BERANDAI

7 2 0
                                    

"BANGSAT." Anggara sangat membenci Darren saat ini, bahkan Darren yang tidak tahu apa-apa sudah menghubungi Anggara, tetapi tetap saja Anggara tidak menggubris chat milik Darren.

Yups!!! tepat, Anggara lebih memilih tidak menanggapi Darren, bahkan ia pun mengarsipkan Chat miliknya, Anggara kiki sekarang semakin berubah, ia terus-terusan merokok, bahkan semuanya sangat keberatan dengan perubahan yang sangat drastis pada Anggara.

Anggara tak perduli, ia terus saja menghisap rokoknya, ia mengganggap kebiasaan barunya adalah hal yang bikin ia tenang, tak perduli uangnya sudah habis berapa untuk membeli sebuah rokok.

"Aku suka dengan ketenangan." gumam Anggara setelah ia menghembuskan asap terakhirnya, lalu ia buang puntung rokok begitu saja.

Setelah itu Anggara mencoba meng-unfollow Instagram milik Darren tapi sayangnya, ia tidak bisa melakukan hal itu dan sementara ia pun lebih memilih menyembunyikan snapgram miliknya.

"I don't fucking needed you!!" gumam Anggara, tak lama kemudian ia menghisap rokok barunya lagi, ternyata ini adalah rokok terakhirnya, soalnya hanya tersisa satu batang rokok yang ada di dalam bungkusan tersebut.

Anggara mendesis kesal, batang rokok tersebut ia letakan pada kedua bibirnya itu, untuk mengecek apakah masih ada sisa uang atau tidak, ternyata masih ada uang untuk membeli rokok itu. "Untung masih ada sisa uang kemarin," ujar Anggara yang masih beruntung bahwa ia masih ada uang lagi untuk membeli satu bungkus rokok.

Anggara menyalakan motornya, ia pun segera memakai helm, kemudian ia pun pergi meninggalkan rumah, saat Anggara di tengah jalan, ia masih tetap bisa menghisap rokoknya terus menerus sembari dengan pikirannya sangat kacau.

Anggara seketika teringat dengan pesan Tomi soal masalah ia ingin berdamai dengan Darren. "Kalo bisa Anggara coba saja mencari hal baru untuk melupakan Darren, tetapi lebih bagus lagi cobalah untuk berdamai dengannya dan komunikasi kalian tetap berjalan meskipun kamu sedang alami permasalahan dengan temannya." ujar Tomi yang memberikan saran pada Anggara.

Sayangnya ia tidak bisa mengikuti saran tersebut, bahkan ia pun lebih memilih tak usah memperdulikan Darren, sementara itu Darren sangat heran mengapa Anggara akhir-akhir ini menjauhinya.

Darren POV.

"Kenapa Anggara gak hubungi gue ya?" tanya Darren yang memikirkan kabar Anggara, tak lama ia hubungi nomor Anggara tetapi sayangnya ia tetap belum merespon hal itu.

Ia pun lebih memilih mengirim chat soal kabarnya hari ini, bahkan Darren tidak tahu apa-apa soal Anggara, mengapa ia mulai menjauhinya.

Ternyata sudah puluhan chat yang ia kirim soal Anggara, ternyata tetap saja Anggara tidak merespon sama sekali. "Mengapa ia berubah?" tanya Darren ia khawatir dengan Anggara.

Sementara itu Darren tidak ambil pusing dengan soal Anggara, mungkin saja selesai UTBK Anggara sedang liburan atau mungkin Anggara sedang sibuk ujian mandiri.

"Mungkin dia sedang belajar mandiri kali ya."

Sementara itu Anggara sudah 1 jam ia berjalan sepanjang kota Jakarta, ternyata benar Anggara kini sedang alami depresi berat, tak lama pikirannya berandai lagi, saat ia melihat jembatan, kemudian pikirannya berkelana untuk mencoba melakukan bunuh diri tepat di jembatan.

Mungkin Anggara sangat lelah dengan situasinya saat ini, namun ia melalukan ini karena ia sudah lelah menghadapi sebuah masalah baru, ia menaiki pembatas jembatan lalu ia melakukan aba-aba.

Saat Anggara siap melompat, tak lama ada seorang yang seumuran dengan Anggara sigap menolongnya, tak lama orang tersebut membawa Anggara dari tempat yang sangat berbahaya itu. "LO NGAPAIN BUNUH DIRI?!" Zafran berdecak pada Anggara yang sedang melakukan bunuh diri, Anggara terkejut ada sosok Zafran yang ada disitu.

Anggara terkejut dengan sosok Zafran, ya anak seumuran dengannya kini menolongnya dari perbuatan yang sangat tidak baik itu, tak lama Anggara memberikan rokok pada Zafran. "SORRY GUE GAK NGEROKOK, APA UNTUNGNYA?" ujar Zafran yang enggan dengan pemberian rokok itu, tak lama Anggara menarik kerak baju Zafran, layaknya seperti orang berkelahi.

"LO CUPU, GAK USAH NASEHATIN GUE!!" ucapan sinis itu tepat meluncur pada Anggara kepada Zafran, reaksi Zafran  kini terkejut mengapa orang ini sangat bersikap sangat tidak sopan padanya.

Tak lama Zafran pun juga semakin emosi saat ia ditantang oleh Anggara. "MASIH BAGUS GUE TOLONGIN LO, KALO LO NEKAT SEKALI LAGI, LO BISA REPOTIN ORANG TUA LO!!!" serang Zafran tepat didepan Anggara.

Namun Anggara mengakui bahwa ia kurangnya kasih sayang pada orang tuanya, bahkan ia merasa bahwa figur orang tua tidak melekat pada dirinya karena ia terlalu sibuk dengan urusannya dibandingkan waktunya dengan orang tuanya. "LO TAHU APA SOAL ORANG TUA GUE HM? TAHU APA?!!!" Anggara membentak Zafran soal orang tuanya, seketika hati Zafran tersentuh bahkan ia tak mau memulai keributan dengan Anggara.

Tak lama hati baik Zafran ingin mengajak suatu tempat dengan Anggara. "Lo mau ikut dengan gue?" ajak Zafran pada Anggara yang sedang menangis. "Bareng lo?" tanya Anggara dengan nada pelannya, Zafran mengangguk. "Iya lo, gue mau cerita sama lo."

Mendengar hal itu Anggara ternyata salah menilai Zafran, ternyata Zafran sangat baik dan tulus untuk menolong kejiwaan Anggara yang sedang kacau, tak lama Anggara menangguk setuju dengan ajakan Zafran.

Anggara menyalakan motornya sedangkan, Zafran juga menyalakan motornya, mereka berdua menaiki kendaraan masing-masing, mereka berdua sebelum pergi ke tempat itu, mereka menyempatkan diri untuk berkeliling dulu sepanjang Jakarta.

Setelah itu mereka berhenti di salah satu cafe yang memiliki rooftop di atasnya, mereka berdua lebih memilih di rooftop untuk memulai cerita. "Nama lo siapa?" tanya Zafran pada Anggara, seketika Anggara melamun dengan rokok di tangannya terkejut, tak lama ia meletakan rokok itu di asbak rokok tepat di sampingnya. "Nama gue Anggara, kalo lo?" tanya Anggara yang penasaran dengan Zafran.

"Gue Zafran lo kelas berapa sekarang?" tanya Zafran soal kelas Anggara sekarang, tak lama Anggara menjawab. "Gue kelas 12 dan udah selesai UTBK sih." ujar Anggara yang menghembuskan rokoknya.

Tak lama Zafran terkejut ternyata anak kelas 12 sudah merokok, tapi ia tak perduli pada itu, ia mengatakan bahwa ia lolos kedokteran di universitas ternama juga. "Gue ambil SNBP di Jurusan Kedokteran dan lolos." ujar Zafran soal ia lolos SNBP, mendengar hal itu Anggara merasa bersalah bahwa ia tidak melakukan hal baik pada dirinya, ia terlalu menyia-nyiakan hal itu.

"Wihh bagus aku pilih sastra Indonesia, biar bisa jadi penulis tanpa memandang sebelah mata karena plagiat, gue bakal buktiin kalo gue bukan plagiat yang di bilang sama teman gue." ujar Anggara dengan jurusan yang ia ambil, bahkan harapan Anggara menjadi seorang sastrawan karena motivasinya pada Thezy.

Zafran terkejut, dibalik kehancuran Anggara ternyata ia punya cita-cita yang sangat luar biasa, bahkan ia bersyukur berhasil menolongnya. "Boleh gue minta nomor lo?"

Physics Fragments (on going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang