CHAPTER XII

911 70 1
                                    

HAPPY READING









Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tapi Harin masih tidak bisa tertidur, ia gelisah karena ucapan dari Dayeon siang tadi.

Berjalan kesana-kemari tidak jelas, ia bimbang sekarang, apakah ia harus memperbolehkan Dayeon agar hubungannya dengan Sooji tetap menjadi rahasia, atau mengabaikan ancaman dari Dayeon. sial ia tidak bisa mengambil keputusan.

Beberapa saat berpikir ia rasa lebih baik jika menuruti Dayeon untuk saat ini, bergegas mengambil kunci mobil Harin memutuskan untuk menemui kekasihnya, bukan untuk berdiskusi, tapi untuk meminta maaf.



Memandangi kamar Sooji yang lampunya masih menyala, ia dengan segera mengirimkan pesan untuk kekasihnya.

Harin dengan gelisah menunggu Sooji, sesekali ia menggigiti kukunya sendiri karena takut bercampur cemas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harin dengan gelisah menunggu Sooji, sesekali ia menggigiti kukunya sendiri karena takut bercampur cemas.

Tok
tok
tok

Sibuk melamun sampai tidak sadar jika kekasihnya sudah berada di samping dirinya, dengan lekas ia langsung membuka pintu mobil dari dalam untuk mempersilahkan kekasihnya masuk.

Harin tanpa berbicara langsung menyalakan mobil dan membawa Sooji pergi meninggalkan area rumah.

"Kita mau kemana?" Sooji bertanya dengan kebingungan.

"Ke taman sebentar."












Duduk di salah satu bangku yang ada di taman, mereka terdiam beberapa saat sampai Harin berbicara, "mianhae Soojiyaa."

Sooji yang mendengar permintaan maaf dari Harin merasa bingung, ia merasa Harin tidak melakukan kesalahan apapun padanya, tapi kenapa harus meminta maaf.

"Jangan minta maaf, kamu gak punya salah ke aku."

Harin menggeleng pelan, ia dengan tiba-tiba menarik Sooji untuk dipeluk, air matanya tiba-tiba menetes memikirkan semuanya, Ia mulai terisak pelan di pelukan Sooji.

Sooji yang terkejut karena Harin yang tiba-tiba memeluknya ingin protes, tetapi ia urungkan karena mendengar Isak tangis dari kekasihnya. tanpa berbicara ia mengelus lembut punggung kekasihnya berharap bisa memberikan sedikit ketenangan untuk Harin.

Setelah merasa puas Harin melepaskan pelukan mereka, kedua tangannya terangkat menyentuh wajah kekasihnya, ada begitu banyak perasaan bersalah untuk gadis yang di hadapannya sekarang.

"Maafin aku yaa, apapun yang aku lakuin semuanya buat kita berdua, aku gak punya pilihan lain."

Sooji semakin dibuat kebingungan, tiba-tiba ada perasaan tidak enak hinggap di hatinya, ingin bertanya tetapi bibirnya dengan cepat di sumpal oleh ciuman dari Harin.





Harin tau pasti kekasihnya ini sedang kebingungan sekarang, ia tidak siap jika Sooji bertanya kepadanya, maka dengan cepat ia mencium Sooji. Tidak ada nafsu dalamnya, menyalurkan perasaan lewat ciuman Mereka hingga suara dari arah belakang mengagetkannya dan secara spontan ia mendorong Sooji menjauh. Dengan cepat ia berdiri dan menatap neneknya yang berjalan kearah mereka berdua.

"BAEK HARIN!" Dengan wajah yang penuh amarah Nyonya Baek menghampiri Harin.

Plak

Satu tamparan diterima HARIN dari neneknya, "Keterlaluan kamu." Desis nyonya Baek.

"Pulang sekarang!!" Perintahnya.

"Tapi.... tapi halmeonie."

"Jangan membantah!" Sentaknya

Tidak berani untuk melawan, Harin akhirnya mengikuti perintah neneknya untuk pulang, tetapi sebelum itu ia memberikan kunci mobilnya kepada Sooji agar kekasihnya itu bisa pulang membawa mobilnya.









Sooji pulang dengan perasaan yang gelisah, ia takut jika Harin akan di marahi habis-habisan oleh neneknya.

Ketika dirinya sibuk melamun memikirkan kekasihnya ia dikagetkan dengan ayahnya yang membuka pintu kamarnya yang lupa ia kunci.

Brak

Dengan tatapan tajam seakan siap memangsa, Tuan Sung menghampiri Sooji. Tanpa perasaan ia menarik rambut putrinya sendiri dan menyeret tubuh Sooji seperti binatang. Ia sangat marah sekali ketika tadi ia mendapatkan kabar dari atasannya bahwa nyonya Baek marah besar terhadap dirinya karena putrinya dengan berani mendekati cucu tunggal keluarga Baek. Maka dari itu ia segera pulang untuk menghukum anaknya.

Menghempaskan tubuh putrinya begitu saja hingga membentur sudut meja, ia berjalan mengambil tongkat bisbol yang ia miliki. dan tanpa belas kasihan ia memukuli anaknya.

Bughh
bughhh
bughhh

"AAARRGGHH."

"Appa hiks... sakit." Sooji hanya bisa menangis dan sesekali meminta tolong untuk agar ayahnya berhenti memukul dirinya.

Seakan tuli mendengar teriakkan kesakitan dari anaknya, pria itu tidak berhenti dan terus mengayunkan pukulan ke tubuh Sooji.

"DASAR ANAK TIDAK TAU DIRI KAMU, KAU SANGAT MENJIJIKAN, ANAK SIALAN SAYA MENYESAL MEMBESARKAN KAMU. BISA-BISANYA KAMU BERHUBUNGAN DENGAN SEORANG WANITA HAH!!!! MATI SAJA KAMU, MATI!!"

Setelah merasa puas pria itu mencampakkan tongkat yang ia gunakan untuk memukuli anaknya, menatap tubuh putrinya tak berdaya, ia pergi meninggalkan rumah dan mengunci pintu rumahnya dari luar.

Tubuhnya terasa remuk, kepalanya sangat sakit karena pukulan yang diberikan ayahnya, ia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Sooji meneteskan air matanya, ia menatap kearah pintu dan berharap ada seseorang yang menolongnya, tetapi nihil. Harapannya pupus karena sampai matanya tertutup rapat tidak ada seorang pun yang datang.









***





"Kamu Taukan kalau halmeonie sangat membenci hubungan terlarang seperti itu." 

Harin hanya menunduk mendengar ucapan dari neneknya, tangannya saling meremas karena takut akan keputusan neneknya nanti.

"Malam ini juga kamu harus pergi ke UK, tinggal disana dan lupakan gadis itu." Harin sontak mendongak dan menatap neneknya tidak percaya, ia menggeleng menolak. ia tidak mau meninggalkan negara ini, tidak. lebih tepatnya ia tidak ingin meninggalkan Sooji disini.

Baru saja harin menolak tetapi neneknya seakan tidak mengizinkan dia berbicara.
"Tidak ada penolakan Baek Harin, keputusan saya sudah mutlak dan kamu harus menurutinya. Sekarang masuk ke kamar dan bereskan barang-barangmu."
































Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang