Isi Chat itu yang membuat Zalitha semakin membuatnya kecewa, entah mengapa Gerald sudah tak begitu perduli padanya, mungkin saja dia sibuk dengan kuliahnya, namun apa salahnya ia membalas chat itu.
Zalitha kini meracau, ia sudah tidak kuat untuk menghadapi hal itu, mengapa semua orang tidak begitu perduli dengan mentalnya, ia sudah cukup sabar untuk hadapi hal ini.
"ENOUGH, I CANNOT TAKE IT!!" Zalitha menangis sembari memeluk lututnya, entah apa yang membuat semua orang ingin membencinya, mengapa dunia sangat tidak begitu adil padanya.
Sudah lama Zalitha mencoba pendam ini sendiri, namun apalah daya ia hanya manusia biasa yang tak bisa mendengar kata sabar, sudah berapa kali Zalitha harus menghadapi ini?
"Zalitha tidak sekuat itu," gumam Zalitha yang tak kuat lagi menangis di dalam kamarnya itu, tak lama kemudian Seline memanggil Zalitha dengan kasar.
"ZALITHA KERJA SINI JANGAN CUMA DI KAMAR MULU," pekik Seline dengan penuh amarah, tak lama setelah itu Zalitha mencoba untuk bangkit, namun ia takut di marah lagi kedua kalinya.
Tak lama Setelah itu Zalitha keluar dari kamarnya, belum satu detik ia keluar, mereka semua sudah memasang wajah jengkel pada dirinya.
"LO BECUS NGGAK SIH, KERJA?" Seline menyambutnya dengan kasar, Zalitha sebenarnya sudah terbiasa dengan hal ini, hatinya sedari kecil selalu terluka karena bentakan.
"WOI BUDEG, KERJA SANA," hardik Seline yang menarik rambut Zalitha. "Awh" Zalitha menahan sakit saat Seline menjambak rambutnya.
"SEKARANG BERSIHIN DAPUR CEPAT, KAKAK CAPEK BERSIHIN KAMAR MANDI," perintah Seline yang mendorong kasar pada Zalitha, sedangkan bagaimana perhatian Ayunda? ia tak begitu perduli dengan anak keduanya selalu di siksa, ia tetap. selalu berada di pihak Seline dibandingkan Zalitha.
Setelah Zalitha selesai bersihkan dapur, ia mencoba untuk istirahat, namun Seline melarangnya untuk melakukan hal itu, karena alasan semua belum bersih. "Eits siapa yang suruh lo enak-enakan, lo di takdirkan kayak gini!!" Seline menarik paksa tangan Zalitha, yang menyinggung soal perlakuan Zalitha sudah menjadi takdir.
Setelah itu, Zalitha di paksa untuk mencuci piring milik Seline, padahal Ayunda sudah memberitahukan bahwa piring harus di cuci masing-masing. "KERJAIN TUH PIRING-PIRING, CUCI!!" Seline menyuruh Zalitha dengan sangat kasar, namun Zalitha membantah. "Kak, bukannya mama dah bilang itu harus dicuci sendiri?" timpal Zalitha namun Ayunda ikut memarahi Zalitha. "Aturan itu berlaku buat kamu, kalo ada piring kotor milik Seline itu kamu yang cuci," tukas Ayunda membuat Zalitha semakin tertekan, sementara Seline tersenyum licik pada Zalitha.
Zalitha akhirnya mengalah, ia harus mencuci piring milik Seline dan Ayunda, tentu saja Zalitha tidak punya kekuatan untuk melawan kedua manusia itu, entah psikis dan mentalnya kini semakin hancur, sudah banyak kali ia harus selalu mengalah dengan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Physics Fragments (on going)
Teen Fiction"Ketika masalah kesehatan mental masih dianggap tabu?" Kisah tiga orang berbeda dengan masalah mental yang berbeda, membuat mereka merasa tidak nyaman dan terganggu dengan mental serta ketenangan hidup mereka. Oxcella Cewek yang memiliki phobia dar...