"Jagungnya bawa sini, jagung." Key bersorak kepada semua orang yang masih berada di dapur.
"Eh mau sosis sama baksonya dong sekalian." Selia juga berteriak, jarak dapur sama halaman yang mereka gunakan untuk bakar-bakar memang tidak terlalu, hanya saja bolak-balik ke belakang itu yang malas.
"Ayamnya Gin tadi mana?" Echi memperhatikan setiap sudut meja tempat mereka meletakan berbagai bahan makanan. Perasaan tadi sudah Echi bawa kok.
"Nih, dari mama mertua lu, Chi." Enon datang dengan satu tupperware besar berisi ayam yang sudah dibumbui. Memang terbaik mama Gin ini kawan-kawan.
"Mama mertua pala lu mletak." Sinis Echi, kembali mengipasi arang yang akan mereka gunakan untuk membakar bahan mentah ini.
"Bukannya lu pacaran ama Gin?" Selia bertanya penasaran, perasaan dua manusia ini dengan sekali kemarin. Kemana-mana selalu berdua malahan.
"Dih, boro-boro."
"Kenapa?"
"Ngga peka dia, bangke emang." Perasaan ingin menginjak kepala Gin langsung membumbung naik ke atas kepala Echi. Entah harus bagaimana lagi Echi menyadarkan pria cadel itu.
"Mau Mia bantuin?" Dengan wajah tenang dan senyum lebar, Mia menawarkan diri. Lumayan, memanfaatkan kakaknya dengan sebaik mungkin.
"Kamu mau bantuin gimana, Mia?" Key mendekat ke arah Mia, sedikit penasaran jujur saja.
"Biar Mia paksa Kak Gin nembak Kak Echi."
"Mati udah gua itu."
**
Lain anak perempuan, lain lagi anak laki-laki ini. Kevin dan Rion yang sibuk membuat api unggun ala-ala, Riji dan Mako yang sudah siap dengan gitar di pangkuan mereka, Gin dan Harris yang tengah berbaring santai di paha Souta.
Yang lain? Mondar-mandir mengumpulkan snack untuk acara mereka nanti.
"PAPIII!" Berteriak kencang, Souta sudah lelah. Kakinya sudah kebas. Perbandingan tubuhnya dan tubuh dua manusia ini lumayan jauh ya kawan.
"KENAPEE?" Balas Rion. Tak mau repot memalingkan wajah ke arah Souta yang duduk di belakang punggungnya.
"Dua orang ini tolong jauhin dari Souta! Berat!" Kadu Souta. Masing-masing jarinya menunjuk kepala Gin dan juga Harris yang tak merasa terganggu sedikit pun. Merasa bersalah saja tidak mereka.
Mengalihkan kepalanya ke arah Souta, Rion dapat langsung melihat Gin dan Harris yang tengah bermain ponsel dengan berbantalkan paha tipis Souta. "Wah, ketempelan kamu itu."
"
Woi, bantuin kipasin ayam sini. Atau ngga gua kasih tulang aja kalian semua." Key bergacak pinggang dengan satu kipas anyaman bambu di tangan kanannya.
Tanpa pikir panjang, Souta langsung mengangkat tinggi-tinggi tangannya. "Souta! Souta aja! Tapi bantuin Souta dulu."
Memperhatikan tiga onggok daging itu, Key berjalan mendekat. Menyerahkan kipasnya kepada Souta dan menarik Harris terlebih dahulu, "sana ke dapur. Bantuin yang lain bikin es teh." Usir Key. Beralih pada Gin yang juga sudah ia tarik paksa agar bangun dari posisi berbaringnya.
"Apa ngga kisut itu dingin-dingin minum es begini?" Protes Kevin. Melirik pada Key yang hanya mengendikan bahunya.
"Kek ngga pernah aja lu ah."
Sepeninggalan Souta, Gin benar-benar berlalu menuju dapur. Entah dengan niat membantu, atau hanya ingin mencuri beberapa makanan saja.
Harris masih dilema, duduk selama beberapa saat hingga akhirnya ia memutuskan untuk membawa langkah kakinya kembali menguntit Souta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ananda
FanfictionSetelah kisah terakhirnya yang berakhir tidak bagus, Harris menjadi sedikit lebih pendiam dari biasanya. Skinship dan obrolan random yang menjadi hal favorit Harris kini sudah lambat laun ia lupakan. Tapi itu tidak bertahan lama hingga Harris bert...