Chapter 10: Deril dan Sera

257 31 3
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun alur cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

• • •

Jessica tersenyum malu-malu sambil mengangguk. Sera melihatnya sambil memutar matanya. "Apa lo?", bisik Jessica sengit saat melihat Sera.

"Pak Deril", panggil Sera.

"Ya?", Deril tersenyum ke arah Sera, memamerkan lesung pipinya. Melihat itu, Sera merasakan jantungnya 'deg'. Deril memiringkan kepalanya dan kembali bertanya, "Ada apa?".

Sera terkesiap. Belum sempat ia menjawab, Jessica sambil terpesona menyahut. "Mas Deril udah makan? Mau makan siang bareng?". Pertanyaan Jessica ini membuat Sera menoleh. "Woi Je!", bisiknya.

Jessica menyikut Sera yang membuat gadis itu diam. "Di kantin kita ada makanan yang enak banget mas."

"Ahahaha..", Deril tertawa kecil. "Saya ikut, tapi..hanya kalau Sera mengizinkan..", jawabnya. "Kalau tidak, saya akan menunggu disini sampai jam 3."

Sera terpukau. Apa memang setiap ajudan seperti ini, pikirnya. Gadis itu lalu menghela nafas. "Pak Deril udah makan?", tanya Sera akhirnya.

Deril tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Ya udah, ayo makan..", ajak Sera. Jessica tersenyum lebar dan matanya berbinar. Ketiganya lalu berjalan menuju ke arah kantin. Sera terlihat hanya diam saja, sementara Jessica dengan aktif banyak bertanya ke Deril.

"Oh jadi mas Deril dulu sempet jadi mayoret?", tanya Jessica disambut anggukan Deril. "Gilaaakk, keren banget kamu mas!", pujinya. Mengundang senyum pria itu.

Kehadiran Deril di kantin kampus mengundang perhatian para mahasiswa disana. Mereka menatap ke arah Deril yang bertubuh tinggi dan tegap. Apalagi pria itu mengekor di belakang Sera.

Jessica dengan ramah membantu Deril memesan makanan. Sementara Sera hanya diam saja sambil mendengarkan obrolan keduanya.

"Ser, gilaaa sih ajudan lo nggak kaleng-kaleng", bisik Jessica.

Selepas makan siang, Deril kembali menunggu Sera di taman seberang gedungnya. Pria itu kembali mengenakan kacamata hitamnya dan duduk. Jessica tidak bisa melepaskan tatapannya ke arah Deril.

"Ra, gue kayaknya jatuh cinta sama ajudan lo", serunya. "Dibikin cerita kayaknya romantis..", lanjut Jessica. "Kepincut ajudan sahabat."

Sera lagi-lagi memutar bola matanya. "Gak jelasss Je", tukasnya.

Jessica tertawa kencang. "Lo kenapa sih sensi amat? Mas Deril baik banget lagi", cerocosnya. "Mana ganteng lagi."

Sera mendengus kesal. "Iye iye", jawabnya. Sera dan Jessica kembali menuju kelas dan mengikuti pelajaran berikutnya. Setelah pukul 3 lewat, kelas pun dibubarkan. Sera dan Jessica menghela nafas lega. "Tinggal 3 kelas lagi dan kita bebas dari semua ini!", serunya.

Sera tertawa sambil membereskan barang-barangnya.

"Lo akhirnya ke rumah sakit mana, Ra?", tanya Jessica.

"RSCM", jawab Sera lalu beranjak berdiri. Jessica mengangguk dan mengekor di belakangnya. "Lo?", tanya Sera balik.

"Sama", sahut Jessica. Keduanya lalu tertawa dan berjalan keluar.

• • •

Di taman, Sera mendapati Deril masih menunggunya disana. Pria itu terlihat tampan di bawah sinar matahari sore. Lagi-lagi Sera merasakan 'deg' di jantungnya. Buru-buru gadis itu menggelengkan kepalanya dan mengenyahkan pikiran tentang Deril.

Sera di Kertanegara | Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang