Runa tak habis pikir, memang di luar nalar sekali pacarnya ini. Kalian tahu? Setelah perdebatan panjang tadi, berakhir Harris tidak jadi membeli apapun, sebagai gantinya Harris mengambil satu boneka Dino berukuran sebesar tendon air.
Divacum?
Tentu saja tidak kawan! Dengan senyum cerah merekah, Harris membawa boneka gemuk itu di depan dadanya, ia peluk erat setelah menyerahkan dompet dan ponselnya untuk disimpan Runa di dalam tas selempang wanita itu.
"Giliran boneka aja dikekep erat begitu ampe kempes itu perutnya." Sindir Runa. Menatap sinis Harris yang sedikit pun tidak terganggu dengan protesannya.
"Apa sih kamu, Ibu tiri? Kamu kan udah punya pelukan juga itu."
"Oiya dong, bagusan aku punya. Itu apaan, gembrot ngga bisa terbang."
"Minimal punya gigi sih."
"Minimal punya sayap lah."
Sama-sama melengos tak terima, mempererat pelukan pada boneka masing-masing, tanpa sadar mereka sudah menjadi pusat perhatian sedari tadi.
"Jelek bet ijo-ijo."
"Apaan hitam gitu, dakian. Minimal mandi. Jorok."
Dengan semangat empat puluh lima, Runa langsung saja memukul kepala boneka Harris dengan kuat. Menggigit ekor hijau dengan tanduk kuning itu dengan wajah beringas miliknya.
"Aaa, jangan digigit! Kasian, jahat banget sih kamu." Harris menahan dahi Runa yang masih mengejar ekor bonekanya.
Melihat tidak adanya etikat baik dari pacarnya ini, Harris langsung saja meremat kuat ekor boneka milik Runa. Menepuk-nepuk kepala hitam itu dengan kuat sampai akhirnya Runa mengalah karena panik.
"Mamam tuh."
**
"Wah kureng nih, kureng." Harris menyodorkan mangkoknya ke hadapan Runa, menawarkan kepada gadis itu untuk mencoba seblak miliknya.
"Apanya yang kureng?" Dahi runa berkerut tak paham. Kurang banyak? Itu saja bahkan baru masuk ke dalam mulut Harris sesendok. Lapar mata memang pria ini.
"Kurang pedes."
Mata Runa melotot lebar, dari warnanya saja Runa sudah ingin menyerah melihat pesanan Harris. "Mau semerah apa lagi warnanya? Ini aja udah kek omongan tetangga pedesnya." Menunjuk mangkok miliknya sendiri, Runa benar-benar kehilangan kepercayaan diri jika membandingkan miliknya dengan milik Harris.
"Gilak zekali." Gumam Runa.
"Coba deh, Ay. Enak ini punya Ayyis." Harris masih dengan semangat empat puluh lima menawari Runa. Dengan mata berbinar dan senyum yang merekah lebar.
Bagaimana bisa Runa menolak kelucuan ini?
"Coba ya." Ujar Runa, menyendok sedikit kuah setan milik Harris dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar perutnya tetap baik-baik saja setelah ini. "Uhuk!"
Harris kelabakan, menyodorkan kepada Runa jus jeruknya dan menepuk-nepuk pelan punggung kecil itu. Kasihan juga Harris melihat wajah memerah ini.
"You good, Darl?" Raut wajah Harris langsung terlihat khawatir. Ia lupa jika kekasihnya dan Gin ini mirip, sama-sama tidak bisa makan pedas.
"Parah banget, Kak Ayyis. Jangan keseringan." Tegur Runa. Hidungnya langsung terasa perih karena aroma cabai milik Harris ini.
"Apa ngga menangis itu lambungnya?" Tanya Runa.
"Engga, enak kok."
"Jan sering-sering."
"Iyaa." Masih mengusap pelan pundak Runa, Harris ingin tertawa saja rasanya. "Mau minum lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ananda
FanfictionSetelah kisah terakhirnya yang berakhir tidak bagus, Harris menjadi sedikit lebih pendiam dari biasanya. Skinship dan obrolan random yang menjadi hal favorit Harris kini sudah lambat laun ia lupakan. Tapi itu tidak bertahan lama hingga Harris bert...