Chapter 5: Antara Sera, Ajudan dan Kopassus

437 55 2
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun alur cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

• • •

Teddy melajukan mobilnya keluar dari rumah Sera. Awalnya keduanya saling diam. Setelah beberapa menit, Teddy mencoba membuka obrolan dengan cucu dari pak Prabowo. "Saya dengar dari bapak, Sera sekarang sedang PPDS ya?", tanya Teddy sambil fokus menyetir.

Sera mengangguk. "Iya pak."

"Spesialis apa kalau saya boleh tau?"

"Hehehe..", gadis itu terkekeh. "Jangan kaget ya pak kalau denger", ujar Sera.

Teddy tersenyum lalu mengangguk. "Saya janji", ujarnya.

Sera lalu tersenyum. "Saya ambil spesialis forensik dan medikolegal..", ujar Sera dengan hati-hati sambil memperhatikan ekspresi Teddy.

Pria itu mengangguk. "Keren banget", pujinya. Teddy tersenyum dan menunjukkan lesung pipinya. Sera terpana saat melihatnya. Tapi buru-buru dirinya mengingatkan dirinya sendiri, Teddy adalah seorang TNI seperti eyang, pikirnya.

Sera dan Teddy lalu mulai mengobrol dan membahas banyak hal. Dari perbincangan di pagi hari ini Sera baru tau kalau Teddy sendiri merupakan lulusan S2 dari kampus UI.

Sera tertegun saat mengetahui jejak karir dan pendidikan yang dimiliki pria itu. Tidak salah kalau karir Teddy semelesat sekarang, pikir Sera.

Tanpa terasa, Teddy dan Sera telah tiba di Kertanegara. Belum sempat Sera membuka pintu mobil, gadis itu melihat Teddy dengan sigap telah membukakan pintu untuknya. Lagi-lagi Sera terpana dibuatnya. Teddy mengulurkan tangannya, membantu gadis itu turun dari mobilnya.

"Makasih pak Teddy..", ujar Sera. Teddy hanya tersenyum dan mengangguk. Dengan cekatan, Teddy membuka pintu bagasi dan menurunkan kedua koper milik Sera. Sera sendiri tengah memanggul ransel hitam miliknya dan mendorong koper.

"Ada yang ketinggalan?", tanya Teddy sebelum menutup pintu mobilnya. Sera menggeleng. Teddy kemudian mengunci mobilnya. "Ayo Sera", ajaknya. Keduanya berjalan beriringan menuju ke rumah Kertanegara.

"Loh pagi Ted", sapa sesosok pria yang tengah duduk di depan rumah sambil merokok.

"Eh pagi Jif", sapa Teddy lagi. Teddy kemudian menjabat tangan pria itu. "Kenalkan, ini cucunya bapak, namanya Sera", jelas Teddy.

Pria yang bernama Rajif itu langsung berdiri dan mematikan rokoknya. Setelah membersihkan tangannya, Rajif mengulurkan tangannya dan mengajak Sera bersalaman. "Rajif", ujarnya sambil tersenyum manis.

Sera menjabat tangan Rajif dan ikut tersenyum. "Sera, salam kenal pak Rajif."

"Ah panggil mas aja.. Saya masih muda", canda Rajif. Sera lalu mengangguk sambil tertawa. Setelahnya Teddy berpamitan akan mengajak Sera masuk ke dalam. Rajif mempersilahkan keduanya. Pria itu kembali duduk.

Sesampainya di depan pintu paviliun Sera, Teddy meletakkan dua koper besar di ruang tamu. Setelahnya pria itu pamit undur diri. Sera menganggukan kepalanya dan memperhatikan hingga Teddy menghilang dari pandangannya.

Diperhatikannya sekitar dengan seksama. Sera tersenyum dan berjalan menuju ke pintu tengah yang memberikannya akses ke taman dan juga gazebo kecil. Sera membuka pintu dan bisa merasakan semilir angin masuk. "Woaa..", gumamnya.

Sera berjalan mengelilingi taman kecil yang dirawat dengan baik. Gadis itu melihat berbagai jenis bunga kesukaan sang eyang. Sera bersenandung kecil sambil berjalan menuju ke gazebo yang terletak di tengah taman. Dari gazebo itu, Sera bisa melihat ke seluruh paviliun yang ada.

Sera di Kertanegara | Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang