Setelah makan malam, tanpa pikir panjang Harris langsung menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua. Ruangan bernuansa hitam dan abu-abu itu terlihat simpel namun elegan.
Tak langsung naik ke atas ranjang, Harris memilih untuk duduk di meja belajarnya. Mematikan semua lampu dan hanya menyisakan lampu bacanya.
Meraih ponselnya, Harris tersenyum tipis saat membaca satu pesan masuk.
Mine <3
Kak, jangan begadang. Langsung tidur, kalau ada apa-apa kabarin Runa. Punya pacar dimanfaatin, jangan dianggurin.Menarikan jemarinya di atas layar, Harris mengangguk paham.
Iya, Sayang.
Ini udah mau tidur kok, kamu juga. Jangan kemaleman ya, selamat tidur.
Good night
Have a nice dream.
I love you.Berjalan pelan, menuju ranjang. Harris menarik selimut setelah menghidupkan lampu tidurnya.
Ini masih terlalu dini untuk Harris yang biasa tidur di atas jam dua belas malam.
Menatap langit-langit kamar, Harris mengangkat tangan kirinya. Dimana ada gelang dengan paduan warna hitam dan abu-abu yang melingkar di sana.
"Lucu banget, kenapa aku bisa dapet kamu ya?" Bisik Harris. Senyum cerah mengambang di wajahnya saat semua kilasan mengenai Runa berputar secara otomatis di kepalanya.
Sabtu siang itu, Harris baru saja sampai di halaman rumahnya setelah tadi pagi menemani Souta untuk ke perpustakaan.
Bukan, mereka bukan tidak ada pekerjaan dan tiba-tiba ingin ke perpustakaan. Deadline tugas mereka besok dan satu pun dari mereka belum ada yang selesai.
"Kak Harris?"
Menolehkan kepalanya, Harris sedikit terkejut saat melihat penampakan Runa dengan rambut yang acak-acakan. "Kenapa itu rambutnya berantakan gitu?"
"Si anak pungut tu, katanya mau ngepangin rambut Runa. Tapi malah diacak-acak sampai jadi kek orang gila ini." Adu Runa. Masing-masing tangannya masih memegang sisir dan ikat rambut warna-warni.
"Kak Harris bisa ngepangin ngga? Runa mau pergi sama temen-temen soalnya."
Harris mengangkat sedikit alisnya, berpikir. Dengan statusnya sebagai anak tunggal, bagaimana bisa Harris mempunyai skill seperti itu? "Ngga yakin sih, tapi sini kak Harris coba." Mengangkat Runa untuk ia dudukan di atas motor kebanggaannya. Harris meraih sisir dan juga ikat rambut dari tangan tetangganya ini.
Sementara Runa yang baru saja Harris angkat masih setengah sadar dengan keadaan sekarang. "Kak Harris?"
"Hmm?"
"Runa ngga berat?" Tanya Runa. Kalian pasti tahu sesuka apa Runa kepada Harris. Menurut kalian bagaimana kabar jantung Runa setelah ini?
"Engga kok, kenapa?" Membagi rambut Runa menjadi dua bagian, Harris mulai bekerja dari sisi kanannya.
"Kak Harris ngangkat Runa kek ngga ada beban." Duduk tenang dengan wajah yang memerah tipis, Runa butuh oksigen teman. Harris benar-benar tidak aman untuk jantungnya.
"Kamu kek botol yakult gini iya lah. Ngga berasa." Tertawa, Harriss sungguh-sungguh. Runa benar-benar seenteng itu.
"Dih? Runa mah makannya nasi, bukan galang bambu." Sinis Runa. Menatap Harris yang tengah berdiri di depannya dengan wajah yang terdongak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ananda
FanfictionSetelah kisah terakhirnya yang berakhir tidak bagus, Harris menjadi sedikit lebih pendiam dari biasanya. Skinship dan obrolan random yang menjadi hal favorit Harris kini sudah lambat laun ia lupakan. Tapi itu tidak bertahan lama hingga Harris bert...