit pelipisnya yang berdenyut. Ia baru saja selesai melakukan zoom konferensi saat rasa sakit menyerang kepalanya.

"Pak, Anda harus makan," seru Andre hati-hati. Gelas kopi ketiga di meja kerja Agam segera Andre aman 'kan. Ia jauhkan benda itu ke atas meja kaca set sofa. "Anda sudah melewatkan sarapan dan makan siang. Bapak punya asisten pribadi tapi kayak nggak ada perubahannya sama sekali."

"Masih sama saja seperti yang dulu."

Andre menghela napas keras saat Agam mengabaikan begitu ia mulai mengoceh tentang kesehatan seperti biasa. Ia setidaknya cukup beruntung sampai sekarang tidak dipecat Agam karena berani menasihati pria itu. Tapi mau bagaimana lagi? Andre tidak hanya bekerja pada Agam, sehingga memastikan pria yang tampak seperti ingin menyerah pada hidup itu tidak sakit berada di prioritas utamanya setelah bekerja.

Sejak awal, Andre cukup tidak mengerti dengan kehadiran Lavana dan pekerjaannya. Tidak ada perubahan signifikan atas posisi tersebut semenjak ada. Agam terlalu mandiri dan membuatnya jadi terlihat jelas. Dan kini, wanita itu ijin tidak masuk kerja yang ia dengar langsung dari Agam.

"Saya tahu Bapak minum-minum semalam sama Pak Jaden dan Kasaka. Karena itu, perut Bapak harus terisi sama nasi dan sesuatu yang hangat. Kalau bisa, Bapak istirahat dulu dan makan."

"Pertemuan sama PT. Radeksa masih lama. Bapak punya tiga puluh menit untuk makan, dan lima belas menit untuk istirahat," lanjutnya buru-buru saat Agam memberikan tatapan tidak santai. "Makanan Bapak sudah saya letakkan di atas meja sana. Saya akan masuk lagi sepuluh menit sebelum pertemuan dengan orang-orang dari Radeksa."

Agam bergumam, ia terlalu sibuk dengan penat yang menghampiri hingga hanya menarik point penting dari segala ocehan sekretarisnya. Berikutnya saat Andre sudah pergi, ia menghempas punggungnya ke sandaran kursi dan membakar satu batang rokok untuk ia isap alih-alih menuju sofa dan makan.

Jonathan Schooler, seorang ahli psikologi menyatakan tenggelam dalam pikiran atau mind wandering tanpa gangguan eksternal dapat memicu datangnya memori-memori lama. Akhir-akhir ini, memori tentang Agatha yang tertutup rapat terus bermunculan. Agam sadar, berdiam diri dan membiarkan pikirannya mengembara hanya akan membuatnya membuka kembali sebuah kotak tua lain tentang Agatha.

Agatha yang orang-orang pikir sudah ia lupakan.

Tetapi, ingatan tentang Agatha bahkan bisa terpicu hanya dengan melihat Lavana. Meski mereka jelas dua orang berbeda yang kebetulan memiliki wajah yang mirip, tanpa memiliki hubungan darah. Agam sadar kehadiran wanita itu menjadi salah satu yang berperan bangkitnya kenangannya tentang Agatha.

Dering suara ponselnya memecah keheningan. Agam meraih setelah membiarkannya berdering cukup lama. Miranda, Ibunya sebagai id penelepon membuat Agam langsung menerimanya tanpa perlu menimbang lebih lama lagi. Yang kemudian deretan kalimat mengancam wanita itu di ujung sana membuat fokusnya kembali seketika.

"Jelasin ke Mama kenapa ada----kenapa ada wanita di penthouse kamu, Agam? Dan kenapa dia mirip Agatha?! Maksud kamu apa?!"

* * * *

Hello, AGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang