Chapter 11: Sera, Deril dan Teddy

183 29 5
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun alur cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

• • •

"Oh.. Seru juga ternyata ya kuliah kedokteran", komentar Deril setelah mendengar penjelasan Sera tentang kuliahnya. "Sera nggak takut di forensik?"

Gadis itu tertawa seolah paham dengan maksud Deril. Lalu menggelengkan kepalanya. "Enggak deh, malah lebih ke arah– hmm..", Sera berpikir sejenak. "Lebih ke pengen membantu aja sih."

Deril mengangguk. "Membantu mereka yang sudah tidak bisa bersuara..", gumam Deril sambil menoleh ke arah Sera.

Sera mengangguk. Kedua bola matanya berbinar. "Yes!", serunya riang. "Itu bener banget Ril", ujarnya senang. "Dan juga karena terlalu kebanyakan nonton serial kriminal deh..", lanjutnya sambil terkekeh.

"Sedang apa?", suara pak Prabowo terdengar arah taman dan mengejutkan keduanya. Deril reflek berdiri, diikuti oleh Sera. Gadis itu langsung berlari kecil ke arah sang eyang sambil senyum sumringah. "Eyaaang", sapanya.

"Sore pak", Deril menundukkan badannya dengan sopan.

"Sore", pak Prabowo mengisyaratkan Deril untuk kembali berdiri tegak. "Sedang apa cucuku?", tanyanya lembut lalu mengelus kepala Sera.

"Lagi ngobrol sama Deril, eyang", jelas Sera.

Teddy yang mengekor di belakang pak Prabowo sedikit terkesiap. Rupanya Sera sudah memanggil nama Deril tanpa embel-embel 'pak', pikirnya.

"Oh?", pak Prabowo lalu tertawa. "Hahaha.."

Pak Prabowo mengajak semuanya untuk makan malam bersama yang disambut semangat oleh Sera. Gadis itu mengusap perutnya dan tersenyum. "Udah laper nih eyang", ujarnya. Pak Prabowo tertawa dengan renyah mendengarnya.

Keempatnya berjalan menuju ke ruang makan. Sera berjalan di depan sambil menggandeng tangan pak Prabowo, diikuti Teddy dan Deril yang berada di belakangnya.

Keduanya hanya diam tidak berbicara. Sedangkan Sera asyik berceloteh dengan sang eyang, menceritakan kesehariannya. Termasuk jadwalnya minggu depan di RSCM.

Teddy diam mendengarkan. Diam-diam mencatat dalam hati kalau kini Sera akan mulai bertugas di RSCM. Pria itu tersenyum simpul.

Makan malam kali ini cukup ramai. Beberapa staff sang eyang ikut bergabung dengan mereka. Sera jadi mengenal mereka satu persatu. Gadis itu awalnya merasa canggung, tapi melihat keramahan semuanya, Sera menjadi lebih nyaman.

"Oh jadi seharusnya kita manggilnya dokter Sera ya?", ujar salah satu dari mereka saat mengetahui latar belakang Sera.

Sera tersedak mendengar dirinya dipanggil 'dokter'. Sendirinya masih belum terbiasa dengan panggil 'dokter' saat diluar kampus maupun rumah sakit. "Eh..", ujarnya terkejut. "Sera aja, it's okay", jawabnya buru-buru.

"Saya panggil dokter Sera ya?", goda Deril lalu disambut dengan mata Sera yang melotot ke arahnya.

"Khusus Deril, nggak boleh", tukas Sera cepat. Dirinya merinding.

Deril tertawa bersamaan dengan yang lain. Hanya satu yang tidak ikut tertawa dan hanya tersenyum. Teddy tersenyum penuh arti saat melihat kedekatan Sera dan Deril hanya dalam waktu beberapa hari.

Sera yang sadar kalau Teddy tidak ikut tertawa, sesekali melirik ke arah ajudan pribadi eyangnya. Gadis itu jadi menerka-nerka tentang kepribadian Teddy yang terlihat dingin dan cuek.

Semenjak kejadian tadi pagi, pria itu tidak menyapanya. Hanya tersenyum tipis dan mengangguk kecil saat melihatnya. Act of courtesy, gumam Sera.

Sera menghela nafas yang disadari pak Prabowo. "Kenapa sayang?", ujarnya. Sera menoleh ke arah sang eyang dan tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sera di Kertanegara | Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang