Chapter 1: Sera, Eyang dan Teddy

698 55 8
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun alur cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

• • •

"Ra! Sera!", suara teriakan yang memanggil nama Sera memenuhi lorong kampus yang tengah penuh dengan mahasiswa. Beberapa mulai menoleh, memperhatikan sumber suara yang berlari sambil meneriakkan nama Sera.

"Seraaaaa!", teriaknya lagi.

Sosok yang bernama Sera tampak tidak mendengar teriakan yang memanggil namanya dengan kencang. Sera melangkahkan kakinya dengan ringan menyusuri lorong.

Tiba-tiba ada tangan yang menyentuh pundaknya. Membuat Sera reflek menoleh. "Eh!", seru gadis itu, terkejut. "Ngapain sih Je", sahutnya sambil menggelengkan kepala. Ternyata tangan sahabatnya yang tengah memegang bahunya.

Gadis yang dipanggil Je itu terlihat terengah-engah dan menatap tajam ke arah Sera. "Elo yang ngapain, gue teriak-teriak manggil nama lo dari ujung lorong, gila!", semburnya sambil memegang dadanya yang berdebar.

Sera menatap sejenak ke arah sahabatnya sejak SMP, dan kemudian tertawa.

"Kok malah ketawa? Gelo emang", sembur Jessica sambil melotot.

Sera lalu menunjuk ke arah telinganya. "Gue kan lagi pake airpod, Jessica", jelas Sera sambil terkikik. "Mana denger mau lo teriak kayak apa juga." Sera lalu lanjut berjalan.

Jessica memutar bola matanya dan kemudian mendengus kasar. Gadis itu kemudian merapikan bajunya dan berjalan disamping Sera. "Ra, hari ini masih ada kelas nggak?", tanyanya.

Sera menggeleng. "Udah kosong. Mau cabut."

"Lo mau kemana? Jangan bilang ke perpus, biar ketemu Bram", tebak Jessica. Kedua matanya mulai melotot lagi dan menatap tajam ke arah Sera.

"Ah, segala pake sebut nama dia", Sera mendengus kasar saat mendengar nama mantannya disebut oleh Jessica.

Jessica mengangkat kedua bahunya. "Ya kan kirain, jangan sampai maksudnya", sahutnya.

"Gue mau ke rumah eyang", jawab Sera. "Tumbenan disuruh main kesana."

Jessica terkejut lalu memegang bahu Sera. "Ke Kertanegara!?", pekiknya. Sera menutup kupingnya dengan kedua tangannya.

"Iyaaa", seru Sera.

Semenjak berita tentang eyangnya, pak Prabowo, maju menjadi calon presiden RI ramai diperbincangkan, nama Sera yang memang sudah terkenal di kampus kian melambung.

Apalagi semenjak dirinya diperkenalkan dengan gamblang oleh pak Prabowo di salah satu acara kampanye.

"Gila", Jessica melepaskan genggamannya di bahu Sera dan menggelengkan kepalanya. "Bakal ketemu printilan eyang lo yang ganteng-ganteng, bukan main", lanjut Jessica.

Mendengar itu membuat Sera menghela nafas. "Je, mana gue tau bakal ketemu mereka apa enggak", sahut Sera ketus.

Jessica tertawa kencang mendengar respon sahabatnya yang terdengar kesal. "Idih, marah-marah mulu, lagi PMS ya?", godanya.

Sera mencubit lengan Jessica dengan keras hingga membuat gadis itu terpekik. "Woi, sakit!"

"Dah ah, gue cabut dulu, udah di telpon eyang", seru Sera saat melihat layar handphonenya menyala. Tertulis sebuah nama tengah meneleponnya, Eyang Bowo.

Sera mempercepat langkahnya menuju ke arah parkiran mobil. Jessica melambaikan tangannya dan berteriak, "Titip salam buat mas Iky!", serunya.

Sera mengabaikan teriakan Jessica dan semakin mempercepat langkahnya. "Assalamualaikum, halo eyang", diangkatnya telepon dari sang eyang.

Sera di Kertanegara | Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang