Bagian Keempat

18 3 0
                                    

***

20 tahun.

Memasuki kepala dua, apa yang biasa dilakukan manusia pada umumnya? Aku menggelengkan kepala pelan lalu menyeruput kopiku. Udara mulai menghangat, meskipun sisa musim dingin masih ada. Aku mengamati jalanan di luar kedai kopi dengan santai.

Sudah hampir dua tahun aku tinggal di Korea Selatan, dan saat ini masuk tahun keduaku kuliah di sini. Aku melirik ponselku yang bergetar di atas meja. Panggilan masuk yang bertubi-tubi dari kedua orang tuaku sudah mengusikku sejak aku membuka mata pagi ini.

Aku tidak ingin menerima panggilan tersebut karena pasti mereka hanya akan mengomeliku karena tidak pulang lagi saat liburan. Aku sudah melewatkan ulang tahunku sebelumnya di Korea, dan kini aku melewatkan ulang tahunku di Korea lagi. Pasti mereka akan mengomeliku lagi.

Panggilan dari kedua orang tuaku berhenti, digantikan panggilan dari Kak Zahra. Aku berdecak pelan sebelum mengangkatnya.

"Kenapa?"

"Kenapa pala lu!"

Aku mengembuskan napas panjang.

"Mama ngadu ke gua, angkat telepon Mama sana!"

"Besok aja deh, diomelin pasti gua."

"Anak durhaka. Jelas lah lu diomelin! Siapa suruh liburan nggak pulang? Ulang tahun ditelfon juga nggak diangkat."

"Iya nanti gua telfon. Gua lagi sibuk banyak tugas."

"Alesan."

"Serius."

"Ck. Yaudah, awas lu nggak telfon Mama nanti. Gua samper lo ke sana, gua seret pulang."

"Serem amat."

"Bodo."

Tanpa ucapan apapun setelahnya, Kak Zahra menutup panggilan. Aku menatap layar ponselku yang menghitam lalu mengembuskan napas pelan. Kak Zahra sampai meneleponku di jam sibuk kerjanya, itu berarti aku memang sudah kelewatan. Tapi aku memang tidak ingin diganggu saat ini. Aku hanya ingin melewati hariku dengan diriku sendiri.

Beberapa saat kemudian, aku bangkit dari dudukku dan berjalan menyusuri jalanan yang penuh dengan bunga Sakura. Aku melewati jalanan yang selalu membawaku ke tempat yang memberikanku alasan untuk kuliah di Korea. Bangunan itu tidak jauh dari kampusku, dan aku selalu mampir setiap pagi hanya berharp aku bisa menemukan sosok yang kucari.

Kak Oca.

Dua tahun lalu setelah aku dinyatakan tidak lulus ujian seleksi masuk perguruan tinggi di Indonesia, aku kehilangan arah. Aku tidak bisa lagi menemukan alasanku untuk melanjutkan studiku. Dan kemudian tiba-tiba saja aku memikirkan hal konyol yaitu menyusul Kak Oca ke Korea.

Aku mengatakan bahwa aku ingin mencoba peruntunganku di Korea karena aku ingin mengambil jurusan ilmu komputer di Korea. Kukatakan pada kedua orang tuaku bahwa aku ingin membuat gameku sendiri dan belajar dari Korea karena banyak perusahaan game yang bagus di Korea. Setelah mendengarnya, orang tuaku senang bahwa aku mulai bangkit. Mereka mendukungku secara penuh hingga aku akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Korea.

Di tahun pertamaku, aku memang sibuk dalam urusan menjadi mahasiswa baru dan adaptasiku terhadap budaya di Korea. Tapi aku tidak berhenti untuk mencari-cari sosok yang menjadi tujuanku ke Korea. Bukan berarti aku tidak fokus pada kuliahku, hanya saja Kak Oca ... aku sangat ingin bertemu dengannya. Aku membutuhkan banyak penjelasan darinya.

Mengapa dia menghilang tiba-tiba?

Apakah dia makan dengan benar selama ini?

Apakah dia bahagia?

When A Boy, Loves A WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang