Ch. 3 Helena?

54 12 0
                                    

Menendang selimutnya tak terima. Harris langsung duduk tegap dengan wajah merengut kesal.

Satu tangan naik ke atas kepala untuk menahan rasa berdenyut karena ia yang tiba-tiba bangun. Sakit sekali, Tuhan.

"Kok gitu?" Dengan suara serak, Harris menatap Runa yang sudah meletakan piringnya di atas nakas.

Tidak ada balasan, Runa diam menatap Harris dengan alis yang bertaut terlihat kesal. Berdecak pelan, remaja kecil itu bangkit berdiri dan segera berbalik badan.

"Ngapain?" Tanya Harris waspada. Menarik ujung baju Runa untuk manahan kekasihnya itu agar tidak beranjak pergi.

"Lepas." Menarik bajunya agar terlepas dari cengkraman Harris, Runa melirik dari ujung matanya. Bisa meledak Runa lama-lama jika seperti ini.

Menggeleng, Harris makin memegang erat ujung baju Runa. Walau kepalanya sudah berdenyut pusing, masih bisa Harris tahan. "Ngga mau."

"Lepas ngga?"

"Ngga."

"Aku beneran marah loh kalau terus gini."

Mendengus keras, Harris melepaskan tangannya dengan terpaksa. Kembali menarik selimut dan memunggungi Runa yang langkah kakinya belum terdengar sama sekali. "Tinggal aja terus, tinggalin. Siapa juga yang mau sama aku kalau kayak gini."

Memeluk erat gulingnya, Harris rasa ia hanya ingin tidur dari pagi hingga pagi lagi. Sialan, kepala Harris berdenyut sungguhan.

"Ga jelas." Sinis Runa, berjalan meninggalkan kamar tanpa menutup kembali pintu kamar Harris.

Setelah tidak ada lagi suara langkah kaki yang terdengar dan Harris yakin hanya tersisa ia yang berada di dalam ruangan ini. Dengan perlahan, Harris membalikan tubuhnya dan benar, Runa sudah tidak ada di sana lagi.

Gadis itu benar-benar... pergi?

Pikiran Harris mulai berkeliaran pergi, tangan kanannya naik ke depan mulut tanpa sadar dan mulai menggigiti ibu jarinya.

"Kalau dia ga balik gimana?"

"Kalau dia beneran pergi gimana?"

"Kalau dia beneran bosan terus beneran minta putus gimana?"

"Aku udah berusaha sebiasa mungkin, aku ngga manja, aku ngga nuntut ini-itu. Tapi dia beneran pergi?"

Harris tidak paham, bagian mana dari dirinya yang masih bermasalah. Harris sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak seperti dirinya yang lama, tapi kenapa tetap berakhir sama seperti dulu?

Tanpa sadar, gigitan Harris makin kuat pada jemarinya. Matanya menatap tidak fokus pada pintu kamar, masih berharap Runa akan kembali masuk dari sana.

Satu menit.

Dua menit.

Tiga menit.

Lima menit.

Runa masih belum kembali, Harris resah. Beranjak turun dari atas ranjang, Harris segera berlari keluar dari kamar dan berjalan cepat menuruni anak tangga.

Jika Runa tidak kembali, maka Harris sendiri yang akan menjemput Runa ke rumahnya.

"Ngga boleh, dia ngga boleh pergi ju-"

"Mau kemana?" Runa menahan lengan Harris yang berlari tanpa arah, memperhatikan wajah pucat yang terlihat cemas entah kenapa itu.

"Kamu pergi, aku mau nyusul. Nanti kamu ngga balik." Memegang kembali lengan baju Runa untuk memastikan bahwa gadis itu tidak akan kembali pergi dari rumahnya.

AnandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang