[7].

6 1 0
                                    


Malam itu, suasana di rumah Bumi Wirayudha sangat menegangkan. Sakti dan Kakek mengundang seluruh mahasiswa KKN untuk makan malam, tetapi hanya Harum yang memenuhi undangan itu. Mereka sedang sibuk mengerjakan laporan, survei dan beberapa kembali ke kota.

Harum dijemput Sakti ke posko. Pemuda gondrong itu mengenakan stelan kasual seperti biasa. Namun lebih rapi dengan batik dan jaket kulitnya. Celana jeansnya pun tak robek-robek.

Mobil melaju dengan pelan. Sakti menikmati momen bersama Harum selama mungkin. Ketika mereka tiba di rumah, mereka melihat Juragan Whisnu, Pak Kades Brajamusti, istri Pak Kades, dan putri mereka, Dahlia, sudah ada di sana. Harum dan Dahlia saling pandang, sepertinya mereka pernah bertemu sebelumnya di kantor desa.

Setelah berjabat tangan dan berbasa-basi, Juragan Whisnu mengajak semua orang untuk makan malam. Namun, kejutan terjadi saat Juragan Whisnu mengatakan sesuatu sebelum makan dimulai.

"Sakti, duduklah di samping Dahlia, dia calon istrimu. Kalian akan segera bertunangan."

"Apa?!" teriak Sakti, kaget dengan keputusan tiba-tiba ini.

"Maksud Papa?" tanyanya bingung.

"Papa dan Pak Kades, sudah setuju untuk menikahkan kalian dan menyatukan dua keluarga besar di desa Sagara--"

"Aku tidak suka dijodohkan!" potong Sakti dengan tegas, membuat semua orang di ruangan tercengang.

"Dahlia ini anak yang baik, dia dapat membuatmu menjadi manusia yang lebih baik dan berguna!" ujar Juragan Whisnu dengan nada tinggi.

"Maaf, Pa. Tapi masalah perjodohan ini, aku punya kriteria sendiri."

"Kriteria seperti apa? Gadis-gadis manja atau janda yang hanya ingin uangmu?" sahut Juragan Whisnu dengan sinis.

"Papa, yang pasti aku tidak mau dijodohkan!" sergah Sakti.

"Papa, yang pasti aku tidak mau dijodohkan!" sergah Sakti.

Tanpa ragu, Sakti berdiri dan menarik tangan Harum untuk pergi. "Ayo, kita cari tempat yang lebih nyaman untuk berbicara!"

Harum hanya bisa menganggukkan kepala, meminta izin kepada Kakek Wira sebelum mereka berdua pergi dari sana.

"Sakti, kembalilah!" pinta Juragan Whisnu.

"Biarkan Sakti pergi!" akhirnya Kakek Wira angkat bicara, membungkam Juragan Whisnu.

Kades Brajamusti dan istrinya merasa tersinggung dan marah besar. Wajahnya merah padam. Berbanding terbalik dengan wajah Dahlia yang terlihat seperti hendak menangis. Ia memutuskan untuk pulang.

"Maafkan kami, Pak Kades Brajamusti. Kami akan membujuk Sakti," kata Juragan Whisnu mencoba menenangkan calon besannya.

"Lihat saja nanti, jika perjodohan ini gagal," ancam Kades Brajamusti sambil berlalu diikuti oleh istri dan putrinya.

Wajah Juragan Whisnu memerah. "Apa yang kau lakukan, Whisnu? Mengapa kamu menjodohkan cucuku tanpa berkonsultasi denganku?" geram Kakek Wira.

"Aku bermaksud baik, Abah. Perjodohan ini akan membantu mengatasi masalah pabrik limbah kita yang terhambat oleh birokrasi. Selain itu, dengan menyatukan kedua keluarga terpandang di desa, kita bisa semakin kuat dan memiliki pengaruh yang lebih besar," jawab Juragan Whisnu.

DENDAM WARISAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang