Oxcella mencoba menarik nafas, ia sekarang masih deg-degan, ia mencoba mengatur nafasnya dengan baik, bayangan sampel darah tersebut masih di bayangkan oleh Oxcella.
Ia kini mengalihkan fokusnya dengan mencatat materi yang di berikan dosen, tak lama setelah itu kartu golongan darah tersebut tepat ada di bawa meja Oxcella. "MAMAA," teriaknya begitu kencang sampai buku yang ada di mejanya berantakan, semua orang menatap terkejut bahkan sahabat Oxcella, Ahira menghampirinya. "Lo kenapa Ella," Ahira menghampiri sahabatnya yang histeris ketakutan, tak lama Oxcella menunjukan kartu golongan darah tersebut. "I—itu," tunjuk Oxcella ke kartu tersebut, tak lama Ahira mengambil kartu itu.
"Aelah, ini kan cuma kartu biasa kali La, masa sama kartu takut," timpal Ahira, namun Oxcella membantah. "Tapi itu kan ada darahnya," Ahira meyakinkan kepada Oxcella. "please-lah itu cuma kartu golongan darah, masa sama itu kamu takut, I know lo punya phobia darah tapi jangan takut sama sampel ini," tak lama Luna menyerang Ahira. "LO KIRA GAMPANG ORANG KETEMU SAMA PHOBIA, ITU DAMPAKNYA BISA SEUMUR HIDUP LOH, JADI JANGAN MENGGANGGAP INI MASALAH SEPELE." seketika Ahira meyakinkan itu pada Luna. "Lun, kan gue punya phobia sama kodok, terus sekarang gue sembuh, nah coba aja Oxcella santai lihat darah pasti dia sembuh kan," timpal Ahira dengan santai.
"Udahlah Cella nanti lo gak perlu takut sama darah lagi oke," Ahira memberikan saran dan Oxcella mengangguk setuju, ia kini sudah lebih tenang di bandingkan sebelumnya, baik mental maupun psikis nya sedikit membaik.
Setelah Oxcella pulang kelas dari kampusnya, ia kini berjalan menuju lorong kelas, tak lama Oxcella membayangkan bahwa darah berceceran di lantai. "ARGHH DARAHH!!" pekik Oxcella dengan menutup matanya.
Bayangan Oxcella mengenai darah terus saja menghantuinya, ternyata phobia memang sebahaya itu, ia kini mencoba lari, namun ia masih shock berat terhadap darah itu. "DARAHH," Oxcella lagi-lagi memekik ketakutan. "Itu bukan darah tapi saus sambal yang tumpah tadi," ujar salah satu mahasiswa yang melihat Oxcella panik.
Setelah ia sampai rumah, Oxcella menonton film horror di rumahnya, padahal seumur hidupnya ia sangat tidak menyukai horror apalagi ada adegan darah, namun kali ini Oxcella kekeh memaksakan diri untuk menonton film horror itu.
Belum sampai 30 menit, Oxcella mematikan film itu, ia berteriak sekencang mungkin, jantungnya kini tak beraturan, seluruh badan nya merasa merinding, tak lama suasana kamar itu yang terasa nyaman berubah menjadi horror.
"MAMAAA, TOLONGIN CELLA," pekik Oxcella ia menangis sekencang mungkin, untuk menghilangkan rasa takutnya itu, ternyata saran dari Ahira tidak berjalan yang ada ia semakin takut dengan darah.
Saat itu juga Ibu Oxcella datang habis pulang kantor. "Malam Cella," suara itu yang dulunya hangat berubah menjadi menakutkan, entah apa yang ada didalam pikiran Oxcella dengan itu.
Tidak lama kemudian Ibunda Oxcella mengetuk pintu kamar dan Oxcella sangat takut, entah hal sepele itu menjadi masalah besar bagi Oxcella. "Cella, Mama datang nih," Ibunda Oxcella mengetuk pintu kamar, namun Oxcella merasa sangat ketakutan ia tak mau membuka pintu, bahkan suara kecil pun ia sangat takut.
Bukan hanya itu saja adik Oxcella, Viana menyanyikan lagu kupu-kupu milik Tiara Andini, mendengar suara itu Oxcella sangat takut, ia kini tampaknya sangat ketakutan.
Wahai cinta beri pertanda.
Dengar kupu-kupu yang berbicara.
Bising kan dada melantunkan nada asmara.
Andai cinta setangkai bunga.
Takkan buat kau layu dan kecewa
Kan ku jaga binar hatinya
Tak lama setelah itu Oxcella berteriak sekencang-kencangnya, ia tak mau suara kebisingan itu mengganggu hidupnya, memang hidup Oxcella yang dulunya tenang kini berubah drastis dalam satu hari.
Oxcella berniat ingin pindah ke kamar Viana, namun sayangnya langkah nya terhenti, ia membayangkan kartu golongan darah itu ada di kamarnya dengan darah, Oxcella tak ingin berteriak lagi, ia pun langsung berlari ke ruang tamu.
Saat di ruang tamu Ibunda Oxcella dan Viana duduk di ruangan tersebut merasa heran dengan Oxcella, mengapa Oxcella sudah sangat berubah. "Nak kenapa tadi gak bukain pintu Mama?" tanya Adelina Ibu Oxcella, namun Oxcella berkilah sedikit. "Enggak tadi aku di dalam WC," kilahnya sedikit.
Tak lama Oxcella bertanya kepada ibunya mengenai tentang psikologi. "Ma aku besok ke psikolog boleh nggak, aku lagi ada problem sama tugas jadi pengen cerita." tanya Oxcella tersenyum sedikit. "Mau Mama antar?" tanya Adelina namun Oxcella menolak. "Gak usah mama, ada Ahira yang antar." jawab Oxcella yang tak mau ibunya mengantarkan nya ke psikolog.
"Oke tidak apa-apa kok Nak," timpal Adelina, tak lama Viana bertanya. "Kakak kok mau ke psikolog? itu tempatnya orang gila loh," cibir Viana mengenai psikolog, namun Oxcella membantah. "Dek psikolog itu bukan tempat buat orang gila, tapi melainkan buat tempat kita cerita dan berkeluh kesah siapa tahu nantinya akan ada solusi kok." Oxcella mencoba meluruskan, namun Viana mendesis risih pada Kakaknya itu. "GAK MAU SAMA ORANG GILA!!" Viana menjauh dan pergi ke kamarnya.
Keesokan harinya Oxcella menepati janjinya dengan Ahira untuk pergi ke psikolog, entah malam kemarin Oxcella tidak bisa tidur, ia mengambil cuti untuk hari ini. "Cella gimana jadi?" tanya Ahira yang datang dengan mobilnya, Oxcella mengangguk setuju dan masuk kedalam mobil itu.
Saat mereka berdua didalam mobil, tak lama suara radio datang di mobil Ahira, Oxcella terkejut dengan suara itu, ia ingin mematikan suara itu. "Selamat siang kami dari acara radio dengan ini kam—" Oxcella mematikan suara itu dan mengganti track lagu milik Ahira.
Ahira merasa heran entah sebelumnya Oxcella bodoh amat dengan suara itu, namun tiba-tiba saja ia merasa sangat aneh dengan suara itu. "Cell lo kenapa?" tanya Ahira yang memastikan kondisi Oxcella. "Gue takut Hir," tangisan Oxcella itu yang membuat sahabatnya tidak tega ingin memeluknya.
"Sabar bentar lagi lo pasti sembuh," ucap Ahira yang memeluk Oxcella, yang sedang bersedih, setelah itu mereka berdua sampai di tempat yang mereka tuju, Oxcella pun segera turun dari mknil. "Gue antar ya?" timpal Ahira dan Oxcella merasa sangat keberatan. "Gapapa lo ikut sama gue?" tanya Oxcella dengan perasaan tidak enakan. "Gapapa kok gue mau temani, sahabat gue ini sampai sembuh," jawab Ahira dengan gembira.
Saat Oxcella masuk ke ruangan Psikolog, ia ingin pergi kekamar mandi, namun ia mendapatkan bayangan yang sangat buruk, mengenai kamar mandi itu, mungkin saja trauma itu tercipta saat ia berada di kamar mandi.
Oxcella membayangkan sekitar kamar mandi itu banyak bercucuran darah, padahal tidak ada sama sekali, lagi-lagi Oxcella berteriak. "ARGHHH," teriaknya begitu panik, tak lama Ahira menghampirinya. "Cella are you okay?" tanya Ahira, namun Oxcella ketakutan. "Itu ada darah," Oxcella menunjuk ke ruangan itu, namun Ahira meyakininya. "Cella jangan takut disini gak ada darah kok, kan ada gue," ujar Ahira yang menenangkan Oxcella dan Oxcella tersenyum ia kini sudah mulai tenang kembali.
Hallo semua
Gimana kabarnya hari ini?
ini adalah bab kedua cerita ini, mengenai tentang phobia.So i'm so sorry jika misalnya cerita ini cukup menyinggung apalagi perspektif Viana mengenai Psikolog, author juga kesal sama lambe nya dia hihi.
jangan lupa tinggalin jejak vote dan comment.
see you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Physics Fragments (on going)
Teen Fiction"Ketika masalah kesehatan mental masih dianggap tabu?" Kisah tiga orang berbeda dengan masalah mental yang berbeda, membuat mereka merasa tidak nyaman dan terganggu dengan mental serta ketenangan hidup mereka. Oxcella Cewek yang memiliki phobia dar...